Tahun demi tahun berlalu. Sepertinya sudah banyak dijelaskan secara berulang-ulang dan berkali-kali. Namun, sepertinya masih saja ada yang salah memahami hal ini.
Media besar, media mainstream, tentu punya andil terhadap pengertian dan pemaknaan kata dan istilah. Termasuk organisasi resmi kenegaraan sebagai sumber rujukan.
Jumat Agung itu tidak sama dengan Paskah. Gampang, kan sebenarnya memahami kalimat singkat ini?!
Ya, Paskah itu hari Minggu. Hari kebangkitan Yesus Kristus, menurut keyakinan umat kristiani. Bukan di tanggal merah hari Jumat, seperti hari ini, 19 April 2019.
Paskah adalah puncak perayaan iman. Peristiwa kebangkitan-Nya, memberikan pengharapan kekal bagi seluruh umat manusia yang percaya kepada Dia. Bahwa ada penebusan dosa dan jaminan keselamatan bagi orang yang merasa dirinya berdosa.
Bagi yang mempercayai kehadiran Sang Sabda yang menyejarah dalam kefanaan manusia dan dunia ini. Ia kelak akan memberikan keabadian dalam kehidupan sorgawi. Kehidupan kedua setelah kematian ragawi.
***
Terserah kalau ada yang mau mengatakan, hari ini hari Jumat Agung, kematian, atau wafat Yesus. Sebagaimana yang telah diyakini iman kristiani.
Ataukah ada yang mengatakan, hari ini adalah hari kematian, wafat Isa Almasih. Terserah... tergantung dari siapa yang menyatakannya.
Namun, memang dalam penyebutan yang terakhir tersebut, masih menimbulkan perdebatan panjang bagi penganut agama/keyakinan yang mengimaninya. Secara intern, dan secara ektern yang pasti, tak akan dengan mudah bisa terselesaikan secara instan. Dan, biarlah itu kembali pada hak keimanan masing-masing orang atau umat yang mempercayainya...
Menafsir Gambar
Gambar ilustrasi pada tulisan ini diambil dari instagram yang muncul di tahun 2019, hari ini. Sebenarnya amat banyak, hingga ratusan. Setelah disaring, tinggal puluhan. Hanya berbeda gambar background yang dipergunakan. Sesudahnya, disaring kembali karena kata yang dipakai sama. Hingga terakhir muncullah kolase di atas.
Pada slide pertama (atas-kiri), terdapat ucapan "Selamat Merayakan Hari Jumat Agung" dari Presiden @jokowi. Kata-kata pada ilustrasi ini bersifat lebih umum dan netral.
Pada slide kedua (atas-tengah), bisa juga ditambahkan kata lain untuk memberi penjelasan lain atau padanan kata. "Selamat Memperingati Jumat Agung, Wafatnya Yesus Kristus".
Pada slide ketiga (atas-kanan), memilih salah satu istilah, juga tak salah, untuk efisiensi kata. "Selamat Memperingati Wafat Yesus Kristus" plus tanggalnya sekalian: 19 April 2019.
Pada slide keempat (bawah-kiri), dibolak-balik, pun juga tak mengapa. Hari dan peristiwa atau sebaliknya, peristiwa dan harinya yang ditulis. "Selamat memperingati Jumat Agung, Wafat .... Isa Almasih".
Sebagai catatan, semestinya kalau mau konsisten, penyebutan hari libur (keagamaan) di Indonesia mempergunakan kata atau istilah yang sama. Supaya ada kesejajaran dan tidak membuat ambigu.
Sebab, pada hari raya Natal misalnya, mengapa tak disebut sekalian sebagai kelahiran Isa Almasih?! Kalau Natal saja, identik -dan kalender cetakan umumnya menuliskan catatan penjelas- sebagai kelahiran Yesus Kristus.
Mengapa hal ini lantas jadi berubah kala ada peringatan wafat dan kenaikan-Nya?! Hanya pembuatnyalah yang tahu pertanyaan ini...
Ketidaktegasan semacam ini tentu membuatnya jadi rancu dalam memberi pemaknaan secara umum. Padahal dalam iman Kristen, keseluruhan peristiwa yang dialami Yesus itu menjadi titik tolak dalam penyusunan kalender gerejawi. Peristiwa besarnya dimulai dari Natal sebagai titik awal, hingga bermuara pada Paskah sebagai sentral perayaan iman.
Tentu ada banyak peristiwa lain di seputarnya. Dan, memang, hanya peristiwa besar itu saja yang di antaranya dimasukkan pada kalender hari libur resmi negara. Setidaknya, ada 5 (lima) peristiwa besar tersebut, Di luar Natal dan Paskah, ada Jumat Agung, kenaikan Yesus Kristus, dan Pentakosta (hari ke-50 setelah Paskah).
Nah, karena Paskah dan Pentakosta yang jatuh pada hari Minggu, tidak tertera dalam kalender nasional. Maka, bisa jadi pemahaman awam menuliskan atau mengucapkan hari Jumat yang libur itu sebagai Paskah.
Salah kaprah yang mengakar itu perlu untuk terus diperbaiki. Supaya tidak terus-terusan demikian.
Memaknai Jumat Agung dan Paskah dalam Bingkai Keindonesiaan
Pada slide kelima (bawah-tengah), adalah contoh yang salah tadi. "Selamat Hari Paskah" tapi di tanggal merah hari Jumat. Penulisan yang teramat jelas dengan tanggalnya ini; “19 April 2019” patut disayangkan, karena salah.
Pada slide keenam (bawah-kanan), meskipun tanpa tambahan kata “Selamat”, masih dapat diterima. “Wafat Yesus Kristus, 19 April 2019”. Menerangkan kalau hari ini ada peristiwa demikian.
***
Dua hari lalu, 17 April 2019, gelaran akbar pemilu telah usai. Polarisasi hebat dua kubu pendukung kandidat pemimpin bangsa harusnya sudah usai. Momen Paskah yang berdekatan dengan pemilu tersebut, semoga merekatkan kembali jalinan persaudaraan sesama warga bangsa.
Sebagaimana kehadiran-Nya yang mempersatukan kembali Sang Pencipta dan makhluk ciptaan-Nya. Biarlah segala doa dan ucapan yang membanjir linimasa media di hari ini, hingga Minggu esok (21 April 2019), adalah bukti nyata ketulusan dan wajah sesungguhnya anak-anak Indonesia yang berkeadaban.
Manusia-manusia yang ramah. Punya sikap saling menghargai, menghormati, serta meyakini kemajemukan sebagai kekuatan bangsa. Itu hadiah terindah yang Tuhan berikan pada negeri permai bernama Indonesia.
Kematian-Nya, adalah juga kematian kita dalam kedagingan dan egoisme. Dan kebangkitan-Nya, adalah kebangkitan kita dalam menjalankan misi kebaikan bagi sesama dan ciptaan.
Selamat memperingati Jumat Agung dan Paskah 2019...
© Hendra Setiawan
edisi pergantian hari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H