Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

"Ngidam" Rujak Cingur di Hari Lebaran

25 Mei 2021   17:00 Diperbarui: 26 Mei 2021   02:01 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahan pembuat rujak cingur ditata rapi oleh peserta Festival Rujak Uleg Surabaya (foto: dok. pribadi)

Lebaran hari pertama (13/5/2021) banyak warung, depot, atau restoran yang tutup. Mulai buka lagi di libur lebaran di hari kedua.

Berbeda dengan kebanyakan  keluarga yang menyediakan makanan bersantan, menu lebaran di keluarga kami justru yang "sedap-sedap ngeri" hehe... Ya, karena warna bumbu hitam legamnya yang terlihat tak enak dipandang. Namun justru itu yang dikangeni. Apalagi saat kumpul bersama.

Entah, karena kebiasaan semata atau karena ada faktor lain. Dalam kumpulan keluarga besar, ada yang suka, ada yang tidak. Tetapi kalau di-voting, menu masakan tanpa santan lebih banyak disukai. Dan, meskipun di antara anggota keluarga tak ada yang hamil, momen lebaran jadi kepengin makanan khas kota Pahlawan, yakni rujak cingur.

Harga dan Rasa

Soal harga, biasanya memang ada kenaikan ketika ada momentum lebaran untuk semua harga pangan. tak terkecuali juga dengan rujak cingur. Tetapi bagi penjual yang baik, mereka tak terlalu mematok besar range-nya. Wajar saja. Toh, juga setahun sekali. Itupun juga yang menjual amat jarang. Itung-itung berbagi berkah buat tetangga atau penjualnya.

Kalau menilik liputan Kompas.com sehari pasca libur lebaran, dari 8 tempat penjual rujak cingur legendaris di Surabaya, rentang harganya ada yang mematok Rp 25 ribu, 35 ribu, 45 ribu, hingga Rp 60-80 ribu untuk setiap porsinya. Mahal ya, ternyata... :).

Ya, kuliner tradisional yang terdiri dari racikan sayuran, buah dan irisan cingur atau hidung sapi ini bisa jadi terasa mahal karena faktor pelengkapnya juga.  Bisa karena harga bumbu petis udangnya, karena cingurnya, atau karena kelengkapan varian dan porsi jumbonya.

Misalnya, bumbu uleg yang biasanya hanya kacang tanah, diganti kacang mete. Ya, jelas saja berbeda di rasa dan harga.

Pastinya, di sana akan ada irisan tahu dan tempe goreng serta lontong. Ada sayuran matang (dimasak)  berupa kecambah, kangkung, kacang panjang. Ditmbah krai (kerahi; masih sebangsa ketimun) yang disebut juga bendoyo. Tentu saja juga timun, yang juga wajib. 

Irisan buahnya, selain bengkoang, ada pula nanas dan mangga muda. Ada pula yang menambahi dengan kedondong dan belimbing buah.

Meskipun itu semua menu wajib, tapi pembeli bisa meminta untuk tidak disertakan salah satunya. Misalnya tak suka nanas atau kacang panjang. Jadi bisanya akan ditambahi yang lain oleh penjualnya.

Kalau cingurnya yang satu cuma dapat 3-5 iris, yang lainnya bisa sampai 10-12 iris. Tentu ini juga bisa mempengaruhi harga jual. Termasuk porsi  petis udang dan campuran saus atau bumbunya yang berupa irisan jamu biji (gedang kluthuk), bawang goreng dan kacang tanah.

Kalau rujak ala kampung biasa, harganya tidak terlalu menguras isi kantong. Ada yang berkisar antara Rp 10-15 ribu saja. Berarti bisa dapat porsi bungkus lebih banyak, hehe.... Bisa dapat 2-5 kali lebih banyak.

Jangan salah, terlepas dari faktor kelengkapan, varian, dan dapatnya porsi kecil, sedang, atau jumbo, tentu unsur "manusia" paling berpengaruh. Tangan yang terampil, yang pas meracik bumbu hingga rasanya campur menyatu, itu juga penting. Bayangkan kalau pesan seporsi rujak cingur, tapi penjualnya kebanyakan memberi garam atau lomboknya kebanyakan. Tetap tak enak di lidah, bukan? Hahaha, pengalaman... :)

Ya, rujak cingur bagi lidah Surabaya begitu menggoda. Sampai-sampai ada momen khusus Festival Rujak Cingur. Sayang, pandemi sekarang, acara yang jadi salah satu ikon dalam menyambut HUT  Kota Surabaya di bulan Mei, sudah tak ada lagi.

Oh ya, buat info, jangan bingung kalau pas ke Surabaya, pesan rujak cingur dan ditanya penjual, "Matengan" atau "Campur"?  Sebenarnya sama saja. Hanya istilah varian isi semata. Kalau campur ya berarti semua, lengkap seperti diuraikan di atas. Kalau matengan berarti bahan-bahan yang sudah matang atau dimasak saja.

Tangkapan layar dari nilaigizi.com
Tangkapan layar dari nilaigizi.com

Banyak Manfaat

Kalau melihat varian sayur dan buah sebagai bahan campuran utama pada rujak cingur, tentu lebih afdol lagi bila mengetahui nilai gizi dan manfaatnya.  Hasil uji ternyata mengkategorikan rujak cingur termasuk "tinggi" dan "cukup tinggi" dari kandungan energi, protein, kalsium, fosfor, besi, retinol, karoten total, tiamina.

Ternyata ada cukup banyal manfaat dan khasiat yang terkandung pada jenis pangan olahan kelompok "sayuran" menurut data dari Tabel Komposisi Pangan Indonesia  (TKPI) Kemenkes RI.  Uraian ringkasnya demikian, tapi kalau ingin tahu lebih detil. Kunjungi  SUMBER bacaan tulisan ini.

A. Sistem Peredaran Darah

Baik untuk jantung, mencegah resiko hipertensi, dan meningkatkan produksi hemoglobin. Juga menyeimbangkan tingkat keasaman darah, menurunkan resiko terjadinya penyakit sistem pembuluh darah, meminimalkan anemia, dan memperkuat proses pembekuan darah.

B. Sistem Integumen (Kulit, Rambut, Kuku)

Mencegah penuaan dini (keriput di wajah akibat penuaan), mencegah kutil, mencerahkan kulit, dan meningkatkan kesehatan kulit. Juga untuk mengatasi dan mencegah terjadinya kering serta pecah-pecah pada kulit kaki dan tangan, mengendalikan gejala psoriasis, serta menurunkan resiko terjadinya jerawat.

C.  Sistem Reproduksi dan Bayi

Mencegah keluhan saat menopause, meminimalkan penyusutan tulang selama hamil dan menyusui, dan menunjang kesehatan ibu hamil.  Juga mengembalikan gairah seks yang menurun/melemah, atau menurunkan resiko terjadinya gejala premenstrual syndrome (PMS).

Selain itu, mendukung perkembangan janin, mencegah terjadinya pre-eklampsia pada ibu hamil, meredakan nyeri haid, dan sebagai salah satu pengatur keseimbangan hormon untuk kesehatan reproduksi.

D.  Sistem Saraf dan Otak

Memberikan manfaat neurologis, menjamin fungsi otak, obat penenang alami yang menenangkan sistem saraf, mengurangi rasa sakit, dan mengaktifkan saraf. Juga menurunkan risiko terjadinya stres, menyangga fungsi kognitif (kemampuan berpikir), serta memulihkan mood (suasana hati).

E.  Tulang (Sistem Rangka)

Meminimalkan terjadinya kram, sakit pinggang, wasir, dan rematik. Juga berguna dalam memerangi osteoporosis (keropos tulang), menurunkan resiko terjadinya peradangan osteoarthritis (radang sendi lutut). Selain itu, meningkatkan dan menjaga kesehatan tulang, dan membantu pertumbuhan tulang.

F. Sistem Ekskresi dan Urinaria

Mendukung ginjal menyaring zat sisa makanan, dan mempertahankan keseimbangan asam-basa (ph) dalam tubuh.

G. Kelenjar, Hormon, Enzim

Berperan dalam produksi hormon, dan menjadi kofaktor beberapa jenis enzim (membantu kerja enzim).

H. Mulut dan Gigi

Menyangga kesehatan gigi, membantu mineralisasi gigi dan mencegah pendarahan akar gigi, dan menjaga dan meningkatkan pertumbuhan gigi.

I.  Sistem Kekebalan Tubuh

Menunjang sistem kekebalan tubuh

J.  Sistem Otot

Memperkuat dan melenturkan otot,  membantu pemanfaatan/penggunaan protein untuk pertumbuhan dan perbaikan sel, dan mengatur kontraksi otot dan detak jantung. Juga untuk membantu pembentukan massa otot, serta membantu dan memelihara pertumbuhan dan  perkembangan sel-sel organ/tubuh.

K. Sistem Pencernaan

Menguatkan kelancaran sistem pencernaan, dan menurunkan resiko terjadinya kanker, terutama kanker usus besar.

L. Sistem Indra

Memperkuat fungsi penglihatan (mata)

M. Tubuh secara Umum

Mengaktifkan pankreas, membantu pembentukan DNA dan RNA, dan menghasilkan energi. Juga meminimalkan penyakit kanker, media transportasi nutrisi dalam tubuh, menurunkan resiko terjadinya obesitas (kegemukan), mencegah resiko beri-beri, serta menjaga keseimbangan cairan tubuh.

N. Lainnya

Sebagai sumber energi, dan menjaga sistem metabolisme

Wah, banyak sekali, ya? Ada yang belum pernah mencoba sajian ini? Wah, sayang... Sekali-sekali bolehlah merasakan sensasi menu kuliner tradisional Nusantara ini. Membuat sendiri juga bisa dan mudah saja, kok.

Selamat icip-icip dan sehat selalu....

25 Mei 2021

Hendra Setiawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun