Protokol kesehatan walaupun sudah dilakukan, tetap akan memiliki risiko yang sama, bilamana tidak waspada. Bisa jadi karena "merasa sudah aman dan kebal" tadi. Merasa sudah punya antivirus dalam tubuh. Jadi bisa merasa lebih rileks dan aman risiko penularan.
Efek Peltzman yang perlu juga untuk diwaspadai dan bisa menjadi titik lengah justru datangnya dari keluarga, teman, atau komunitas terdekat lain.
Karena terlihat sehat secara fisik, prinsip kehati-hatian menjadi kurang. Tindakan untuk memakai masker, menjadi lebih longgar. Merasa lebih aman dalam menghadiri atau membuat kerumunan tanpa menjaga jarak aman. Mencuci tangan sesuai instruksi kesehatan, juga tak lagi terkontrol ketat.
Penerapan disiplin kesehatan tetap diperlukan meskipun seseorang sudah memiliki 'alat proteksi diri.' Jangan merasa girang apalagi sudah melakukan tes dan hasilnya negatif. Padahal tes itu sifatnya real time. Berlaku pada saat yang sama. Hasil tes negatif tidak berarti dan menjamin bebas virus 100 persen setelah saat itu.
Lebih baik waspada dan 'curiga' dengan mereka yang tidak tinggal serumah. Apalagi ketika kumpul-kumpul di tempat publik (mall, restoran, dan termasuk rumah ibadah). Menghadiri hajatan (pesta pernikahan, upacara kematian) yang mengundang banyak tamu.
Bentuk kewaspadaan dan 'kecurigaan' ini akan membantu diri sendiri dan orang lain. "Saya menjaga diri supaya tidak tertular atau menularkan virus kepada Anda. Demikian juga sebaliknya, Anda tidak sedang menulari saya dan sedang menjaga diri sendiri."
Salam sehat dan terus semangat....
4 Juni 2021
Hendra Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H