Barangkali ini kali yang ketiga ketika nge-post kumpulan foto bunga Tabebuya mekar di media sosial (medsos), lantas media mainstream mengangkatnya juga dalam portal berita. Begitu juga sebaliknya, bermunculan dulu di media-media tadi, lalu ikut pula mengunggah foto di linimasa medsos.
Siapa mengikut siapa kalau sudah begini, hehe... Baiklah, tidak perlu saling klaim. Warganet kan cuma kalah sama "nama media resmi" saja. Kalau soal kecepatan, era digital begini malah yang viral dulu di medsos, kemudian diangkatlah oleh media mainstream.
Dari penelusuran beberapa sumber berita yang memuatnya, tampak kompak mereka bergantian memberitakan maraknya bunga Tabebuya yang sedang mekar di beberapa ruas jalan itu. Baik itu yang ada di jalur utama ataupun jalan penghubung.
Oleh karena masanya berdekatan dengan hari libur lebaran, lantas ada yang membuatkan judul bernuansa libur lebaran yang diiringi mekarnya Tabebuya. Ya, terserah dan suka-suka yang menuliskannya, haha...
Memang sih kalau diperhatikan, tidak semua dari media tersebut --sepertinya turun langsung ke lapangan. Jadi fotonya hanya copas (menyalin) dari akun milik Pemkot Surabaya yang sudah menayangkannya terlebih dulu.
Kota Seribu Taman dan Sejuta Bunga
Memang tidak ada julukan resmi untuk mengukuhkan Surabaya sebagai kota hijau yang peduli lingkungan. Justru yang lekat adalah kota metropolis yang erat dengan dunia bisnis dan dagang. Namun, hal itu tak jua membuatnya kalah greget untuk menunjukkan eksistensinya sebagai kota yang juga mampu menghasilkan ratusan taman dan ribuan bunga.
Tentu mengubah wajah kota yang tadinya cukup panas dan gerah menjadi kian hijau dan adem, bukan persoalan yang mudah. Sekitar sepuluh tahun lalu wajah itu mulai dipermak dan diperhatikan. Dan sekarang warga kota hanya tinggal menikmati hasilnya.
Data dari Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau (DKRTH) Kota Surabaya menyebutkan luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) per Desember 2020 sudah mencapai 7.356,24 hektare atau 21,99 persen dari luas kota. Artinya, sudah di atas target minimal sesuai dengan Peraturan Menteri (Permen) PU nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Dalam peraturan tersebut diamanatkan bahwa proporsi RTH pada kawasan perkotaan minimal 30 persen, yang terdiri dari 20 persen RTH publik dan 10 persen RTH privat.
Sementara itu, dari RTH yang tersebar di berbagai titik tersebut, terdapat pula di dalamnya 573 taman kota. Baik itu yang bersifat "aktif", artinya terbuka dan bisa dimanfaatkan keberadaannya. Maupun bersifat "pasif", yang hanya sekadar taman sebagai tempat untuk penghijauan.Â
Kerja keras membuat wajah kota lebih teduh, tentu bisa melepas buah dari tangan dingin Tri Rismaharini yang terpilih sebagai walikota Surabaya.
Dalam satu sesi wawancara dengan Aiman Witjaksono di Kompas TV jelang berakhirnya masa jabatan kedua pada 2020 lalu, akhirnya ketahuan juga sisi lain yang belum pernah  terungkap di media.
"Bu, kenapa kok di Surabaya, Ibu sepertinya getol menanam bunga-bunga?"
"Ya, gimana, ya. Saya ini ndak betah sumuk (gerah, panas). Makanya  Surabaya ini perlu ditanami banyak pohon."
Maklum waktu sebelum menjadi walikota, Risma juga pernah menjabat sebagai kepala DKRTH. Rupanya program  ini juga terus berlanjut. Dampak baiknya, suhu rerata Surabaya bisa turun hinga 2 derajat Celsius.
Masih dari sumber yang sama, konon penanaman Tabebuya di berbagai jalanan kota menyisakan cerita humanis yang menarik. Ini disampaikannya saat melakukan launching Festival Tabebuya Surabaya (BACA DI SINI) di area Car Free Day jalan Raya Darmo, Desember 2019.
Para petugas penggali kubur di TPU Keputih yang diajak ke tempat lain untuk ikut menanam pohon berbunga ini, lebih merasa nyaman dan bersemangat.  Ini terlihat dari wajah-wajah mereka. Terkesan lebih sumringah (gembira) ketimbang biasanya. "Biasanya yang dihadapi wajah-wajah duka, sekarang bisa lihat tanaman dan bunga-bunga. Senang rasanya."
Obat Pandang Mata dan Hati
Baik, kembali ke soal maraknya Tabebuya mekar di bulan Mei ini, yang banyak memang warna kuning. Tapi warna putih dan pink (merah muda) juga ada. Hanya mungkin jumlah tanamannya belum sebanyak yang warna kuning. Dan mekarnya hanya satu dua, belum serempak, jadi kalah pamor. Maka, hanya warna kuning itulah yang banyak ditampilkan di berbagai postingan warganet dan berita di media.
Sehat pada badan karena olahraga, sehat pula pada jiwa dan pikiran. Selamat turut menikmati keindahan mekarnya si kuning Tabebuya; walau ada yang cuma lewat foto, hehehe...
20 Mei 2021
Hendra Setiawan
*) data diolah dari beragam sumber
**) Selanjutnya: Â Bunga Sebagai Terapi Raga dan Kesehatan Jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H