Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pengalaman Ikut Vaksinasi Massal dan Upaya Meningkatkan Sisi Kesadaran Kemanusiaan

10 Juli 2021   18:00 Diperbarui: 11 Juli 2021   08:01 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi vaksin.(GETTY IMAGES via Kompas.com)

Tanggal cantik 7-7 hari Rabu kemarin, saya akhirnya "nekat" untuk ikut vaksin massal yang diadakan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. 

Bersama ribuan masyarakat lain, bertempat di stadion Gelora 10 November, Tambaksari (G10N). Foto atau videonya ada di tautan dalam tulisan ini.

Tentu saja jangan ditanya soal kekhawatiran berkumpul dengan banyak banyak orang seperti ini? Walau tak seheboh nonton klub kebanggaan arek-arek Suroboyo di stadion bersejarah ini, tapi rasa cemas berhadapan dengan keramaian ini jelas ada!

Lha kalau ke pasar tradisional saja masih ketar-ketir, ini malah ke stadion. Tentu jumlah orang yang bermobilitas jauh lebih banyak lagi.

Soal jaga jarak, kalau sudah di dalam stadion sebetulnya sudah bisa ditata dengan baik. Tapi waktu antri di luar menunggu giliran masuk (pintunya dibuka tutup), itu yang sempat jadi bahan kecemasan.

Kalau strategi menjaga jarak dengan barisan orang yang di depan saja, masih bisa dilakukan. Mudah, karena saya tidak mendekat. Memperkiran jarak aman dengan orang yang ada di depan saya.


Tapi bagaimana dengan yang di belakang saya? Iya kalau mereka punya pikiran yang sama dengan saya, kalau tidak? Padahal menjaga jarak adalah salah satu penerapan prokes (protokol kesehatan) 3M/5M.

Kejadian seperti ini adalah kecemasan pertama. Kecemasan kedua adalah faktor orang yang kena tapi tanpa gejala alias OTG. 

Kita tak tahu pasti, di antara ratusan orang di sekitar, atau dari total ribuan orang yang berkumpul itu, ada atau tidak yang sedang terjangkit tapi tak merasakan gejala apa-apa.

Kendala Sistem

Sebenarnya sudah ada penerapan vaksinasi di fasilitas kesehatan (faskes) tingkat pertama (puskesmas) dengan cara online. 

Sistem ini diharapkan lebih bisa memudahkan. Orang diatur kedatangannya bersadasarkan program sistem. Akan tetapi kendala di lapangan, sistem ini ternyata tidak sepenuhnya berjalan dengan sempurna.

Pendaftaran melalui tautan (link) yang disediakan, ada yang kemudian mendapatkan balasan konfirmasi persetujuan. Namun sebagian di antaranya tidak, atau setidaknya belum.

Nah, kondisi terakhir inilah yang menyebabkan orang jadi berbondong-bondong ingin segera mendapatkan vaksin. Sebab merasa terlalu lama sistemnya tidak merespon balik.

Sudah dicoba kembali dari awal, masih juga demikian. Kode konfirmasi via SMS tidak kunjung didapatkan. Padahal melihat fakta lapangan, penyebaran virus Corona makin meningkat pesat.

Evaluasi

Hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan vaksin untuk usia 18 ke atas, yang dimulai sejak Selasa (6/7/2021) lalu. Sementara, esok (11/7/2021), hari terakhir program vaksinasi, khusus akan diberikan untuk yang usia 12 tahun ke atas.

Evaluasi demi evaluasi untuk perbaikan pelaksanaan, ditemukan juga tengara "perusahaan nakal" yang punya kantor pusat/dan atau cabang di Surabaya. 

Mereka ikut mengirimkan ratusan karyawannya datang ke G10N ini untuk ikut vaksin, yang sasaran utamanya sebenarnya diperuntukkan buat warga kota Surabaya sendiri, padahal yang tercatat resmi hanya puluhan orang saja.

Gencarnya Pemkot Surabaya ini untuk mempercepat terjadinya herd immunity (kekebalan komunal/komunitas/masyarakat) di tingkat lokal kota. Sementara di beberapa puskesmas selain tetap melaksanakan vaksinasi, juga melakukan tes swab yang ternyata juga banyak "pasiennya".

KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)

Pasca vaksinasi ada beragam cerita yang menyebut kalau orang yang kemudian jadi mengantuk, lapar (nafsu makan meningkat), deman (panas sehari), pusing, dan sebagainya. Tapi ada juga yang tidak mengalami apa-apa. Paling hanya merasa sakit, njarem, pegal di tangan usai disuntik.

Untunglah saya termasuk yang tidak mengalami gejala apapun. Normal saja. Biasa, bekas suntikan kadang terasa bekasnya untuk beberapa saat. Maksimal semalam saja.

Vaksin Bukan Obat Kebal

Sebenarnya miris juga dengan beragam pertanyaan sejenis yang selalu menghiasi pemberitaan dan komentar media sosial, "Sudah divaksin tapi kok masih bisa kena Covid? Berarti vaksin tak berfungsi dong..."

Ya, jelas tak berfungsi kalau prokesnya sendiri tak dijaga. Bukan berarti orang divaksin itu lantas kebal dan bebas ancaman virus. 

Vaksin hanya salah satu cara memperkuat daya tahan atau imun tubuh. Tentu bukan hitungan 1x24 jam langsung efektif.

Perilaku hidup sehat, tak langsung jua tancap gas kerja fisik berlebihan, juga jadi faktor pendukung. Tentu saja kondisi lingkungan sekitar juga berpengaruh. Herd immunity baru akan efektif juga jika sudah mencapai angka minimal 80 persen.

Vaksin hanyalah alat bantu supaya kalau terpapar tidak sampai fatal akibatnya. Sama seperti saat flu atau pilek melanda orang serumah. Kalau daya tahan fisik baik, meskipun kena, 1-2 hari bisa pulih sebab imun melawan virus ini sudah terbentuk. Kalau kondisi tubuh pas lemah, bisa 1 minggu baru baik kembali.

Virus Corona yang kini terus bermutasi jadi banyak varian (Alpha, Beta, Delta, Epsilon, Gama, Iota, Kappa, Tetha, Zeta, dan lain-lain) tentu cara menghadapinya harus juga jauh lebih baik dari sebelumnya. Lebih waspada, tapi tak perlu ketakutan juga. Pikiran dan hati tetap dipakai gembira saja.

Ibarat perang panjang, ini masih belum berakhir. Perangnya selain melawan virusnya sendiri, juga melawan kabar atau info yang menjeruskan. Kepada mereka yang masih saja tidak mau menerima kenyataan adanya penyakit baru yang disebabkan oleh adanya virus Corona ini.

Apresiasi tinggi kepada setiap orang; tenaga kesehatan, relawan, dan setiap orang yang terus berupaya dan berusaha --walau risiko nyawa- untuk mengatasi agar pandemi ini segera berlalu. Mereka adalah para pahlawan bangsa tanpa sematan tanda jasa masa kini.

Hening Cipta Indonesia yang dilakukan pagi tadi jam 10.07 WIB tanggal 10-7 ini, semoga saja jadi pembuka kesadaran batin. 

Minimal untuk mau melihat realita yang ada dan lebih menjadi sadar diri. Ada nilai kemanusiaan yang harus diperjuangkan secara bersama-sama untuk keluar dari zona krisis ini.

10 Juni 2021

Hendra Setiawan

*) Serial Tulisan Pilihan sebelumnya: Hati yang Gembira adalah Obat dan Juli, Jangan Membuat Sedih

Artikel Utama: Niat Berbuat Baik, Endingnya Malah Jadi Tidak Baik 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun