Wolfmoon atau bulan serigala sendiri sebenarnya nama pemberian dari orang Barat. Alias julukan yang diberikan penduduk asli Amerika untuk bulan purnama pertama dalam tahun yang berjalan. Ya, karena fenomena ini terlihat jelas bagi penduduk yang tinggal di seluruh Amerika Serikat. Juga masyarakat di Eropa, dan sebagian Afrika dan Rusia.
Fenomena tersebut berlangsung sekitar lima jam, mulai pukul 9:36 malam ET pada Minggu (20/01/2019) dan berakhir sekitar 1:50 pagi ET Senin (21/01/2019). Di Indonesia, fenomena ini terjadi pada pukul 9:36 pagi WIB hingga 13:50 WIB pada Senin (21/01/2019).
FEBRUARI
Nama supermoon diberikan pakar astrologi Richard Nolle, yang berarti bulan purnama yang tampil lebih besar di depan manusia.
Supermoon kedua terjadi pada tanggal 19 Februari 2019. Sebutan untuk supermoon yang kedua ini adalah Snow Moon alias bulan salju.
Peristiwa astronomis kedua ini, posisi bulan adalah yang terdekat dengan bumi. Jarak bumi dan bulan berada pada titik terdekatnya (perigee). Terjadi pada pukul 16.00 -- 22.53 WIB.
Hal ini menyebabkan ukuran bulan membesar sekitar 14% dari saat purnama apoge (titik terjauh bumi ke bulan). Selain itu, juga tingkat ke-terang-annya mencapai angka 30% dibandingkan pernama apoge.
Menurut Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), penampakan bulan pada Selasa (19/2/2019) itu jarak terdekat bumi dan bulan mencapai 357.492 km.
Meskipun penampakan supermoon membuat bulan terlihat membesar secara kasat mata, tapi sebenarnya tidak. Hal itu disebabkan ilusi optik karena bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi atau disebut perigee.
Nama Super Snow Moon yang menjadi julukan kali ini diambil dari istilah astrologis, sebuah pseudosains. Terminologi ini khas rakyat AS bagi bulan purnama yang terjadi sebelum vernal equinox (21 Maret). Kalender datangnya titik musim semi matahari yang menandai dimulainya musim semi astronimis.