Maka, seperti di awal tulisan ini, kreativitas itu sangat perlu. Maka, dengan pencanangan kegiatan Festival Tabebuya Surabaya, di tahun mendatang, diharapkan akan semakin banyak lagi wisatawan yang berkunjung ke kota Surabaya. Dengan begitu, geliat ekonomi akan terus berputar. UKMK yang memproduksi olahan Tabebuya, bisa makin berkreasi. Wah, salut ya....
Buat penutup, Tabebuya ternyata juga punya kisah humanis. Serentaknya masa tanam awal Tabebuya berbarengan dengan proyek perluasan makam kota. Jadi, para petugas penggali makam, itu wajahnya terlihat 'menyeramkan'. Tapi ketika mereka terlibat dalam penggalian untuk proyek penghijauan kota, wajahnya jadi cerah ceria. Jadi, Tabebuya menjadi menjadi semacam refreshing-nya.
Haha... ada-ada saja. Tapi bisa jadi benar. Â Cobalah berfoto dengan latar belakang Tabebuya mekar, pasti otomastis tersenyum. Wajah cerah ceria yang ditampilkan. Pose yang keren-keren yang ditunjukkan.
Wajah yang ceria, menandakan hati yang gembira. Dan hati yang gembira itu adalah obat dari segala penyakit. Demikian kata sang penyair Kitab Kebijakan.
Selamat bersenang-senang. Selamat menikmati keceriaan di hari Minggu....
Salam damai...
Hendra Setiawan
Surabaya, Minggu Adven I
1 Desember 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H