Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Aja Kagetan, Aja Gumunan! Matahari Terbit dari Utara Itu Bukan Keanehan

19 Juni 2021   17:00 Diperbarui: 19 Juni 2021   17:29 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Posisi matahari terbit dapat berubah tergantung masa bulan (foto: dok. pribadi)

Orang Jawa itu punya cara tersendiri dalam memahami pergerakan alam semesta. Makanya ada yang disebut dengan "ilmu titen". Pengetahuan yang bersumber dari 'titen', hasil ketelitian dari pengamatan dan pengalaman panjang, turun-temurun. Kepekaan terhadap tanda-tanda atau ciri-ciri alam, sehingga melahirkan pengetahuan baru.

Misalnya, ketika gunung akan meletus, banyak hewan keluar dari hutan. Turun, menyingkir, berhamburan keluar. Menentukan kapan musim menanam, para petani Jawa punya patokan atau perhitungan waktu sesuai kalender Pranata Mangsa. 

Nah, karena sudah teliti tadi (titen) maka gejala alias tanda alam yang sama tadi bisa menjadi sebuah ilmu atau pengetahuan baru yang bisa bersifat akurat. Bisa dipercaya, selama tidak ada perubahan yang sangat frontal.

 

Viral Matahari Terbit dari Utara

Kemarin (18/6/2021), postingan warganet di Janeponto, Sulawesi Selatan sempat ramai dan viral di media sosial. Karena hal itu juga, beberapa media arus utama turut mengangkat kehebohan ini ke dalam pemberitaannya.

Ceritanya, beredar rekaman video dari warga terkait dengan fenomena alam yang tak lazim. Pada pagi itu, dikejutkan dengan keberadaan matahari yang terbit dari arah utara.

Belakangan diketahui video ini direkam salah seorang guru di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Binanamu, Jeneponto pada Kamis (17/6/2021) sekitar jam 8 pagi. Suara yang ada pada video tersebut juga menyebut adanya peringatan salah satu tanda kiamat. Matahari tak lagi terbit dari arah timur. "Ini isyarat suatu ketika matahari akan terbit dari sebelah barat," kata yang terdengar dalam video.

Tangkapan layar pemberitaan media online (dok. pribadi)
Tangkapan layar pemberitaan media online (dok. pribadi)

Fenomena Alam Biasa

Tentu saja akibat meluasnya kabar ini, lembaga berwenang diminta pendapatnya. Seperti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) .

Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan peristiwa alam seperti ini. Wajar saja karena pergerakan posisi matahari akibat kemiringan sumbu rotasi Bumi. Pada bulan Juni, posisi matahari berada di belahan utara.

Jadi matahari akan terbitnya bukan di titik timur, tetapi bergeser mendekati timur laut. Pada tengah hari, posisi matahari akan berada di arah utara. Sedangkan waktu terbenam bukan pada titik barat, tetapi mendekati barat laut.

Ketika terjadi vernal ekuinoks (matahari di titik nol derajat) yang terjadi di bulan Maret dan September, maka titik terbit matahari barulah tepat di timur, dan terbenam tepat di barat. Hal ini karena secara teori, matahari berada di garis nol derajat pada bumi. 

Maka begitu juga nanti yang terjadi pada enam bulan ke depan di bulan Desember. Posisi gerak semu matahari menyebabkannya memiliki titik terbit berada dekat titik tenggara. Pada tengah hari posisi matahari ada di arah selatan, dan terbenamnya di dekat titik barat daya.

Fenomena seperti ini sebenarnya bisa dilihat dan dirasakan warga Indonesia. Sebab posisi geografisnya dilintasi garis semu nol derajat di khatulistiwa. Matahari tetap terbit dari arah timur, tetapi dalam perjalanan ke barat dia lewat jalur utara. Ya, seperti itulah kira-kira...

Gerak semu matahari menyebabkannya bergeser arah utara dan selatan (sumber: guruips.com)
Gerak semu matahari menyebabkannya bergeser arah utara dan selatan (sumber: guruips.com)

Aja Gumunan, Aja Kagetan

Nah, kembali pada falsafah leluhur, menghadapi fenomena demikian ini sepertinya ada peribahasa yang cukup pas. "Aja (dibaca: ojo) gumunan, aja kagetan."

Jangan gampang takjuh, jangan gampang heran. Tak usah terkaget-kaget dengan hal-hal yang sepertinya di luar kebiasaan normal. Padahal sebenarnya ketidaknormalan tadi adalah hal yang biasa saja.

Sebenarnya yang kasihan adalah mereka yang tak mengerti benar dengan hal ini. Mereka yang masih jauh dari dunia pendidikan. Mereka yang sebenarnya perlu mendapat edukasi yang tepat dan benar.

Bukankah fenomena seperti ini sudah dijelaskan melalui pendidikan geografi, ilmu alam (IPA) atau cabang ilmu lain yang erat kaitannya dengan alam dan benda langit.

Pengalaman saya awalnya juga demikian. Jadi bertanya-tanya, "Mengapa kalau menjemur pakaian, pada bulan seperti ini kok cenderung panasnya ke arah kiri (utara)? Terus kalau di bulan yang lain kok jadi bergeser cahayanya ke arah kanan (selatan). Mengapa kok tidak pas lurus sinar itu seperti pada bulan tertentu?"

Begitu juga saat ingin memotret matahari terbit yang muncul. Mengapa satu ketika tampak cantik berada di garis lurus sebuah sungai atau jalan raya? Tapi pada waktu yang lain, lho kok datangnya jauh ke arah kiri (utara) atau kanan (selatan) dari biasanya. Tentu beda lagi tempat pengambilan gambarnya, supaya mendapatkan hasil foto yang juga indah dilihatnya.

"Aja gumunan, aja kagetan" tentu saja bisa fleksibel penerapannya. Bukan terhadap fenomena alam seperti ini saja. Dalam bidang yang lain juga bisa. Misalnya soal karakter manusia yang bisa berubah. Dulunya baik, sekarang jahat atau sebaliknya. Jadi bisa menjadi tindakan preventif, pencegahan. Tetap berhati-hati dan waspada, supaya suatu saat jangan salah jalan dalam mengambil sikap atau keputusan.

Perubahan sosial yang terjadi, yang terkadang cair dan tak mudah ditebak. Salah menafsirkan, bisa jadi masalah baru. Maka, peribahasa ini mengajarkan orang untuk tetap belajar sungguh-sungguh. Mencerna dengan baik agar hidupnya bisa bermanfaat bagi khalayak.

"Aja gumunan, aja kagetan". Dicerna dan dicermati saja dulu. Semua fenomena yang terjadi di alam semesta yang rutin terjadi, bisa didapati jawabannya. Asal mau belajar dan titen.

 

19 Juni 2021

Hendra Setiawan

*) Artikel Utama sebelumnya: Menafsir Kultur Peribahasa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun