Hadiah gratis. Siapa tak mau? Tapi tautan alias link yang diberikan oleh "Nama Pemberi" tadi ternyata isinya berupa survey online. Jengkel? Tentu saja!
Hati-hati jika mendapatkan yang seperti ini. Apalagi jika isian tadi menyuruh memberikan alamat email. Lebih baik jangan diteruskan. Mana ada hadiah gratis dengan syarat yang macam-macam begitu? Kalau niat baik, pasti syaratnya juga tak neko-neko, yang sewajarnya biasa.Â
4. Kisah Berbumbu
Ini istilah dari 'penulis' saja. Maksudnya, ada kalanya hoaks itu diberikan narasi yang seram. "Awas, bahaya, jangan, hati-hati, ....."
Meskipun mungkin tujuannya baik sebagai pengingat, tetapi jika ada motif lain terselubung, juga bisa membahayakan. Misalnya untuk tujuan ekonomi, penglaris dagangan, dan semacamnya.
Modus lain dengan memanipulasi foto dengan tujuan merebut simpati publik. "Tolong, bantulah, ..." Lalu, donasi kirim ke no. rekening ....
Ini juga perlu diwaspadai. Ada aturan yang jelas kok mengenai lembaga yang bisa atau boleh melakukan pengumpulan dana dari masyarakat. Tidak sembarangan, ada ijin dari pejabat yang berwenang.
Kalau pihak pengirimnya saja masih samar, terselubung, atau jangan-jangan terafiliasi ke jaringan teroris, ya niat baiknya malah jadi salah sasaran.
5. Narasi Post-Truth (Pasca Kebenaran)
Dalam hal ini, hoaks dibangun atas dasar kebenaran yang bias, yaitu ketika fakta bukan lagi menjadi sumber yang utama. Justru aspek narasi atau cerita dibuat dengan kecenderungan melibatkan emosi sebagai pembentuk opini publik.
Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!