"Kalau kakak (suami) sih tak terlalu, soalnya tak seberapa suka rasa pedas. Saya ini yang jelas terasa. Saya makannya kalau tidak pedas, rasanya hambar. Lha, iya, ... Harga cabai sekarang kok seperti beli emas. Mahalnya minta ampunnn..."
Begitulah keluh (aslinya dalam bahasa Jawa) salah satu warga yang mengungkapkan soal harga cabai alias lombok di pasar. Padahal pasar yang dimaksudkan ini termasuk salah satu sentra, walaupun bukan pusat grosir.
Hari-hari belakangan ini, memang harga cabai menjadi meroket tak karuan. Padahal beberapa tahun lalu, saat kejadian serupa, ketika harga masih stabil dikisaran 20 ribu per kilo, tetiba melonjak jadi, 40 ribu, 60 ribu, 80 ribu, dan fluktuatif di atasnya tapi tak sampai 100 ribu per kilo, sambat (keluh kesah)-nya sudah setengah mati.Â
Sekarang, tahun 2021, berita yang tersiar malah sudah sampai 150 ribu per kilogram.
Menghadapi kondisi ini, ada yang membuat jokes alias guyonan. Maklumlah, itu the real ciri khas warga +62 yang aduhai. "Kalau mau beli cabai sekarang dihitung per biji. Jadi bagi yang suka membeli rujak rasa pedas, silakan bawa sendiri. Dari penjual, cabainya cuma dijatah satu, maksimal dua saja. Kalau kepengin nambah rasa pedas, cabainya dihitung per biji juga. Kalau tak mau, ya sudah." Haha...
Pemilik nama ilmiah Capsicum annuum ini, bagi sebagian orang menjadi kawan, tapi sebagian lain menjadi musuh. Cabai bisa membangkitkan selera makan, tapi bisa juga menyebabkan sakit perut. Â
Golongan sayur yang masih satu keluarga dengan paprika dan tomat ini, menurut publikasi Health Line (sumber), ternyata memiliki nutrisi dan mineral yang dibutuhkan tubuh. Sayuran tersebut memiliki kandungan vitamin C, vitamin B6, vitamin K, kalium, tembaga, serta vitamin A.
Selain itu cabai juga mengandung karotenoid, antioksidan, lutein, asam sinapic, dan asam ferulic yang dapat mencegah berbagai penyakit kronis seperti kanker.
Sedangkan jika dilihat dari segi kesehatan dan kecantikan, tanaman yang gampang tumbuh ini mempunyai manfaat lain seperti berikut:
- Membunuh sel kanker
- Melancarkan pencernaan
- Meningkatkan kinerja otak
- Menghilangkan stres
- Mencegah obesitas dan membantu menurunkan berat badan
- Membantu pembentukan sel darah merah
- Bersifat antiradang
- Mengobati panas dalam, terutama sariawan
- Mengatasi hidung tersumbat akibat flu atau pilek
- Memelihara kesehatan mata
- Mengurangi pusing, migrain, atau sakit kepala
- Mencegah bau napas
- Menjaga kesehatan jantung
- Meredakan nyeri sendi
- Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
- Mengatasi Psoriasis atau gatal dan bercak pada kulit
- Mencegah infeksi jamur
- Bantu detoks racun
- Mencegah penuaan dini dan bikin awet muda
- Menjaga kesehatan dan kekuatan rambut
Efek Samping    Â
Meskipun cabai memang bisa melancarkan sistem pencernaan, tetapi jika terlalu banyak mengonsumsi, dapat menyebabkan diare atau buang air besar (BAB) terus-menerus.Â
Jika tak ingin sakit perut, terjadi sensasi terbakar di usus, kram, dan gejala lain, cukuplah mengonsumsi sesuai batas kemampuan. Jangan terlalu memaksakan diri, walaupun rasanya sangat nikmat. Apalagi makanan era kekinian yang banyak menawarkan selera pedas hingga selangit.
Soal berat badan yang juga sering menjadi persoalan di sebagian orang, nikmat rasa pedas bisa membantu menurunkan berat badan. Sebab ia akan membantu melancarkan sistem pencernaan untuk membantu mendorong sisa makanan supaya tidak terlalu lama ditimbun dalam tubuh. Namun sebaliknya, kecanduan mengonsumsi makanan pedas justru bisa menambah nafsu makan dan menyababkan berat badan terus bertambah.
Penyakit usus buntu, salah satunya dipicu oleh faktor makanan. Beberapa pengidap usus buntu terpaksa ditangani oleh tenaga medis. Sebab, jika sudah akut, akan terjadi infeksi pada usus buntu yang mengalami perobekan atau pecah.
Rasa pedas pada cabai berasal dari zat alkaloid aktif yang disebut capsaicin. Namun rasa pedas pada sayuran ini bervariasi tergantung pada jenis dan kondisi pertumbuhannya.
Cita rasa pedas pada cabai memang banyak disukai sebagian besar orang. Selain sisi positif bisa membantu melancarkan pencernaan, ekstrak cabai dipercaya juga mampu mengatasi stres. Namun di sisi negatifnya, jika terlalu banyak dan sering mengonsumsinya, justru bisa membahayakan usus dan membuatnya meradang.
Radang itu makin bertambah seiring dengan harganya yang kian meroket, hehe... Jadi, kalau tak mau menguras kantong lebih dalam, coba saja untuk menanam sendiri. Gampang kok. Pengalaman ini mudah-mudahan bisa berguna.
Pertama, kenali dulu jenisnya. Ada beragam nama, warna, dan ukuran cabai yang tersedia di pasaran. Misalnya ada yang disebut dengan warna saja semacam ijo (hijau) dan merah. Ada jenis keriting, rawit, dan lain-lain. Istilah dalam bahasa daerah, mungkin lebih variatif lagi.
Masing-masing jenis ini memiliki tingkat kepedasan yang berbeda-beda. Harganya juga berbeda. Tentu saja ini karena cara penanaman, perawatan, hingga masa panen berbeda cara dan hasilnya.
Tanaman yang menghasilkan buah yang banyak dan lebat, tentu akan lebih murah ketimbang yang jumlahnya sedikit dan jarang dijumpai. Wajar, faktor alam dan pasar ikut menentukan kualifikasi ini.
Mendukung gerakan penghijauan dan mengurangi sampah plastik (go green), pakai saja wadah bekas minyak (kalau ada yang ukuran besar 2 liter), sabun/deterjen (ukuran jumbo) atau yang lain (beras plastikan 3 atau 5 kg misalnya).Â
Sebelumnya, cuci bersih dan lubangi bagian bawahnya sebagai jalan keluar air. Sebab, tanpa adanya lubang pembuangan, tanah jadi tergenang. Kondisi itu bisa membuat biji tanaman akan membusuk dan tak bisa bertunas.
Oh, ya kiat dan siasat ini buat yang kondisi rumahnya tak punya lahan besar, atau sudah mengalami perkerasan seluruhnya. Atau bisa juga untuk memanfaatkan ruang terbuka lantai atas yang tak termanfaatkan.
Tak perlu cemas dengan hasilnya. Kalau tanahnya bagus dan takaran campuran dengan kompos atau pupuk tambahan penyubur tanahnya tepat, hasilnya sudah cukupan. Kalau niatnya hanya untuk dikonsumsi sendiri, sudah bisa terpenuhi.
Tapi kalau ingin hasil yang lebih banyak, tentu kuantitas wadahnya juga perlu diperbesar lagi. Wajar saja, nutrisinya juga jauh lebih banyak. Jadi secara kuantitas, hasilnya nanti juga lebih banyak juga.
Ah, senangnya melihat tanaman-tanaman yang sedang berbuah seperti yang nampak dalam foto-foto di atas.
Menyambung tulisan sebelumnya, Walau Aneh, Berilah Hadiah Buat Diri Sendiri, aktivitas me time (waktu sendiri) seperti ini  bukankah juga termasuk self reward yang menyenangkan?Â
Memberi penghargaan, hadiah buat diri sendiri. Di saat yang lain berkeluh kesah, usahamu selama ini tak sia-sia. Bisa menggembirakan hati pada akhirnya.
7 Maret 2021
Hendra Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H