Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bangga Jadi Petani Muda

21 Juni 2021   16:30 Diperbarui: 22 Juni 2021   09:40 1235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjadi petani di usia muda, pilihan yang tak mudah (Sumber: pixabay.com/ihsanadity)

Dari sisi astronomis, tanggal 21 Juni merupakan waktu ketika Indonesia mengalami pergantian iklim, yang memengaruhi kegiatan pertanian. 

Di tanggal tersebut, matahari berada dalam posisi garis balik utara (23,5 lintang utara). Waktu ini menjadi penanda dari proses produksi tanaman berakhir dan akan dimulainya proses penanaman yang baru.

Dari sisi kultural, metode musim tanam-musim panen ini di masyarakat Jawa mengenal adanya kalender Pranata Mangsa, yang diperkenalkan mulai abad IX M. Sayang, kalender ini sudah tak banyak lagi dipergunakan. Malah cenderung terlupakan, khususnya generasi kini.

Kalender ini perhitungannya sama dengan penanggalan umumnya, yang terdiri dari 12 bulan. Namun cara pembagian musim dalam 12 musim yang diuraikan ini meliputi semacam "kode" atau tanda alam seperti hujan, angin, serangga, penyakit, dan sebagainya.Tanggal 21 Juni merupakan saat permulaan musim ke-1 (satu) yang merupakan awal dari siklus 12 musim tersebut.

Petani, Profesi yang Dianggap Kelas II

Kondisi faktual memang bisa terlihat nyata, jumlah profesi petani (konvensional) yang ada di Indonesia kian hari kian menyusut. Petani dianggap pekerjaan tak bonafid, kelas II, tak terlalu dipandang mata.

Sajian angka dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, pada 2019 jumlah petani di Indonesia mencapai 34,58 juta. Sedangkan di tahun berikutnya, 2020, jumlah itu merosot menjadi hanya 33,4 juta petani.

Di era digital saat ini, profesi petani tak lagi menjadi minat anak-anak muda. Data Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian tahun lalu menyebutkan, jumlah petani muda di Indonesia yang berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang atau hanya sekitar 8 persen.

Salah satu alasan mengapa banyak anak muda menolak menjadi petani, karena sempitnya lahan pertanian yang ada. Pilihan menjadi Youtuber atau Selebgram lebih menjanjikan penghasilan dan personal branding yang lebih baik dibandingkan menjadi petani. Diperkirakan pada 10 sampai 15 tahun mendatang, Indonesia akan mengalami krisis petani muda.

Maka, dengan adanya peringatan Hari Krida Pertanian ini, diharapkan bisa menggugah kesadaran semoga ke depan, dunia petanian di Indonesia dapat kembali bangkit. Ia juga mampu beradaptasi dengan teknologi baru, sehingga kesejahteraan petani makin membaik.

Kebanggaan Petani, Kebanggaan Bersama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun