Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Monumen "Peniwen Affair", Pengakuan Dunia atas Perjuangan PMR

18 Maret 2021   18:00 Diperbarui: 18 Maret 2021   18:26 3277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konvensi Jenewa tahun 1949 mengisyaratkan bahwa anggota Palang Merah masuk dalam kategori yang tak boleh diserang. Maka, praktis, Belanda telah melanggar konvensi dan secara resmi dinyatakan telah melakukan kejahatan perang.

Sumber: medcom.id
Sumber: medcom.id
Sejarah yang Tak Boleh Dilupa

Kemarin (17/3) menjadi peringatan dari Hari Perawat Nasional. Mengingat jejak sejarah, tak salah jika situs Peniwen Affair ini juga menjadi pengingat kembali.

Pasca kejadian yang merenggut korban nyawa anggota PMR, sebenarnya juga belum berhenti sama sekali. Pasca kejadian,  Belanda ingin membalas dendam akibat surat laporan yang membuat namanya tercoreng. Paling tidak hingga November di tahun itu juga, rentetan peluru masih terdengar. Belanda seakan ingin membersihkan nama baik dengan cara membuat laporan ada aksi tembak-menembak di Desa Peniwen.

Di Desa Peniwen, kini telah berdiri tetenger berupa monumen. Monumen ini berdiri juga sebagai bagian dari catatan sejarah Palang Merah Remaja (PMR). Satu-satunya yang ada di Indonesia, dan satu dari dua yang ada di dunia, Pengakuan dunia internasional atas gugurnya 12 anggota PMR dan masyarakat Desa Peniwen. Kejadian berdarah yang puncaknya terjadi pada 19 Februari 1949.

Gagasan berdirinya Monumen Peniwen Affair, diprakarsai pada masa jabatan Bupati Malang, Edy Slamet. Dana gotong-royong dari AMPI dan masyarakat Peniwen. Pembangunan awal dimulai dari peletakan batu pertama dilakukan pada 11 Agustus 1983 oleh bupati sendiri. Peresmiannya dilakukan oleh Pengurus Besar PMI, Marsekal Muda Dr. Sutojo Sumadimedja pada 10 November 1983. Sedangkan pada lokasi tempat gugurnya 12 pemuda itu, diresmikan menjadi Jalam PMR oleh Ketua PMI Pusat, Jusuf Kalla pada 15 Januari 2011.

Kejahatan perang tentara Belanda terhadap Palang Merah, mendapat pengakuan dari badan PBB. Melalui UNESCO, mereka mengakui bahwa Peniwen Affair adalah warisan sejarah dunia dari era perang dunia.

Kalau melihat lebih dekat, area di sekitarnya memang terdapat beberapa makam dari para korban Peniwen Affair tersebut. Pada monumen terukir nama-nama: Slamet Ponidjo Inswihardjo, JW Paindong, Suyono Inswihardjo, Wiyarno, Roby Andris, Kodori, Matsaid, Said, Sowan, Sugiyanto, Nakrowi, dan Soedono.

Bagi warga Desa Peniwen, mengabadikan nama jalan salah satu pejuang itu juga menjadi salah satu cara untuk mengingat dan menghargai jasa mereka. Misalnya di sebelah selatan gereja, ada ruas jalan bernama Paindong.

Sayang, sejarah berharga seperti ini kalau hanya terekam pada mereka yang melakoni dan orang-orang yang berminat dan pegiat sejarah. Mestinya untuk semua warga negara mencintai tanah airnya...

18 Maret 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun