Peribahasa. Pelajaran ini saya dapatkan waktu mengenyam pendidikan menengah pertama (SMP). Entah, zaman now, apakah bagian dari mata pelajaran dalam Bahasa Indonesia ini masih sama ataukah tidak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya, biasanya mengiaskan maksud tertentu. Termasuk dalam peribahasa ini adalah bidal, ungkapan, dan perumpamaan.
Tak jauh berbeda, Wikipedia memberikan penjelasan sebagai kelompok kata yang mempunyai susunan yang tetap dan mengandung aturan berperilaku, nasihat, prinsip hidup, perbandingan atau perumpamaan. Peribahasa biasanya menggunakan kiasan untuk menggambarkan maksud tertentu.
Nah, dari dua pengertian tadi, penggunaan peribahasa adalah untuk menggambarkan keadaan tertentu, namun tak secara langsung. Dengan sebuah perbandingan, maksud tersembunyi. Namun tujuannya sebagai sebuah nasihat, didikan, ajaran yang baik.
Bahasa Tutur
Dalam bahasa tutur sehari-hari memang jarang peribahasa ini dipakai. Kebanyakan dalam bahasa tulis. Kecuali jika dalam komunitas kecil dan akrab, satu dua masih dipakai.
Misalnya, “Wah, ini pasti ada udang di balik rempeyek.” Aslinya peribahasa tadi jelas tidak seperti itu. Tapi yang diajak bicara pasti paham. Kata “rempeyek” adalah pengganti dari “batu”. Sekadar mengikuti perkembangan zaman.
Ada maksud tersembunyi dari sesuatu perbuatan yang dianggap baik. Masih perlu dicurigai adakah niat tersembunyi dari sesuatu yang dianggap baik tadi. Begitu makna dari peribahasa paling umum digunakan dalam keseharian.
Bahasa Tulis
Dalam bahasa tulis, peribahasa yang paling banyak dijumpai terkait dengan soal kebersihan lingkungan. Papan-papan penunjuk supaya menjaga kebersihan, gampang ditemui. Tulisannya, “Bersih pangkal sehat.”
Walaupun sebenarnya tak perlu dijelaskan, peribahasa ini juga amat familier. Kalau mau sehat, ya ikutlah menjaga kebersihan. Caranya? Jangan buang sampah sembarangan. Kalau sudah ada tempat sampah, buanglah di sana.
Bahasa yang Hidup
Di luar bahasa lisan dan tulisan, sebuah peribahasa juga bisa saja ditemui dalam keseharian. Misalnya, “Berat sepikul, ringan sejinjing.” Atau dalam kalimat yang lain biasanya berbunyi, “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.”
Peribahasa yang menggambarkan soal kesehatian. Suka dan duka, jika bisa dilewati bersama-sama, tentu lebih melegakan. Bisa saling support, mendukung, berempati. Bukan kalau senang saja mau bersama. Kalau masanya tidak enak, tidak menyenangkan, malah ditinggalkan.
Bisa jadi, hal-hal yang sudah dilakukan ini, hidup erat dalam keseharian pada sebuah komunitas masyarakat, adalah bentuk peribahasa yang tak bisa dikategorikan sebelumnya. Termasuk tutur atau tulis.
Manfaat Penggunaan Peribahasa
Tahu, meskipun tak harus hafal banyak, sebenarnya punya banyak manfaat. Setidaknya bisa membuat seseorang lebih punya banyak kosakata. Kelebihan itu bisa dipergunakan dalam percakapan atau ketika sedang menyusun kata-kata (menulis).
Misalnya, kata peribahasa, “Membuang garam di lautan.” Atau dalam bahasa Jawa keseharian, “Nguyahi banyu segara (baca: segoro).” Ungkapan yang menunjukkan sebuah kesia-siaan. Konteksnya adalah memberikan bantuan kepada orang yang sudah memiliki. Atau bisa juga karena tidak tepat sasarannya. Jadi, pemberian yang dilakukan sebenarnya menjadi tak berguna.
Pemakaian kiasan alias peribahasa seperti di atas tentu juga berguna dalam memperhalus bahasa. Ya, barangkali karena adanya perbedaan kultur (budaya) yang melatarbelakangi seseorang. Sehingga dalam bertutur kata, perlu memilih kata yang tepat.
Masih banyak sebenarnya peribahasa yang hidup dan berkembang dalam masyarakat tempat tinggal kita. Namun memang secara tutur dan tulis menjadi kian pudar.
Maka, biar tidak terlupakan, selagi masih ingat peribahasa apa saja yang masih “hidup”, sekali-sekali pakai saja dalam keseharian. Minimal dalam keluarga atau teman-teman terdekat. Atau bisa juga grup WA yang sebaya; sebagai cara efektif untuk saling belajar mengingat pelajaran berbahasa tempo dulu.
10 Juni 2021
Hendra Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H