Tanggal 10 Januari, secara serentak umat manusia di muka bumi memperingati Hari Sejuta Pohon Sedunia. Tanggal ini diperingati sebagai pengingat pentingnya melestarikan pohon.
Mengapa begitu? Sebab pohon merupakan makhluk hidup yang punya andil dalam keberlangsungan kehidupan manusia. Ya, siklus kehidupan yang secara natural terjadi. Jika yang satu binasa, yang lain akan terdampak juga.
Hasil dari proses fotosintesis yang dimiliki pohon atau tanaman hidup lainnya, menjadi komponen alami krusial bagi manusia. Pohon dapat mengurangi kandungan karbondioksida (CO2) dalam air dan mengeluarkan oksigen ke udara untuk nafas manusia.
Budidaya Pohon Kecil Bermanfaat
Tulisan ini tidak membahas soal pohon yang berjenis kayu besar yang usianya bisa mencapai puluhan tahun. Sederhana saja, yang gampang dibudidayakan, dan memang hampir pasti dibutuhkan oleh banyak orang. Apalagi kalau bukan tanaman cabe alias lombok.
Membaca tautan berita seperti tangkapan layar berikut ini, memang bisa membuat pusing tujuh keliling. Terutama penjual makanan yang memerlukan bahan ini sebagai bumbu utama. Juga para pecinta kuliner yang doyan masakan pedas.
Belum lagi ditambah dengan anomali cuaca yang kadang terlalu ekstrim. Makanya, pada bulan-bulan tertentu, harga cabe bisa sangat pedas. Bikin kantong jadi lebih bolong.
Sebenarnya cuaca yang adenm-adem sejuk terasa menyenangkan, Tidak terasa panas yang menyengat. Menguntungkan pada satu sisi, tapi merugikan di sisi lain.
Kalau punya tanaman, lumayan, tidak perlu menyiramnya hingga dua kali sehari. Cukup sekali, atau malah tidak usah sama sekali. Itu keuntungannya.
Namun, hujan yang membawa berkah itu, ternyata juga menjadi musibah pada sebagian tanaman yang cukup mudah ditanam. Lombok atau cabe, tidak malah segar, namun justru alum (Jawa). Layu, mengering, dan akhirnya mati.
Kok bisa begitu, ya? Bukankah airnya sudah lebih dari cukup?
Tentu saja, sangat-sangat disayangkan kondisi yang demikian. Apalagi jika tanaman itu sedang musimnya berbuah. Kelebatannya justru tampak menyedihkan.
Mau tak mau, panen dini, jika ingin hasil yang masih bisa dinikmati. Sebab jika menunggu esok atau lusa, sudah mulai mengkerut; tidak lagi segar.
Â
Pengaruh Apa?
Mengapa harga lombok di musim penghujan jadi seperti menggila begitu, tentu ada sebabnya. Analogi sederhana bisa dimengerti saat kita punya tanaman itu sendiri. "Mengapa tanaman lombok jadi gampang busuk akarnya jika terkena air hujan?"
Selama musim hujan, ancaman datang dari serangan hama, hingga berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh jamur dan bakteri.
Itu sebabnya, mengapa petani beralih menanam tanaman lain. Sehingga, stok di pasaran berkurang drastis. Tentu saja, ini berujung pada naiknya harga lombok tadi.
Paham ya, akhirnya dengan siklus ini.
Lha terus bagaimana yang sudah terlanjur menanam? Bukankah tanaman ini mampu bertahan hingga dua tahun terus-menerus? Sayang bukan jika harus di-"mati"-kan cuma gegara hujan datang? Sayang dengan hasilnya bila cukup berlimpah.
Lombok yang berbuah lebat, bisa ngirit pengeluaran. Bahkan nihil, tanpa perlu lagi beli di pasar. Cukup ambil dari hasil kebun sendiri.
Tips Sederhana
Mengatasi persoalan datangnya musim penghujan, beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain dengan cara memperbaiki drainase di sekitar tanaman.
Air yang menggenang dapat menjadi pemicu berkembangnya OPT (Organisme Pengganggu Tanaman), baik hama maupun penyakit lain pada tanaman lombok. Oleh karenanya, memperbaiki saluran pembuangan air perlu dilakukan, sehingga air mengalir dengan lancar.
Selain itu perlu juga perlu mengganti atau menambah volume tanah serta mengatur ulang jarak tanam. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kelembaban tanah akibat banyaknya air di musim hujan yang tidak dapat menguap dengan baik akibat kerapatan tanaman.
Lebih baik mencabut atau menguraangi jumlah tanaman ketimbang seluruh tanaman menjadi rusak atau hasilnya tidak maksimal.
Jika tanaman anakan masih bisa dipindahkan ke tempat atau wadah lain, sebaiknya lakukanlah segera. Sebab makin tinggi atau besar, kemungkinan adaptasinya juga lebih sulit. Jadi ketika umurnya dirasa cukup, perbanyakan tanaman tadi dapat dilakukan. Jangan pada lokasi yang sudah jenuh dengan tanaman yang sama.
10-01-2021
 Hendra Setiawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H