Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Memanfaatkan Ulang Bahan Limbah Dapur yang Terbuang untuk Berkebun

4 Oktober 2021   18:30 Diperbarui: 6 Oktober 2021   13:45 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cangkang telur diubah jadi kompos organik. (SHUTTERSTOCK/KAREN SANDERS STUDIO)

Dalam siklus kehidupan, selama manusia membutuhkan sesuatu, maka fase akhirnya akan menjadi sampah. 

Masalah sampah tidak akan pernah habis dan tuntas dalam sebuah pembahasan. Apalagi populasi manusia terus meningkat, persoalan sampah juga akan terus ada.

Menurut UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengertian sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Sampah ini dapat dibedakan lagi pada beberapa golongan, antara lain:

Pertama, Sampah Rumah Tangga, yaitu berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga; tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

Kedua, Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, yaitu sampah yang sampah  yang  tidak  berasal  dari  rumah dari rumah tangga. Dengan kata lain sampah yang berasal dari kawasan  komersial,  kawasan  industri,  kawasan  khusus,  fasilitas  sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.

Ketiga, Sampah Spesifik, yang meliputi:

  1. Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
  2. Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun;
  3. Sampah yang timbul akibat bencana;
  4. Puing bongkaran bangunan;
  5. Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
  6. Sampah yang timbul secara tidak periodik.

Pilah Pilih Sampah

Dari pengertian di atas, sampah rumah tangga sendiri secara garis besar bisa dikelompokkan lagi menjadi:

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi

1. Sampah Organik (degradable)
Ini adalah jenis sampah yang mudah membusuk, seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya. Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.

Termasuk di sini adalah materi yang mudah hancur atau rusak, seperti  kayu, kardus, kertas, dan lain-lain.

2. Sampah Anorganik (undegradable)
Ini adalah sampah yang tidak mudah membusuk. Contohnya plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas minuman, kaleng, dan sebagainya.

Sampah jenis ini dapat diubah menjadi sampah komersial. Artinya, ia bisa dirupakan atau diolah menjadi bentuk lain yang baru dari bentuk sebelumnya. 

Misalnya bungkus makanan bisa diubah menjadi kerajinan tas. Sedotan dan botol plastik diubah menjadi rangkaian bunga.

Kelola Sampah

Waktu masa sekolah dulu, ada pelajaran prakarya. Ada guru pembimbing yang mengajari siswanya membuat sesuatu.

Sekarang, masa teknologi digital,  pekerjaan untuk mengelola sampah anorganik menjadi barang yang lebih estetik, sebenarnya bisa jadi lebih mudah untuk dipelajari sendiri. 

Peran gurunya digantikan teknologi. Tapi memang orang harus telaten dan punya banyak waktu luang untuk melakukannya.

Nah, berhubung saya sendiri mungkin orang yang pengin praktisnya saja, maka mengelola limbah alias sampah dapur pun mencari yang mudahnya saja. 

Misalnya, daripada menumpuk dan dibuang begitu saja, maka botol bekas air mineral dan wadah plastik bekas minyak, aluminium foil susu bubuk atau kemasan lain dapat dipakai sebagai wadah untuk pembibitan dan penanaman.

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi

Sementara, bahan dapur yang dipakai untuk keperluan masak sendiri, sebagian kecilnya bisa dipakai sebagai eksperimen untuk menumbuhkan jenis tanaman yang baru. Selain lombok dan tomat yang sudah berhasil melakukan uji coba biar ada variasi.

Kini, beberapa bahan lain juga sedang ditanam. Misalnya aneka bawang; prei, merah dan putih (tapi yang satu ini masih mengalami kegagalan tumbuh setelah bertunas) dan serai. 

Kalau pare atau ubi jalar, nantinya tetap harus dipindahkan ke tempat yang lain supaya hasilnya lebih maksimal.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

Caranya bagaimana? Dari sekian bahan yang digunakan untuk memasak tadi, ambil saja 1-2 bahan yang sekiranya masih terlihat baik. Atau setidaknya perakarannya sudah nampak. 

Dipotong saja sebagiannya yang dekat dengan bakal akar tadi. Jadi, sebenarnya bahan masakan utamanya tidak akan kehilangan banyak kalaupun hendak dimanfaatkan kembali.

Kalau bakal tanaman itu tumbuhnya dari biji-bijian, tinggal sebarkan saja bijinya ke dalam wadah yang sudah dipersiapkan. Pada wadah bekas plastik ini, tanaman juga bisa tumbuh subur dan menghasilkan buah yang banyak. 

Baca Juga: Cara Pintar Mengelola Aneka Limbah Dapur

Asal saja nutrisinya terjamin. Kondisi ini cocok untuk lahan yang tak terlalu luas.

Proses pengelolaan sampah seperti ini ibarat melanjutkan kehidupan kembali tanaman yang sudah dipetik. 

Nantinya, jika ia sudah besar dan menghasilkan buah kembali, tentu tak akan repot jika sekali waktu ingin memanfaatkannya. Tinggal petik dari hasil kebun sendiri.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Semoga langkah praktis ini bisa menginspirasi dan bermanfaat. Selamat mencoba...

4 Oktober 2021

Hendra Setiawan

  1. Bacaan:  Liputan6,  Majestic55-Law UGM
  2. Sebelumnya (video):  Indahnya Bunga Tabebuya Serempak Mekar di Surabaya 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun