Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Air Hujan, Berkah tapi Juga Musibah

10 Januari 2021   10:10 Diperbarui: 10 Januari 2021   10:41 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pindahkan, ganti tanah, atau panen dini. Tergantung juga adaptasi dari tanaman. Syukur bertaham. Jika tidak, relakan... (dok. pribadi)

Tanggal 10 Januari, secara serentak umat manusia di muka bumi memperingati Hari Sejuta Pohon Sedunia. Tanggal ini diperingati sebagai pengingat pentingnya melestarikan pohon.

Mengapa begitu? Sebab pohon merupakan makhluk hidup yang punya andil dalam keberlangsungan kehidupan manusia. Ya, siklus kehidupan yang secara natural terjadi. Jika yang satu binasa, yang lain akan terdampak juga.

Hasil dari proses fotosintesis yang dimiliki pohon atau tanaman hidup lainnya, menjadi komponen alami krusial bagi manusia. Pohon dapat mengurangi kandungan karbondioksida (CO2) dalam air dan mengeluarkan oksigen ke udara untuk nafas manusia.

Budidaya Pohon Kecil Bermanfaat

Tulisan ini tidak membahas soal pohon yang berjenis kayu besar yang usianya bisa mencapai puluhan tahun. Sederhana saja, yang gampang dibudidayakan, dan memang hampir pasti dibutuhkan oleh banyak orang. Apalagi kalau bukan tanaman cabe alias lombok.

Membaca tautan berita seperti tangkapan layar berikut ini, memang bisa membuat pusing tujuh keliling. Terutama penjual makanan yang memerlukan bahan ini sebagai bumbu utama. Juga para pecinta kuliner yang doyan masakan pedas.

Tangkapan layar twitter Kompas TV
Tangkapan layar twitter Kompas TV
Bagaimana dengan petani? Sama juga, pusing jika melihat panen yang diharapkan tak seperti kenyataan. Hanyut asa bersama datangnya musim hujan yang kini tak jelas kapan mulai dan berakhirnya.

Belum lagi ditambah dengan anomali cuaca yang kadang terlalu ekstrim. Makanya, pada bulan-bulan tertentu, harga cabe bisa sangat pedas. Bikin kantong jadi lebih bolong.

Sebenarnya cuaca yang adenm-adem sejuk terasa menyenangkan, Tidak terasa panas yang menyengat. Menguntungkan pada satu sisi, tapi merugikan di sisi lain.

Kalau punya tanaman, lumayan, tidak perlu menyiramnya hingga dua kali sehari. Cukup sekali, atau malah tidak usah sama sekali. Itu keuntungannya.

Namun, hujan yang membawa berkah itu, ternyata juga menjadi musibah pada sebagian tanaman yang cukup mudah ditanam. Lombok atau cabe, tidak malah segar, namun justru alum (Jawa). Layu, mengering, dan akhirnya mati.

Kok bisa begitu, ya? Bukankah airnya sudah lebih dari cukup?

Tentu saja, sangat-sangat disayangkan kondisi yang demikian. Apalagi jika tanaman itu sedang musimnya berbuah. Kelebatannya justru tampak menyedihkan.

Mau tak mau, panen dini, jika ingin hasil yang masih bisa dinikmati. Sebab jika menunggu esok atau lusa, sudah mulai mengkerut; tidak lagi segar.

 

Pengaruh Apa?

Mengapa harga lombok di musim penghujan jadi seperti menggila begitu, tentu ada sebabnya. Analogi sederhana bisa dimengerti saat kita punya tanaman itu sendiri. "Mengapa tanaman lombok jadi gampang busuk akarnya jika terkena air hujan?"

Perlu penanganan lebih ekstra supaya hasilnya tetap maksimal (dok. pribadi)
Perlu penanganan lebih ekstra supaya hasilnya tetap maksimal (dok. pribadi)
Konon, sebenarnya petani yang "asli" menganggap musim hujan sebagai off season. Banyak kendala untuk merawat tanaman lombok selama musim hujan.

Selama musim hujan, ancaman datang dari serangan hama, hingga berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.

Itu sebabnya, mengapa petani beralih menanam tanaman lain. Sehingga, stok di pasaran berkurang drastis. Tentu saja, ini berujung pada naiknya harga lombok tadi.

Paham ya, akhirnya dengan siklus ini.

Lha terus bagaimana yang sudah terlanjur menanam? Bukankah tanaman ini mampu bertahan hingga dua tahun terus-menerus? Sayang bukan jika harus di-"mati"-kan cuma gegara hujan datang? Sayang dengan hasilnya bila cukup berlimpah.

Lombok yang berbuah lebat, bisa ngirit pengeluaran. Bahkan nihil, tanpa perlu lagi beli di pasar. Cukup ambil dari hasil kebun sendiri.

Tips Sederhana

Mengatasi persoalan datangnya musim penghujan, beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain dengan cara memperbaiki drainase di sekitar tanaman.

Air yang menggenang dapat menjadi pemicu berkembangnya OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), baik hama maupun penyakit lain pada tanaman lombok. Oleh karenanya, memperbaiki saluran pembuangan air perlu dilakukan, sehingga air mengalir dengan lancar.

Selain itu perlu juga perlu mengganti atau menambah volume tanah serta mengatur ulang jarak tanam. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kelembaban tanah akibat banyaknya air di musim hujan yang tidak dapat menguap dengan baik akibat kerapatan tanaman.

Lebih baik mencabut atau menguraangi jumlah tanaman ketimbang seluruh tanaman menjadi rusak atau hasilnya tidak maksimal.

Jika tanaman anakan masih bisa dipindahkan ke tempat atau wadah lain, sebaiknya lakukanlah segera. Sebab makin tinggi atau besar, kemungkinan adaptasinya juga lebih sulit. Jadi ketika umurnya dirasa cukup, perbanyakan tanaman tadi dapat dilakukan. Jangan pada lokasi yang sudah jenuh dengan tanaman yang sama.

Pindahkan, ganti tanah, atau panen dini. Tergantung juga adaptasi dari tanaman. Syukur bertaham. Jika tidak, relakan... (dok. pribadi)
Pindahkan, ganti tanah, atau panen dini. Tergantung juga adaptasi dari tanaman. Syukur bertaham. Jika tidak, relakan... (dok. pribadi)
Demikian tips dan berbagi info seputar hobi kali ini. Semoga pengalaman ini berguna. Salam sehat, salam hijau...

10-01-2021

 Hendra Setiawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun