Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gemar Buku Agar Hidup Lebih Bermutu

17 Mei 2021   17:00 Diperbarui: 19 Mei 2021   16:49 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntung di era tahun 80-90an, masih cukup banyak majalah yang diterbitkan untuk anak. Ada Bobo yang masih eksis hingga sekarang. Tentu rasa jadul dan sekarang berbeda jauh. Dari segi kualitas kertas cetak dan materi cerita, ada banyak perubahan. Tapi yang masih bertahan adalah penggunaan soal tata bahasa yang tetap mempertahankan ejaan yang baku.

Atau --wah bernostalgia ini namanya- ada juga nama Kuncung, Kawanku, Tomtom, Ananda, Mentari, Fantasy dan lain-lain. Tapi di luar aneka cerita yang favorit tetap cerita bergambar semacam serial Tintin, Donald Bebek dkk. Meskipun sudah puluhan tahun berlalu, rasanya tetap kangen membacanya.

Keasyikan membaca buku yang tersedia di ruang tamu itu, terkadang sampai-sampai akhirnya koleksi tadi dipinjamkan untuk dibawa pulang. Tentu atas ijin dari orang tua dari si anak.  Atau sekadar pertanyaan, mana buku yang boleh dipinjam?

Kalau sudah begini, tak cukup jika pinjam satu dua buku. Bisa segepok atau alias satu tas plastik dibawa serta, hehehe...

Tentu pada masa itu, yang terjadi bukan seperti awal tulisan tadi. Peminjaman ini walaupun tanpa syarat terkatakan, tetap akan dikembalikan kalau buku-buku tadi sudah selesai dibaca semua. Biar nanti kalau mau pinjam lagi diperbolehkan.

Koleksi majalah anak tempo dulu. Banyak yang mati (sumber: goodnewsfromindonesia.id)
Koleksi majalah anak tempo dulu. Banyak yang mati (sumber: goodnewsfromindonesia.id)

Hari Buku dan Tantangan Penguasaan Literasi

Hari ini, 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional (Harbuknas). Penetapan ini berdasarkan tanggal berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI) pada 17 Mei 1980.

Adanya peringatan ini bertujuan untuk mendorong tumbuhnya budaya literasi, terutama minat baca dan menulis di kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini penting karena mirisnya data yang didapat, bahwa minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah.

Misalnya, pada Maret 2016, Central Connecticut State University merilis survei minat baca pada tiap-tiap negara di dunia. Hasilnya, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara yang disurvei.

Pun demikian dengan UNESCO yang juga menyatakan bahwa minat baca Indonesia sangat memprihatinkan. Persentasenya hanya 0,001%. Artinya, hanya ada 1 dari 1000 orang yang rutin membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun