Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dongeng Klasik Buat Masa Depan (Bagian 2/2)

21 Maret 2021   18:30 Diperbarui: 21 Maret 2021   18:35 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ya, ampun, itu anak-anak sekolah diajari apa di sekolah? Kok bisa-bisanya melakukan tawuran! Bawa senjata tajam lagi. Tas kok isinya batu, bukan buku...”

“Duh, miris anak sekolah zaman sekarang. Masa melakukan ‘begituan’ di tempat umum. Kok kebangetan, ya... Wong masanya masih sekolah, sudah berani melakukan yang dilarang. Apa tidak kasihan orang tuanya. Anaknya sendiri apa yang tidak malu?!”

Walaupun tak sama persis kalimatnya, begitulah kira-kira komentar orang tua yang sekarang berada di rentang usia di atas 60-70-an atau lebih.

Usai zaman tawuran pelajar dulu, masa kini beritanya jadi aksi demo berujung rusuh. Nomor dua itu yang selalu aktual dari masa ke masa. Ada saja versi tiap zaman.

Kurang Asuhan 

Mempersalahkan pelaku tunggal, khususnya mereka yang masih kategori pelajar, yang dalam UU Perlindungan Anak berada dalam batas umur 18 tahun, tentu bisa jadi perdebatan. Khususnya mereka yang punya latar belakang psikologi, medis, atau sosial.

Tak jarang, lingkungan pergaulan sosial atau justru lingkup terkecil di keluarga, mempengaruhi seseorang memiliki sikap dan perilaku yang negatif. Seperti dalam dua contoh naratif di atas.

Masih berkaitan dengan Hari Dongeng Sedunia (20 Maret), apakah ada kecenderungan anak yang jarang mendapat "didikan baik" dari orang tua, dapat membentuk karakter anak di kemudian hari?

Pertanyaan seperti itu sah-sah saja. Mengingat bahwa dongeng itu juga memberikan banyak pesan positif. Seperti misalnya:

  • Perbuatan baik harus dibalas dengan perbuatan baik juga.
  • Orang yang berbuat baik akan mendapatkan hasil yang baik juga. Sebaliknya orang yang berbuat tidak baik akan mendapatkan hukuman atas perbuatannya.
  • Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
  • Sayangi kedua orang tua kita seperti mereka yang menyayangi dan merawat kita ketika kecil. Ingatlah bahwa doa mereka akan dikabulkan oleh Tuhan.
  • Tuhan akan menolong orang yang mau berusaha dengan maksimal. Pada setiap masalah tentu pasti ada jalan keluarnya.
  • Kebohongan dan kejahatan pasti akan terungkap dan mendapat balasannya.
  • Kebenaran akan menemukan jalannya sendiri. Kebenaran pasti akan menang.

Folklore dan Dongeng

Menyimak teori sastra, folklore atau cerita rakyat adalah kisah legenda yang diceritakan secara turun-temurun di masyarakat. Tentu saja mengandung pesan moral yang bisa dipetik. Keberadaannya digolongkan dalam budaya lisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun