Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Selamat Istirahat, Wahai Bumi

22 April 2021   16:00 Diperbarui: 22 April 2021   15:58 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jadi sepanjang tahun itu tanah harus dibiarkan dan tak boleh dikerjakan, ... sebab tahun itu adalah tahun istirahat untuk tanah. 

Walaupun begitu, tanah itu akan memberi hasil juga untuk dijadikan makanan bagi kamu, ... dan setiap orang yang tinggal dengan kamu." 

Setiap tanggal 22 April, dunia memperingati sebagai Hari Bumi atau Earth Day. Tema yang dipilih pada tahun 2021 ini adalah "Restore Our Earth" atau Pulihkan Bumi Kita. Titik fokusnya adalah pada proses alam, teknologi hijau yang sedang berkembang, dan pemikiran inovatif yang dapat memulihkan ekosistem dunia.

Tema tersebut diangkat guna menolak anggapan bahwa mitigasi atau adaptasi adalah satu-satunya cara untuk mengatasi perubahan iklim. "Memulihkan Bumi kita bukan hanya karena kita peduli dengan alam, tetapi karena kita hidup di atasnya. Kita semua membutuhkan Bumi yang sehat untuk mendukung pekerjaan, mata pencaharian, kesehatan dan kelangsungan hidup, dan kebahagiaan kita. Planet yang sehat bukanlah pilihan - ini adalah kebutuhan," demikian ditulis Earth Day di laman resminya.

Mengistirahatkan Tanah

Cara praktis dalam rangka menyemarakkan Hari Bumi, tentu tidak hanya ikut mengunggah ucapan itu di linimasa media sosial. Namun yang lebih penting adalah tindakan nyata yang dapat diberikan.

Mengembalikan atau merestorasi bumi kita. Barangkali ini masih terlalu abstrak, walaupun gagasan dan tujuannya kita tahu dan paham. Nah, kalau lebih dipermudah bisa dengan cara mengembalikan kesuburan tanah pada bumi tempat tinggal kita.

Sebagaimana mesin bekerja, ia suatu ketika perlu diistirahatkan. Kalau tidak demikian, ia bisa rusak dan umurnya tak awet. Apalagi manusia, disuruh bekerja terus-terusan, juga tak sanggup. Pada titik tertentu ia akan kewalahan melakoni. Bisa tumbang, drop, sakit. Demikian juga pada kemampuan alam lingkungan untuk bisa terus bekerja.

Tanah sebagai salah satu sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, juga memiliki titik jenuh jika terus diusahakan. Terus-terusan dipaksa untuk berproduksi. Ditanami satu jenis tanaman itu saja. Atau berganti jenis, tapi terus-menerus tanpa ada waktu jeda yang lumayan panjang.

Maka, itulah sebabnya mengapa tanah yang diolah dan dimanfaatkan, kalau sudah mengalami beberapa masa panen, hasilnya bukan malah meningkat tapi malah menurun. Bisa dalam hal kualitas atau secara kuantitas. Padahal bibit yang dipergunakan sama atau mungkin lebih baik.

Tanah yang subur bukan berarti ia dapat terus-menerus dimanfaatkan. Ia juga membutuhkan waktu istirahat untuk beberapa saat. Pengalaman praktis para petani, masa untuk mengistirahatkan tanah adalah setelah panen kedua sampai menunggu saat musim tanam pertama. Biasanya antara bulan September sampai November. Sekitar tiga bulan setiap tahun.

Mengistirahatkan tanah ini seringkali disebut sebagai "bera, bero (bhs. Jawa), berau". Tujuannya adalah mengembalikan kesuburan tanah secara idela secara alami.

Tentu saja, pemberaan ini tidak sama dengan penelantaran tanah. Tanah yang tidak dijamah sama sekali, hingga tumbuh banyak ilalang, gulma atau tanaman-tanaman liar penganggu yang menguasainya.

Pemberaan atau mengistirahatkan tanah tetap memperhatikan perawatan. Tanah tetap dijaga dari serbuan tanaman pengganggu yang kerap datang sendiri. Kecuali jenis tanaman-tanaman yang bisa menghasilkan tanpa perlu pengolahan, bolehlah diberikan kesempatan tumbuh.

Bukan berarti merasa sayang jika tak termanfaatkan, kelihatan terbengkalai. Tapi justru itulah cara bumi alias tanah memulihkan diri. Agar kelak jika waktunya tiba, kesuburan tanah itu tetap bisa optimal. Apalahi jika tanah terus-menerus diberikan pupuk kimiawi. Jelas waktu pemulihannya tambah lebih panjang lagi.

Kondisi Tanah Subur

Bagi tanaman, tanah itu berfungsi sebagai:

  • Tempat tumbuhnya tanaman
  • Tempat persediaan udara bagi pernafasan akar tanaman dan kehidupan mikroorganisme
  • Tempat persediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman, baik berupa zat organik maupun anorganik
  • Tempat persediaan air untuk melarutkan unsur hara agar bisa diserap tanaman

Dari keempat unsur di atas, yakni tanah yang mengandung zat organik, anorganik, air, dan udara dalam keadaan cukup dan tersedia sesuai dengan pertumbuhan tanaman, maka itulah yang disebut dengan "Tanah Subur". Tanah yang mampu menunjang kesuburan tanaman.

Kesuburan tanah dari waktu ke waktu akan selalu berubah. Tanah yang subur bisa menjadi miskin unsur hara bila tidak terpelihara. Tapi bisa sebaliknya bisa menjadi subur bila dipelihara dan dikelola dengan baik. 

Sebenarnya faktor tanah yang ditanami terus-menerus bisa berkurang kesuburannya hanyalah salah satu unsur penyebab, Namun itu yang dominan, sehingga perlu untuk mendapat perhatian lebih.

Faktor penyebab mundurnya kesuburan tanah yang lainnya adalah:

  • Tanah digunakan untuk menggembala ternak secara terus-menerus, sehingga tanah yang terinjak-injak menjadi padat dan rerumputan tidak tumbuh lagi.
  • Adanya bencana alam seperti banjir, erosi, tanah longsor, dan gunung meletus, sehingga menyebabkan pengikisan atau hilangnya lapisan top soil.
  • Musim kemarau yang panjang, sehingga menyebabkan tumbuhan dan beberapa organisme tidak dapat hidup, akibatnya tanah tidak menerima bahan organik yang cukup.
  • Pencemaran lingkungan, sehingga menyebabkan mikroorganisme pengurai bahan organik mengalami keracunan dan tanah tidak produktif lagi.

Kembalikan Kesuburan Tanah

Selain memberikan kesempatan kepada tanah agar bisa beristirahat dan melakukan pemulihan diri, upaya yang lainnya adalah:

1. Pemberian pupuk tambahan, terutama pupuk organik

Pupuk kimia itu reaksinya "jahat" jika tak sesuai dosis dan terlalu berlebihan dalam pemakaian. Ia bisa berubah menjadi racun bagi tanah. Memang produktivitas bisa meningkat. Namun lama-lama, tanahnya sendiri akan rusak.

2. Mengolah Lahan Efektif

Tanah yang subur adalah tanah yang bersifat gembur. Ini adalah jenis tanah yang paling baik bagi tanaman karena memiliki rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan unsur hara, air dan udara serta sesuai bagi kehidupan mikroorganisme.

Sebaliknya, jika ia termasuk tanah liat, maka ia tidak sesuai bagi tanaman. Sebab partikel-partikel tanah terlalu rapat, sehingga sirkulasi air dan udara tidak berlangsung lancar dan perakaran tanaman juga menjadi sulit menembusnya.

Begitupun dengan tanah berpasir, juga kurang baik bagi tanaman karena partikel-partikel tanah terlalu berongga sehingga sulit untuk menyimpan air dan unsur hara.

3. Melakukan pergiliran tanaman (rotasi tanam)

Artinya jangan terus-menerus melakukan tanam dengan yang satu jenis saja perlu ada selingan. Catatan ini kecuali yang tanahnya memang dimanfaatkan untuk khusus pertanian, misalnya padi.

Namun bagi yang melakukan urban farming, dalam skala mikro dan kecil, bisa dilakukan tips ini. Biar tidak bosan juga dengan aneka tanamannya. Misalnya setelah cabai atau lombok, terus itu lagi, dan lagi.

Kalau toh ingin tetap mempertahankan jenis tanaman itu sebagai yang wajib ada, tanamlah di lokasi tanah yang baru, bukan di tempat yang sama sebelumnya.

Sistem rotasi tanam ternyata mampu membuat tekstur tanah tetap optimal pasca panen. Keuntungan lainnya dari sistem ini adalah dapat membuat tanah semakin subur.

Selamat istirahat dulu wahai tanah, biar kelak keadaanmu jauh lebih baik. Selamat Hari Bumi 2021...

22 April 2021

Hendra Setiawan

*) Bacaan: SATU,  DUA,  TIGA,  EMPAT,  LIMA

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun