Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Minggu Palma yang Lara

28 Maret 2021   17:00 Diperbarui: 28 Maret 2021   22:25 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana ledakan depan gereja Katedral Makassar. Sumber: KOMPASTV

"Ledakan di Gereja Katedral Makassar."

Tunggu-tunggu, jangan diganti channel-nya. "Duh, ampuni, ya, Tuhan...." Ini ada apa lagi di di kota yang nama lainnya Ujungpandang, pada pagi atau siang hari ini?

Maunya akan lihat acara kerohanian di TV, lha, kok pas Kompas TV sedang menayangkan berita terbaru, breaking news seperti dalam tangkapan layar di atas. Membuat sesak dada rasanya.

Baru pulang gowes, lewat di beberapa jalur yang ada tempat ibadah umat Kristen, sebagian besar sudah dibuka kembali, sebagian tidak.

Sudah beberapa bulan, sejak pandemi Covid-19 datang setahun lalu, di Surabaya, gereja-gereja pada tutup. Tak ada yang berani buka. Jadi, kebanyakan melalui tayangan online.

Jelang hari raya Paskah tahun 2021, ada kelonggaran untuk bisa beribadah kembali secara tatap muka. Tentu ada pembatasan umat yang boleh datang. Lansia dan anak-anak sudah harga mati, di rumah saja. Jumlahnya pun dibatasi. Tak lebih dari setengah kapasitas normal.

Potret Kompas TV yang menayangkan acara (dok. pribadi hasil tangkap layar)
Potret Kompas TV yang menayangkan acara (dok. pribadi hasil tangkap layar)
Tempat saya bergereja, pada jam favorit, bisa sampai 300-400 orang. Sekarang, total hanya bisa menerima 100 saja. Itu sudah termasuk petugas pelayan ibadah. Jadi ada pembatasan yang superketat. Biasanya ada 4x jam ibadah, tinggal 1 saja.

Demikian juga dari berita yang ditayangkan tersebut. Menurut Rm. Wilhelmus Tulak, Pastor Gereja Katedral Makassar, tempat kejadian perkara, Ibadah Minggu yang bertepatan dengan Palmarum ini, untuk 2 jam ibadah sore akhirnya ditiadakan.

Minggu Palmarum dan Simbol Daun Palem

Geser sejenak, mengingat kembali pada peristiwa Desember tahun kemarin. Ada juga kejadian teror ini. Pembantaian 1 keluarga dan pembakaran 6 rumah di Sigi, Sulawesi Tengah (KLIK DI SINI). Kejadian itu, dua hari menjelang adanya Minggu Adven I (27/11/2020), masa-masa sebelum Natal.

Kejadian di Makassar hari ini terjadi saat umat kristiani hendak melaksanakan Pekan Suci Paskah, puncak perayaan iman. Hmm, apakah 'teroris' (sebut saja begitu buat pelaku) juga belajar soal masa liturgi ini, ya?

Hari Minggu Palma (Palmarum) yang jatuh pada pekan ini, bukan sekadar ibadah hari Minggu biasa pada umumnya. Ada keterkaitan yang erat pada hari Jumat Agung dan Minggu Paskah.

Oh, ya, terkait dengan palem itu sendiri, segarkan lagi ingatan yang terpendam. Daun palem yang menjadi simbol suci bagi umat kristiani, ternyata malah dipakai sebagai ajang demo dalam kancah politik. Silakan disimak tangkapan layar di bawah ini.

Kolase tangkapan layar kompas.com dan tempo.co (dok. pribadi/tangkap layar)
Kolase tangkapan layar kompas.com dan tempo.co (dok. pribadi/tangkap layar)
 

Gambar di atas isinya menceritakan massa dari Gabungan Elemen Rakyat untuk Keadilan dan Kebenaran (Gerak), yang diinisiasi oleh Kivlan Zen dan Eggi Sudjana (2 tersangka makar), mereka turun ke jalam ikut melakukan demo. Mereka mendampingi Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo -Sandi melaporkan dugaan kecurangan Pemilu ke Bawaslu.

Salah satu aksi kelompok yang diangkat dalam pemberitaan media adalah tampilnya belasan perempuan menamakan diri Emak-Emak Damai. Mereka terlibat 'mencolok' dalam demonstrasi di depan Gedung Bawaslu tersebut. Para perempuan itu mengenakan atribut dedaunan palma atau palem, yang diikatkan di kepala mereka. Menurut mereka, daun palma yang dirangkai menjadi mahkota itu menggambarkan persatuan.

Tentu saja rasa marah, gerah, geram, dan aneka rasa lain menyeruak. Berbagai reaksi netizen berseliweran di beragam linimasa melihat foto yang dimuat oleh media.  "Anjir... Kagak ada yang lain apa?!"

Tidak saja penampakan dari kaum perempuan tersebut, yang di antaranya tak terlihat sama sekali wajahnya, karena tertutup cadar atau penutup wajah lainnya. Namun  terlebih lagi dengan penggunaan daun palem alias palma yang dipergunakan sebagai hiasan kepala alias mahkota.  "Kalian sudah menistakan simbol iman umat kristiani, lho..." 

 "Catat itu, Mak...!" Perbuatan kalian dengan mempergunakan palem seperti itu, sama saja melukai hati saudara sebangsamu. Alangkah lebih baik dengan mengisi hari-hari yang penuh berkah itu dengan kegiatan yang bermakna.

Goresan luka kala itu sepertinya juga terjadi lagi pada saat seperti ini, ketika Minggu Palmarum sedang berlangsung. Masa pandemi belum jua berakhir. Satu-persatu mereka yang dianggap berafiliasi kepada teroris diciduk satu persatu, toh nyatanya masih ada yang lolos pula.  Aksi teror untuk mengoyak kebhinnekaan belum usai ceritanya.

Makna Palma

Palma alias palem itu salah satu sarana simbolis yang dipakai oleh umat kristiani dalam memperingati pekan kesengsaraan Yesus Kristus. Peristiwa Minggu Palmarum ini berlangsung sepekan sebelum hari Minggu Paskah.

Minggu Palma merupakan hari untuk mengingat masuknya Yesus di Yerusalem. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) memberikan judul "Yesus dielu-elukan di Yerusalem". 

Kisah ini dibahas lengkap di dalam keempat kitab Injil dalam Alkitab; baik Matius, Markus, Lukas, maupun Yohanes. Artinya, peristiwa ini menjadi salah satu momen penting dari rangkaian perayaan Paskah.

Catatan Injil menerangkan, ketika Yesus sedang di tengah jalan menuju Yerusalem, banyak orang menyambut Dia. Dengan mengambil daun-daun palem, mereka pergi menyongsong Dia sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan. Hosana di tempat yang mahatinggi!"

Visualisasi film The Gospel of John/tangkap layar pribadi
Visualisasi film The Gospel of John/tangkap layar pribadi
 

Sorak-sorai ini terjadi karena sebelumnya, Yesus telah mengerjakan berbagai mukjizat. Menyembuhkan beragam sakit dan penyakit yang diderita oleh warga masyarakat, dan bahkan membangkitkan orang mati. Rasa sukacita, pujian dan penghormatan ini sekaligus sebagai penggenapan dari nubuatan yang telah disampaikan para nabi terdahulu.

Tradisi Minggu Palma bagi umat kristiani, tidak hanya mengingatkan mereka atas proses masuknya Yesus ke Yerusalem, tetapi juga mengingatkan akan kesengsaraan Yesus. Setelah mengelu-elukan Dia begitu rupa, ada proses sengsara yang harus Ia lewati. Maka dari itu, peristiwa tersebut juga disandingkan dengan Minggu Sengsara.

Makna Minggu Palma bukanlah soal kemenangan Yesus tatkala Ia dipuja-puja, tetapi tentang keberhasilan-Nya melawan kuasa maut. Melalui peristiwa kematian di hari Jumat Agung dan bermuara pada kebangkitan-Nya di hari Minggu Paskah.

Tambahan lagi, Daun Palem pada zaman Romawi merupakan simbol kemenangan martir. Oleh karena itu, daun palem memberikan makna Minggu Palma bahwa Yesus telah menang atas maut.

Sementara, warna hijau pada daun palem identik dengan musim semi. Seperti musim semi yang menggantikan musim dingin, Yesus datang memberikan keselamatan, suasana baru yang penuh damai dan sukacita ganti segala dosa dan dukacita.

Simbol Pengharapan

Minggu Palma turut menjadi rangkaian dari tradisi puasa selama 40 hari. Dimulai pada hari Rabu Abu, 40 hari sebelum jatuhnya hari Minggu Palma tadi.

Abu sebagai tanda pertobatan sebelum memulai puasa, itu berasal dari palem tahun kemarin yang sudah dikeringkan dan dibakar. Begitupun, perayaan Minggu Palma saat ini (28 Maret 2021), daun palemnya akan dikumpulkan, dikeringkan. Setahun lagi, setelah dibakar, abunya dipakai sebagai sarana yang sama pada hari Rabu Abu. Demikianlah seterusnya. Jadi, palem punya makna simbolis yang juga besar di kalangan umat Kristen.

Palem kala itu dipergunakan sebagai bentuk penyambutan pada seorang Raja besar. Raja baru yang telah lama dinanti-nantikan kedatangannya. Raja yang diharapkan akan membawa pada kemerdekaan dan kejayaan besar pada sebuah masyarakat, bangsa yang tengah dalam masa penjajahan.

Semoga saja, aksi yang terjadi sekitar pkl. 10.00 WITA tadi, segera dapat terungkap motif dan siapa dalangnya. Buat warga yang jadi korban, bisa segera pulih kesehatannya.

Tetaplah jaga persatuan dan persaudaraan di NKRI. Salam damai buat kita semua...

 

28 Maret 2021

Hendra Setiawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun