Bentuknya amat kental dengan nuansa Bali. Pura dengan luas sekitar 7.703 meter ini diresmikan pada 29 November 1969. Tanggal ini bertepatan dengan hari Sarasvati (Saraswati).
Makanya, pada area depan gerbang, terdapat patung Dewi Saraswati. Sosok wanita cantik yang juga menjadi ibu dari ilmu pengetahuan.
Dua kali mengalami renovasi (1987 dan 2003), tempat ibadah ini sekarang sudah tertata menjadi tiga bagian. Dari yang umum hingga khusus, disebut dengan Mandala Nista atau Jaba Luar, Mandala Madya atau Jaba Tengah, dan Mandala Utama atau Jeroan.
Mandala Utama memiliki area yang berisikan Padamasana, Pepelik, Penglurah, Patung Ganesha, Bale Pawedan, Bale Pesantian, Kori Agung dan Penyengker. Lalu di Mandala Madya terdapat berbagai keperluan sembahyang berupa Beji, Bale Gong, Bale Sebaguna, Bale Pewaregan, Candi Bentar, Bale Pesanekan, Penyengker serta sekretariat PHDI Jawa Timur. Sedangkan di Mandala Nista, terdapat Bale Manusa Yadnya, Pasraman, Patung Dewi Saraswati.
Buat non-umat, yang tidak akan melakukan peribadatan, tidak diperkenankan masuk. Jadi cukup berada di daerah luar, untuk umum.
Lokasi ini memang jauh dari keramaian. Termasuk dalam wilayah pengelolaan Angkatan Laut. Jadi tak heran, sewaktu peresmian awal dilaksanakan oleh Kepala Staf Kodamar V Komodor Laut R. Sahiran. Bukan oleh pejabat pemerintah kota seperti Walikota.
Bersama dalam Keberbedaan
Saat lampau pernah ikut rombongan tour wisata ke Bali, beberapa tahun pasca peledakan bom Bali, pemandu wisata pernah bercerita kalau orang Bali itu percaya pada tiga kesatuan cinta. Kepada Tuhan, sesama manusia, dan alam ciptaan (semesta).
Kalau wisatawan melihat lokasi bekas tempat terjadinya bom tadi, atau tempat apapun yang lain bekas musibah misalnya, biasanya tempat itu akan “distrerilkan” dulu. Caranya dengan melakukan penanaman pohon atau “dihijaukan”. Tujuannya supaya kembali menciptakan keharmonisan atau keseimbangan dengan alam.
Hmm, bagus sekali konsep seperti ini. Makanya, di tempat pemujaan seperti ini, banyak juga ditemui tumbuhan peneduh dan berbagai jenis tanaman. Jadi terasa asri, adem dan hijau.
Selain menjadi jujugan wisatawan, Pura Agung juga menjadi salah satu tujuan pembelajaran lintas iman. Belajar mengenal tata cara peribadatan dan beragam sarana dan bangunan yang dipergunakan.