Hari ini, Minggu, 23 Mei 2021, umat Kristen sedunia yang mempergunakan sistem kalender Gregorian memperingatinya sebagai hari Minggu Pentakosta. Pentakosta adalah hari ke-50 setelah Paskah, atau 10 hari setelah peringatan Kenaikan Yesus Kristus ke sorga.
Sepuluh hari lalu, peristiwa Kenaikan itu bertepatan tanggalnya dengan Idul Fitri. Ada beragam ucapan yang datangnya bersamaan. Senang rasanya melihatnya bisa "akur" begitu :).
Walaupun termasuk dalam lima hari raya utama umat kristiani, namun yang terakhir ini tidak ikut tertulis dalam kalender nasional. Adanya cuma Natal (kelahiran), Jumat Agung (kematian), Paskah (kebangkitan), dan Kenaikan (miraj).
Sama statusnya barangkali dengan tradisi keagamaan umat Hindu soal Galungan dan Kuningan. Dua hari raya yang jelas disebut di buku ajar era sekolah tahun 90an dulu. Mengetahui perbedaan nama-nama hari raya keagamaan 5 agama di Indonesia. Konghucu belum masuk sepertinya saat itu.
Peristiwa Pentakosta yang pertama ini berawal dari Yerusalem sekitar tahun 33 M, sebagaimana kisahnya tertulis dalam Alkitab. Hari itu, diyakini sebagai lahirnya "gereja" perdana alias mula-mula. Jadi, dengan kata lain, hari Minggu Pentakosta ini diperingati sebagai HUT Gereja di manapun adanya.
Kalau soa kelembagaan, punya tanggal yang berbeda, itu wajar-wajar saja. Peringatan HUT itu secara prosedural administratif semata. Tetapi kalau soal spirit kebersamaan dan kesatuan, tetap pada Pentakosta. Tidak tergantung tanggal, tapi yang jelas di hari Minggu.
Warisan Tradisi Kuno
Kalau dalam tradisi orang Yahudi, Pentakosta menjadi peringatan pada hari pembebasan alias kemerdekaan. Peristiwa keluarnya umat Israel (kuno) dari perbudakan di Mesir, menuju tanah perjanjian. Lokasinya ada di wilayah Palestina dan Israel modern seperti sekarang ini.
Selain itu, Pentakosta juga menjadi peringatan dari hari turunnya 10 Perintah Allah di Gunung Sinai melalui nabi Musa. Dalam tradisi Hari Raya Yahudi, ini disebut dengan Shavuot. Secara penanggalan, bertepatan pada hari ke-6 bulan Ibrani yang disebut Sivan; sekitar akhir Mei atau awal Juni.
Sementara itu, dalam Alkitab, Shavuot disebut Hari Raya Tujuh Minggu (ag ha-Shavuot),  Hari Raya Menuai (ag ha-Katsir), dan Hari Hulu Hasil (Yom ha-Bikkurim). Ya, Shavout juga terkait erat dengan musim panen biji di Israel.
Zaman dulu, masa panen bisa berlangsung selama tujuh minggu. Makanya ini merupakan musim sukacita. Penghitungannya dimulai dengan panen jelai selama Paskah dan diakhiri dengan panen gandum saat Shavuot. Shavuot menjadi hari raya penutup untuk musim panen biji.
Kalau panen buah, ada tradisi sendiri. Namanya adalah hari raya Sukkot (Pondok Daun), yang berlangsung selama 8 hari. Sukkot menjadi hari raya penutup musim panen buah.
Adaptasi Perayaan
Perubahan nama menjadi Pentakosta sebagaimana teks asli Alkitab Perjanjian Baru bahasa Yunani Koine, karena Shavuot juga bertepatan dengan 50 hari setelah Paskah. Pemaknaan dalam tradisi Ibrani juga mengalami perubahan. Hari raya sukacita tujuh minggu difokuskan kepada Yesus Kristus yang telah bangkit.                                            Â
Pentakosta menjadi penutup rangkaian hari raya umat kristiani. Tugas Yesus Kristus di bumi telah selesai. Sebagai gantinya untuk mewartakan Kabar Baik menjadi tugas dan tanggung jawab pada para murid dan orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Jika pada persitiwa pembangunan Menara Babel, bahasa menjadi alat kekacauan. Maka dalam peristiwa Pentakosta, bahasa menjadi alat pemersatu. Maka, di hari yang baik ini kiranya persatuan dan perdamaian senantiasa melingkupi setiap kita yang merindukan hidup dalam kedamaian. Buat bangsa Indonesia khususnya dan buat bangsa-bangsa lain di muka bumi.
Selamat merayakan Pentakosta buat teman-teman umat kristiani.... Juga selamat memperingati hari lahirnya Gereja di segala abad dan tempat.
23 Mei 2021
Hendra Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H