Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Toxic Positivity, Perilaku Positif yang Bisa Jadi Negatif (Bagian 2)

30 Juli 2021   18:15 Diperbarui: 3 Agustus 2021   14:30 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sedih dan tidak bahagia. (sumber: Tim Gouw via kompas.com)

Jadi ada kalanya, tak selalu berpikir positif ketika mendapatkan masalah adalah cara penyelesaian yang tepat. Justru beban itu bisa memicu munculnya stres atau bahkan depresi.

Berpikir positif bisa jadi hanya menjadi tameng sesaat. Sementara persoalan dasarnya belum terselesaikan dengan tuntas.

Merasa "baik-baik saja" walaupun kondisi sebenarnya sedang "tidak baik-baik saja." Ini seperti sebuah pelarian diri.

Toxic positivity walaupun punya efek baik, sekali lagi perlu melihatnya secara komprehensif; lebih luas dan menyeluruh. Juga pada kasus-kasus tertentu, ia malah jadi tak berlaku. Jadi perlu untuk lebih 'cerdik' dalam bertindak.

Menumbuhkan perasaan positf seperti kegembiraan, harapan, semangat, inspirasi bagi setiap orang pada dasarnya baik. Tidak saja pada orang lain atau lingkungan; tapi juga pada diri sendiri. Hal ini tentunya bisa menjadi penyeimbang dari potensi dampak negatif dari masa-masa sulit ketika seseorang mengalami tekanan (mental dan sosial).

29 Juli 2021

Hendra Setiawan

*) Bacaan:  Tirto,  HelloSehat,  Merdeka,  Kompas 
**)  Sebelumnya:  Dua Sisi Toxic Positivity (Bagian 1/2)
***) Tulisan lain (Artikel Utama):

Cegah Perundungan pada Anak dari Sekarang!

Pengalaman Ikut Vaksinasi Massal dan Upaya Meningkatkan Sisi Kesadaran Kemanusiaan

Niat Berbuat Baik, Ending-nya Malah Jadi Tidak Baik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun