Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Percaya Diri dan Narsis: Beda Tipis

27 Maret 2021   18:30 Diperbarui: 27 Maret 2021   18:31 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Yo, yo, yo... Lagi-lagi nama selebgram satu ini bikin 'rusuh' jagad maya pemberitaan. Tak tanggung-tanggung, Warta Ekonomi sampai membuat judul yang bisa membuat jantung seakan meleleh. "Trending di Google, Anya Geraldine Bisa Raup Hampir Rp200 Juta Sekali Upload di Instagram."

Selain merambah akting, ikut bermain di film layar lebar, Anya memang aktif mengunggah konten ke media sosialnya. Secara khusus, akun Instagram -nya itu dipakai sebagai alat promosi bisnis dan merek alias media endorsement. Makanya, ia dijuluki ratu selebgram. Jumlah penggemarnya (data terakhir hari ini) sudah mencapai 8,3 juta orang.

Byuh, meraup berapa duit Anya perbulan, perminggu, perhari kalau beritanya benar seperti itu?! Bersaing dengan Deddy Corbuzier dalam merajai dan meratui dua kanal media sosial terpopuler saat ini.

Berkat kemenangannnya di salah satu ajang penghargaan sebuah acara televisi swasta, "Insert Fashion Award 2021" sebagai "Fashionable Youth", nama Anya kembali menjadi trending di mesin pencarian Google Indonesia, pada Kamis (25/3/2021).

Dari informasi resmi dari akun @anyageraldine, perhitungan per-September 2020, selebgram itu mematok harga Rp1,5 juta per 1 foto produk endorse. Untuk endorse video harganya Rp 4,5 juta untuk periode tayang 2 minggu di Instagram feed-nya. Ada pula tarif memasang promosi di Instagram Story seharga Rp 750 ribu per konten.

Sementara itu, berdasarkan data analisis Nox Influencer yang dikutip Warta Ekonomi pada Kamis (25/3/2021), perkiraan penghasilan Anya di Instagram mencapai Rp 186,6 juta per postingan.

Wadaw... memang enak ya, hitung-menghitung uang dalam angka, tanpa pernah pegang yang dimiliki sendiri, hehe... Seperti guyon ala mahasiswa akuntansi. Cuma sekadar menghitung saja!

Narsis Versus Percaya Diri

Dalam kesempatan yang sama, Anya justru meminta maaf pada semua perempuan dan istri yang pasangannya suka kepergok memberikan 'like' untuknya. "Maaf ya buat semua perempuan, istri-istri di luar sana yang suaminya suka nge-like foto aku," ucapnya yang malam itu mengenakan gaun berwarna hitam.

Anya, dan juga banyak perempuan lain, termasuk makhluk yang gemar berfoto diri, lalu memajangnya untuk ditampilkan ke hadapan publik. Perilaku semacam ini apakah termasuk "Narsis" ataukah "ke-Pede-an" alias Percaya Diri?

Faktanya, tak semua orang punya kebiasaan atau gemar foto dirinya sendiri. Selfie atau swafoto, lalu mengunggahnya di media sosial, apakah itu termasuk kepribadian narsis  alias 'mencintai diri sendiri'?

Kata 'narsis' yang kerap ditujukan pada orang yang gemar foto diri, sebenarnya memiliki pengertian yang 'buruk rupa'. Ini merujuk pada suatu kelainan mental, yaitu kepribadian narsistik.

Istilah "narsis" sebenarnya tidak bisa ditujukan secara spesifik kepada orang yang gemar melakukan swafoto lalu mengunggahnya ke media sosial. Ada perbedaan mencolok antara perilaku "narsis yang normal" dengan "gangguan kepribadian narsisistik." Meskipun memiliki ciri yang mirip, keduanya tidak sama.

Dalam ilmu psikologi, narsis adalah suatu keadaan ketika seseorang merasa terlalu kagum dengan dirinya sendiri. Narsis tidak selamanya dipandang buruk. Ada juga beberapa perilaku narsis yang justru berdampak baik bagi pelakunya. Misalnya merasa hidupnya berbahagia, pikirannya bernada positif terus.

Namun jika narsis itu sudah berlebihan dan menjadi kebiasaan baru dalam hidup, maka saatnya berhati-hati. Gangguan kepribadian narsistik sudah di ambang pintu. Dimulai dari sulitnya mengendalikan ego dan memiliki tendensi megalomania (merasa yang terhebat dan tak bisa lagi menerima kritik atau masukan orang lain).

Tanda dan Gejala

Seseorang dikatakan mengalami gangguan kepribadian narsisistik ketika menunjukkan ciri-ciri antara lain seperti:

  • Merasa dirinya superior dibanding orang lain, merasa unik, atau spesial. Sering merasa dirinya memiliki hal yang paling baik.
  • Membutuhkan kekaguman dari orang lain secara terus-menerus dan berlebihan.
  • Selalu mengharapkan perlakuan istimewa dan berperilaku arogan atau sombong
  • Memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri.
  • Sulit menerima kritikan dari orang lain.
  • Mudah iri, tersinggung, marah, bila tak mendapat sesuatu yang diinginkannya.
  • Memonopoli percakapan serta mengumbar prestasi dan bakatnya secara berlebihan.
  • Suka mengambil keuntungan dari orang lain demi mencapai impiannya.
  • Kerap berkhayal tentang berbagai hal, seperti sukses di tempat kerja, menjadi paling hebat di antara teman-temannya, atau memiliki kehidupan yang sempurna.
  • Kurang atau tidak punya rasa empati pada orang lain. Tidak mampu atau tidak mau memahami perasaan dan kebutuhan orang lain.
  • Hampir tidak pernah rendah hati dan selalu menganggap dirinya lebih baik dan lebih penting dari orang lain.  

Sedangkan seseorang dikatakan ke-pede-an atau percaya diri (selanjutnya disebut "PeDe") punya makna yang lebih bersifat positif. Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan akan diri sendiri (terutama dalam hal sukses menghadapi tantangan hidup), dan berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut.

Mereka yang percaya diri merasa nyaman dengan dirinya sendiri, serta mengetahui kemampuan dan kelebihannya secara realistis. Jadi, berbeda dengan sifat narsis tadi.

Meskipun orang PeDe juga ada yang berperilaku narsis, namun jika dalam kadar yang "normal", tidak akan menimbulkan masalah besar dalam dirinya. Orang dengan sikap ini masih mampun menyadari batasan dan kesalahan yang mungkin telah diperbuat. Dia juga berusaha memperbaiki hubungan ketika secara tidak sengaja menyakiti orang lain.

Sikap Hidup Narsis Versus Percaya Diri (PeDe)

Jika ditelaah lebih lanjut, Narsis dan PeDe itu ternyata memiliki kepribadian yang bertolak belakang. Walaupun ada irisan atau kebersinggungan pada beberapa hal. Misalnya sikap berani tampil maksimal di hadapan publik, merasa punya kharisma, jadi pusat perhatian, dan sebagainya.

Jika Pede berkonotasi baik, maka Narsis cenderung yang negatif. Ada perbedaan signifikan dari keduanya. Di antaranya adalah:

1. Dasar Tindakan

Orang Narsis cenderung menutupi kekurangan atau menyembunyikan rasa takut dari  kegagalan. Istilah zaman now adalah Insecure. Sebuah istilah untuk menggambarkan perasaan tidak aman yang membuat seseorang merasa gelisah, takut, malu, hingga tidak percaya diri. Dengan kata lain, narsis itu seperti kecanduan perasaan istimewa yang terpusat pada diri sendiri.

Orang PeDe sebaliknya dari di pengertian di atas. Keberhasilannya adalah buah dari kerja keras. Jadi tidak ada hal yang membuatnya berlaku insecure.

2. Respon dan Tanggung Jawab

Orang Narsis menolak tanggung jawab untuk kesalahan yang dilakukannya. Ia justru bisa menunjuk orang lain bila dikonfrontasikan pada kekurangannya itu.

Orang PeDe yang baik bisa menunjukkan penyesalan atas kesalahan dan berusaha memperbaikinya.

3. Pandangan Diri dan Orang Lain

Orang Narsis memandang dirinya berdasarkan kacamata orang lain. Sehingga ia akan berusaha ingin dianggap hebat dan lebih dari yang lain.

Orang PeDe merasa nyaman dengan keberadaan dirinya sendiri. Ia tidak terganggu pada pendapat orang dan merasa sama citra dirinya  dengan yang lain.

4. Hubungan Personal 

Orang Narsis kebanyakan memiliki hubungan personal yang bermasalah. Ia sebenarnya tidak membutuhkan relasi yang lebih dekat, hangat, intim. Ia lebih membutuhkan rasa ingin dikagumi dan dianggap serba lebih, hebat dari orang lain di sekitarnya.

Ekspresi senang, bangga jika hal itu bisa didapatkan. Kalau tidak, reaksinya bisa mudah marah dan agresif (gampang terpengaruh).

Orang PeDe lebih membutuhkan relasi yang baik. Rasa dikagumi bukan yang utama. Maka sikap marah dan agresif, juga jarang dialami.

5. Hubungan Sosial

Orang Narsis merasa lingkungan pergaulan sosial (khususnya dalam hal pertemanan) berada pada dia sebagai pusatnya. Akibatnya ia senang berdebat, mendominasi, merendahkan yang lain. Agar ia tetap dipandang hebat. Tak jarang, orang narsis dipenuhi rasa kecemburuan dan mengundang permusuhan.

Orang PeDe merasa dekat dengan komunitas pertemanannya. Memandang sebaya, setara, menghargai dan bisa bekerjasama.

6. Respon Sukses

Orang Narsis bisa dikatakan sebagai orang yang memiliki rasa iri hati atas keberhasilan orang lain. Ia tidak ingin mendapatkan saingan. Mata orang harus tetap berpusat pada dirinya. Sehingga ada kalanya ia bisa bertindak lebih jauh menjatuhkan si pesaing tadi.

Orang PeDe juga berpotensi iri terhadap kesuksesan orang lain. Tetapi ia tidak akan melakukan 'penyerangan' demi dirinya tetap yang 'terhebat' tanpa sebuah alasan yang jelas dan tepat. Tidak ada kamus yang menyatakan menenggelamkan palor saingan bisa mengangkat kehebatannya.

7. Penghargaan

Terkait dengan poin di atas, orang Pede bisa belajar dari kemampuan orang lain yang mampu melebihi dirinya. Namun, orang Narsis justru melakukan kebalikannya. Ia hanya ingin terlihat lebih berkembang ketimbang orang lain. Tidak mau belajar atau malu jika merasa kalah.

8. Empati

Orang dengan gangguan Narsis belajar menjatuhkan orang lain, supaya dirinya tetap terlihat yang nomor satu. Namun orang Pede justru bisa menawarkan bantuan kepada orang lain yang ada di atasnya.

Tindakan dan Perawatan

Penanganan pada orang yang memiliki sifat narsis berlebihan dapat dilakukan melalui konseling atau lebih tepatnya psikoterapi. Hal ini bisa membantu penderita gangguan kepribadian narsistik untuk menjalani hidup dengan lebih baik.

Melalui terapi ini, dia akan dituntun untuk lebih memahami perasaan dan keterbatasan dirinya dan orang lain. Diharapkan, penderita gangguan kepribadian narsistik lebih bisa menjalani hubungan sosial dan kualitas hidup yang lebih baik.

Selain itu, dia juga akan dituntun untuk mengenali kekuatan dan potensi diri sehingga dapat menerima kritikan maupun kegagalan. Dalam tingkat lanjut bisa pula dengan pemberian obat, jika gejalanya sudah parah.

Boleh berperilaku narsis untuk menumbuhkan rasa PeDe. Tetapi jangan sampai terjerumus pada kepribadian yang narsistik. Semoga paham ya...

27 Maret 2021

Hendra Setiawan

 

*) Sumber bacaan: wartaekonomi.co.id,  hot.detik.com,  klikdokter.com,  halodoc.com, alodokter.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun