Dalam banyak budaya lokal, sistem "Pranata Mangsa" yang dikenal oleh masyarakat Jawa punya kemiripan dengan suku budaya di tanah air atau di luar negeri. Misalnya suku Batak mengenal istilah "Parhalaan". Suku Dayak di Kalimantan Barat mengenal sistem kalender dengan sebutan "Papan Katika". Pada masyarakat adat Bali menggunakan sistem kalender yang didasarkan atas ilmu astronomi yang disebut "Wariga" (atau Kerta Masa). Dan di negara Jerman  mengenal kalender "Bauern" atau "penanggalan untuk petani".
Pranata mangsa atau "ketentuan musim" adalah semacam penanggalan yang dikaitkan dengan kegiatan usaha pertanian, khususnya untuk kepentingan bercocok tanam atau penangkapan ikan. Petani menggunakannya sebagai pedoman untuk menentukan awal masa tanam. Nelayan menggunakannya sebagai pedoman untuk melaut atau memprediksi jenis ikan tangkapan.Â
Prinsip Astronomi
Kalender Pranata Mangsa sebenarnya memiliki basis data yang sama dengan prinsip astronomi. Dihitung berdasarkan peredaran matahari dan siklusnya dalam setahun yang berumur 365-366 hari.
Namun secara spesifik di dalamnya memuat berbagai aspek fenologi (*cabang ilmu ekologi tentang respon makhluk hidup terhadap perubahan iklim) dan gejala alam lainnya. Tujuannya sebagai pedoman dalam rangka berkegiatan pertanian. Juga sebagai upaya kewaspadaan dalam menghadapi 'bencana' yang mungkin akan tiba pada waktu-waktu tertentu. Misalnya kekeringan atau banjir, serangan hama pengganggu tanaman, dan lain-lain.
Tidak seperti kalender Masehi atau Hijriyah yang lamanya waktu perbulan antara 30 dan 31 hari. Perhitungan lamanya waktu dalam satu bulan dalam Pranata Mangsa bisa bervariasi. Selengkapnya sebagai berikut (nama bulan, simbol, dan lamanya waktu).
1. Kasa (Kartika) Ketiga  - Terang. Periode: 22 Juni -- 1 Agustus (41 hari)
2. Karo (Pusa) Ketiga -- Paceklik. Periode: 2 Agustus -- 24 Agustus (23 hari)
3. Katelu (Manggasri) Ketiga -- Semplah. Periode: 25 Agustus -- 18 September (24 hari)
4. Kapat (Sitra) Labuh -- Semplah. Periode: 19 September -- 13 Oktober (25 hari)
5. Kalima(Manggakala) Labuh -- Semplah. Periode: 14 Oktober -- 9 November (27 hari)
6. Kanem (Naya) Labuh -- Udan. Periode: 10 November -- 22 Desember (43 hari)
7. Kapitu (Palguna) Rendheng -- Udan. Periode: 23 November -- 3 Februari (43 hari)
8. Kawolu (Wisaka) Rendheng - Pangarep-arep. Periode: 4 Februari -- 28/29 Februari (26/27 hari)
9. Kasanga (Jita) Rendheng - Pangarep-arep. Periode: 1 Maret -- 25 Maret (25 hari)
10. Kasepuluh (Srawana) Mareng - Pangarep-arep. Periode: 26 Maret -- 18 April (24 hari)
11. Desta (Padrawana) Mareng - Pann. Periode: 19 April -- 11 Mei (23 hari)
12. Sada (Asuji) Mareng - Terang. Periode: 12 Mei -- 21 Juni (41 hari)
Dari 12 mangsa atau waktu tersebut, masing-masing memiliki simbol berbeda-beda  berdasarkan karakter alam yang terjadi. Secara garis besar, Pranata Mangsa membagi periode satu tahun kalender tersebut menjadi empat musim (mangsa), yaitu:
a. Musim hujan alias rendheng. Lamanya waktu: 95 hari.
b. Musim pancaroba akhir musim hujan alias mareng. Lamanya waktu: 86 hari.
c. Musim kemarau  alias ketiga (baca: ketigo). Lamanya waktu: 88 hari.
d. Musim pancaroba menjelang hujan alias labuh. Lamanya waktu: 95 hari.
Di samping itu, jika dilihat berdasarkan ciri-ciri yang ada, maka dalam perhitungan setahun juga dapat dibagi menjadi: empat musim utama dan dua musim "kecil", yaitu: Â
1. Musim "terang" (langit cerah). Lama waktunya: 82 hari.
2. Musim "semplah" (penderitaan. Lama waktunya: 99 hari.
  Mangsa cilik alias musim kecil "paceklik" ada di hitungan 23 hari pertama.
3. Mangsa "udan" (musim hujan). Lama waktunya: 86 hari.
4. Musim "pangarep-arep" (penuh harap). Lama waktunya: 98/99 hari.
  Mangsa cilik alias musim kecil "pann" ada pada hitungan 23 hari terakhir.
Terancam Hilang