Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Bencana Tiba, Musisi Bersuara

31 Januari 2021   15:17 Diperbarui: 31 Januari 2021   15:19 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul kaset dan teks lagu / dokpri

Keberadaan album ini mendapat perhatian dan dipuji oleh Majalah Amerika Serikat "Rolling Stones" sebagai "Jamuan seniman yang terbesar di Indonesia" dan mendapat "penghargaan dedikasi" dari majalah ini.

Sampul kaset dan teks lagu / dokpri
Sampul kaset dan teks lagu / dokpri
Bagaimana Sekarang

Semangat musisi untuk peduli lewat karya musiknya hingga masa kini sebenarnya masih tetap ada. Walaupun memang mungkin tidak ada lagu yang meledak, yang bisa dinyanyikan bersama-sama pada waktu tertentu.

Dalam catatan grid.id atau yang dulu pernah kenal nama Hai, satu grup dari KG (Kompas Gramedia), artis tanah air yang berkarya untuk menyumbangkan lagu terkait dengan bencana hanya secara tunggal.

Ketika ada peristiwa tsunami di Aceh, Desember 2004, misalnya, ada Sherina dengan lagu Indonesia Menangis, yang kemudian jadi theme song. Artis senior Iwan Fals menyumbang lagu Saat Minggu Masih Pagi dan Harapan Tak Boleh Mati.

Barangkali yang kolaborasi besar, ada ya? Untuk sementara ini belum ditemukan jejaknya via penelusuran google. Adanya adalah konser kemanusiaan bersama yang melibatkan puluhan atau ratusan artis. Bang Iwan dkk. itu melakukannya pada 9 Januari 2005, setelah momen tahun baru pasca tsunami Aceh.

Tapi untuk pembuatan album sendiri, rasanya memang belum pernah terdengar lagi. Menyerupai yang pernah dilakukan tahun 1985 tersebut.

Bisa dimaklumi, barangkali karena waktu itu televisi adanya juga TVRI. Satu-satunya saluran yang bisa dilihat sampai pelosok yang ada kala itu. TV swasta sendiri kali pertama baru mulai ada empat tahun kemudian (1989).

Di masa itu, album kaset juga masih berjaya. Era internet juga belum ada. Jadi proyek kemanusiaan untuk penggalangan dana masih dimungkinkan.

Sekarang eranya sudah berubah. Dunia digital sudah mewabah. Konser digital dari rumah sekalipun bisa dilakukan. Nilai sumbangan juga bisa secara cepat mengalir.

Seperti yang pernah dilakukan oleh alm. Didi Kempot yang ditayangkan secara langsung oleh Kompas TV (11/4/2020. Dari rencana 3 jam acara, dua jam pertama sudah mampu membukukan donasi 4 milyar rupiah. Server kitabisa.com bahkan sempat  mengalami down. Donasi buat acara akan digunakan untuk masyarakat yang terdampak virus Corona atau Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun