Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memburu Jejak Sang Pahlawan Kebangkitan Nasional

23 Mei 2021   10:00 Diperbarui: 23 Mei 2021   10:12 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kompleks GNI, terdapat pula makam dr. Soetomo. Keberadaannya di tempat ini memang atas keinginannya sendiri semasa hidupnya. Namun, makamnya ini tidak bersama dengan sang istri alias sendiri. Sebab sang istri meninggal terlebih dulu dan dimakamkan di komplek makam Belanda Kembang Kuning.

Sumber: Instagram @surabayasparkling
Sumber: Instagram @surabayasparkling

Koleksi Bersejarah

Museum dr. Soetomo terdiri dari bangunan dua lantai yang terdiri dari barang-barang pribadi. Ada sekitar 328 koleksi yang berupa alat-alat kesehatan dan juga foto-foto tersedia di sini.

Ada koleksi semasa ia menjadi dokter (spesialis kulit dan kelamin) di Rumah Sakit CBZ (Central Burgelijke Ziekeninrichting). RS masa Hindia Belanda ini kemudian berganti nama menjadi RS Simpang, dan terkini menjadi gedung Plaza Surabaya. Selain itu ada koleksi cerita mengenai perjuangan dr. Soetomo semasa hidupnya, hingga pernikahannya dengan perempuan Belanda, Everdina J. Broering.

Sebelum menjadi museum, lokasi gedung sebelumnya pernah dipakai sebagai Bank Nasional Indonesia, yang dibangun tahun 1930. Kemudian baru diresmikan oleh Walikota Surabaya Tri Rismaharini pada November 2017 sebagai museum.

Mueum ini beroperasi pada Senin--Jumat mulai pkl. 08.00--16.00 WIB. Sedangkan Sabtu dan Minggu mulai pkl. 07.00--15.00 WIB. Tidak ada biaya untuk mauk ke lokasi museum alias gratis.

Kantor Redaksi majalah Panjebar Semangat. Masih satu kompleks dengan museum (sumber: ayosurabaya.com)
Kantor Redaksi majalah Panjebar Semangat. Masih satu kompleks dengan museum (sumber: ayosurabaya.com)

Pers Sebagai Warisan

Perjuangan dr. Soetomo yang sering terluput dari perhatian adalah soal gagasannya yang ingin menjadikan media sebagai sarana untuk mencerdaskan dan mempersatukan bangsa. Buah karyanya itu akhirnya terpatri lewat sebuah majalah berbahasa Jawa (ngoko alus; bahasa Jawa tingkat pertama tapi halus) yang terbit secara mingguan bernama Panjebar Semangat. 

Dari Surabaya, majalah ini terbit pertama pada 2 September 1933 dan masih eksis hingga kini. Wah, hebat juga. Padahal Surabaya bukan "pusat bahasa Jawa" :). MURI bahkan mengukuhkannya sebagai majalah tertua di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun