Data yang lebih memprihatinkan datang juga dari Word Bank. Laporan tahun 2018 menyatakan bahwa dari penduduk Indonesia yang rutin membaca, lebih dari setengahnya, yaitu 55% mengalami "buta huruf fungsional". Artinya, bukan berarti mereka tidak "melek kata" atau tidak bisa membaca. Namun "kurang" bisa memahami informasi yang dicerna.
Dengan kata lain, penduduk Indonesia itu sudah sedikit yang berminat membaca, ternyata yang rutin membaca pun kurang memahami konten bacaan mereka.
Dengan minimnya pengetahuan literasi seperi ini, tidak heran pula, dunia media di jagad maya, juga terkadang banyak komentar asbun dan sekadar nyampah. Ada tautan berita atau informasi saja, kebanyakan tidak dibaca dulu. Komentarnya yang dinomorsatukan, hingga akhirnya menjadi bias makna. Bahan obrolan, komentar alias tanggapan menjadi "di luar konteks".
Mewariskan Tradisi Baik
Masa kini, bahan bacaan lebih mudah untuk didapat. Banyak toko buku berdiri, koleksinya juga cukup beragam. Tinggal memilih saja sesuai umur dan selera bacaan. Kalau toh tak sempat berkunjung bisa juga mencarinya via online.
Kalau mau yang versi gratisan, bisa juga berkunjung ke perpustakaan kota atau perpustakaan yang dikelola oleh lembaga atau komunitas yang tersedia di sekitar lingkungan. Atau pergi ke TBM (Taman Baca Masyarakat), kalau sudah tersedia.
Atau cukuplah bermodal kuota, mencari bahan-bahan bacaan yang tersedia di berbagai situs, baik berbayar ataupun nirlaba (free).
Artinya, masa kini untuk meningkatkan daya literasi semakin terbuka jalannya. Jadi bukan suatu alasan kalau membaca (dan menulis) menjadi penghalang. Kecuali memang pada dasarnya sudah malas.
Mewariskan tradisi baik untuk juga bisa "gemar membaca" kepada generasi kini, tentu peran orang tua atau warga dewasa sangat dibutuhkan. Pertama, tentu harus ada keteladanan. Seperti pepatah "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya". Paling tidak, bahan bacaan itu wajib tersedia dan aktivitas membaca itu juga dilakukan secara rutin dan kasat mata. Sebab dari kebiasaan yang terlihat baik itulah, nilai-nilai yang baik turut diwariskan.
Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dengan membaca buku. Seperti meningkatkan kecerdasan, daya ingat dan konsentrasi. Juga melatih nalar dan imajinasi, yang kelak bisa menumbuhkan rasa empati. Juga sebagai sarana mengurangi stres, mengurangi risiko pikun, dan memperbaiki kualitas hidup.
Sisi-sisi positif yang baik ini, bisa dan wajib ditularkan kepada mereka yang masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Generasi emas, generasi masa depan yang lebih baik, sebagai harapan bersama, yang lahir lewat keluarga yang mencintai dunia perbukuan. Generasi yang mampu berliterasi secara cerdas dalam sesuai era yang dihadapinya.