Ada generasi 80'-an? Saya masih nak-kanak children waktu itu. Jadi lagu yang dibahas ini milik generasi dasawarsa di atas saya. Tapi lagu ini asyik, menarik disimak.
Walaupun musik dan tampilannya bagi kuping generasi Z atau A kedengaran jadul, tapi soal rasa ini jauh lebih berkelas. Syair lagunya lebih mengena. Itu menurut saya, lho, ya... :)
Ya, terang saja, wong ini namanya proyek kemanusiaan. Maka tema dan syairnya adalah spirit kebersamaan dan cinta kasih.
Generasi kini perlu mencontoh sikap dan semangat para musisi lawas tersebut. Bagaimana musik bisa mempersatukan dan menjadi alat solidaritas untuk kemanusiaan, untuk misi sosial.
Munculnya lagu ini terinspirasi dari sukses musisi-musisi Amerika yang telah membuat album USA for Africa. Salah satu single hits yang kondang adalah We Are The World.
Para musisi Indonesia, di bawah koordinir dari James F. Sundah, akhirnya turut membuat proyek serupa. Ada 75 artis bergabung di proyek ini. Mereka berkolaborasi  untuk membuat lagu, mengaransemen dan menyanyikan lagu-lagu yang indah di album ini.
Single lagu Anak-Anak Terang dinyanyikan oleh all artists. Sementara lagu-lagu lainnya dinyanyikan secara keroyokan. Hits besar dari album ini selain Anak-anak Terang, antara lain Perdamaian, Kuajak Kau Kembali, dan Hari Ini Dia Esok Siapa.
Penjualan kaset "Suara Persaudaraan" ini memang tidak untuk disumbangkan ke bencana kelaparan di Ethiopia tersebut, melainkan untuk berbagai bantuan sosial di tanah air.
Lagu "Anak Anak Terang" mengikuti pola "We Are The World" yang ditulis oleh Michael Jackson dan Lionel Richie.Setiap artis memperoleh kesempatan menyanyikan lagu persatu kalimat, lalu membentuk sebuah paduan suara.
Menariknya pula, lagu "Anak Anak Terang" ini diciptakan secara keroyokan juga. Selain ada nama James F. Sundah sendiri, nama lainnya adalah Adjie Soetama, BJ Rianto, Addie MS, Imaniar Noorsaid, Lydia Noorsaid, Utha Likumahuwa dan Chris Manusama.
Keberadaan album ini mendapat perhatian dan dipuji oleh Majalah Amerika Serikat "Rolling Stones" sebagai "Jamuan seniman yang terbesar di Indonesia" dan mendapat "penghargaan dedikasi" dari majalah ini.
Semangat musisi untuk peduli lewat karya musiknya hingga masa kini sebenarnya masih tetap ada. Walaupun memang mungkin tidak ada lagu yang meledak, yang bisa dinyanyikan bersama-sama pada waktu tertentu.
Dalam catatan grid.id atau yang dulu pernah kenal nama Hai, satu grup dari KG (Kompas Gramedia), artis tanah air yang berkarya untuk menyumbangkan lagu terkait dengan bencana hanya secara tunggal.
Ketika ada peristiwa tsunami di Aceh, Desember 2004, misalnya, ada Sherina dengan lagu Indonesia Menangis, yang kemudian jadi theme song. Artis senior Iwan Fals menyumbang lagu Saat Minggu Masih Pagi dan Harapan Tak Boleh Mati.
Barangkali yang kolaborasi besar, ada ya? Untuk sementara ini belum ditemukan jejaknya via penelusuran google. Adanya adalah konser kemanusiaan bersama yang melibatkan puluhan atau ratusan artis. Bang Iwan dkk. itu melakukannya pada 9 Januari 2005, setelah momen tahun baru pasca tsunami Aceh.
Tapi untuk pembuatan album sendiri, rasanya memang belum pernah terdengar lagi. Menyerupai yang pernah dilakukan tahun 1985 tersebut.
Bisa dimaklumi, barangkali karena waktu itu televisi adanya juga TVRI. Satu-satunya saluran yang bisa dilihat sampai pelosok yang ada kala itu. TV swasta sendiri kali pertama baru mulai ada empat tahun kemudian (1989).
Di masa itu, album kaset juga masih berjaya. Era internet juga belum ada. Jadi proyek kemanusiaan untuk penggalangan dana masih dimungkinkan.
Sekarang eranya sudah berubah. Dunia digital sudah mewabah. Konser digital dari rumah sekalipun bisa dilakukan. Nilai sumbangan juga bisa secara cepat mengalir.
Seperti yang pernah dilakukan oleh alm. Didi Kempot yang ditayangkan secara langsung oleh Kompas TV (11/4/2020. Dari rencana 3 jam acara, dua jam pertama sudah mampu membukukan donasi 4 milyar rupiah. Server kitabisa.com bahkan sempat  mengalami down. Donasi buat acara akan digunakan untuk masyarakat yang terdampak virus Corona atau Covid-19.
Sebarkan Kebaikan Melalui Talenta Kita
Beberapa hari belakangan ini, selain, hujan yang saban hari turun tak beraturan waktunya. Biasanya sih, bisa diprediksi malam saja. Jarang-jarang hujan di pagi, atau sore.Â
Selain hujan adalah angin kencang. Wah, beberapa tanaman jadi rontok kena hantaman bertubi-tubi. Sudah, tak bisa melawan kehendak alam.Â
Kita yang masih bisa berteduh di bawah atap rumah sendiri saja, bisa mengeluh dengan cuaca macam ini. Apalagi dengan mereka yang kini sedang berada di pengungsian. Belum lagi ancaman penyebaran virus yang turut menjangkiti petugas dan tim relawan.
Menyebarkan virus kebaikan lewat musik, bisa menjadi sarana ampuh dalam menggugah kepedulian dan kebersamaan sebagai sebuah bangsa. Ya, tak salah, karena dengan musik, kita bisa bersama.
Sayang kalau hanya karena perbedaan dan realita kemajemukan yang ada, itu menjadi isu yang justru menjauh dari spirit kemanusiaan orang beriman.
Bagi kita yang jauh dari komunitas musik ini. Artinya, cuma sebagai penikmat, tak perlu berkecil hati juga. Tak hanya lewat musik, melalui jalur apapun yang dimiliki; sesuai kapasitas dan talenta kita masing-masing, kita pun dapat turut juga memberikan sumbangsih kepada tanah air tercinta.
Salam Indonesia Raya...
 Hendra Setiawan
31-01-2021
*) Lagunya dapat didengar di laman sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H