Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pranata Mangsa, Kearifan Lokal Berbasis "Alah Bisa Karana Biasa"

22 Juni 2021   17:00 Diperbarui: 22 Juni 2021   17:05 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalender Pranata Mangsa (sumber: infobudaya.net)

Apakah kalender Pranata Mangsa ini masih relevan? Pertanyaan ini amat wajar dan sangat kontekstual. Mengingat dampak pemanasan global banyak mengubah "kodrat alam" menjadi anomali.

Banyak penyimpangan musim yang terjadi. Misalnya, seharusnya kemarau, tapi masih sering hujan. Seharusnya sekarang musim hujan, tapi mengapa panas, kemarau yang terjadi?

Faktor kondisi alam yang mengalami fenomena yang tak lagi sesuai perhitungan sebelumnya, memang bisa jadi penyebab utama. Apalagi untuk menemukan penanda dari keberadaan tanaman atau hewan tertentu sebagai penandanya, juga tak mudah lagi diketemukan.

Namun pada sisi lain, berhubung kalender Pranata Mangsa berpatokan pada peredaran semu matahari, maka sebetulnya sebetulnya ia masih relevan untuk tetap dipertahankan. Bukan malah disingkirkan dan ditinggalkan. Apalagi malah tidak diperkenalkan kepada petani khususnya dan masyarakat  pada umumnya. Barangkali memang perlu ada perumusan dan catatan baru yang diberikan. Para ahli di masing-masing bisa membantu dalam hal ini.

Terjadinya perubahan alam, yang terutama ada pada cuaca atau musimnya. Ia bisa mengalami anomali (perubahan, pergeseran). Namun iklimnya sendiri tidak pernah berubah; masih tetap sama. Demikianpun juga dengan perilaku tumbuhan dan hewan sebagai bagian dari alam itu sendiri.

22 Juni 2021

Hendra Setiawan

 

*) Bacaan: FAPERTA UGM,  FPB UKSW,  Netizenword, Kumparan

**) Sebelumnya (Artikel Utama) -  Bangga Jadi Petani Muda   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun