Ketidaktegasan semacam ini tentu membuatnya jadi rancu dalam memberi pemaknaan secara umum. Padahal dalam iman Kristen, keseluruhan peristiwa yang dialami Yesus itu menjadi titik tolak dalam penyusunan kalender gerejawi. Peristiwa besarnya dimulai dari Natal sebagai titik awal, hingga bermuara pada Paskah sebagai sentral perayaan iman.
Tentu ada banyak peristiwa lain di seputarnya. Dan, memang, hanya peristiwa besar itu saja yang di antaranya dimasukkan pada kalender hari libur resmi negara. Setidaknya, ada 5 (lima) peristiwa besar tersebut, Di luar Natal dan Paskah, ada Jumat Agung, kenaikan Yesus Kristus, dan Pentakosta (hari ke-50 setelah Paskah).
Nah, karena Paskah dan Pentakosta yang jatuh pada hari Minggu, tidak tertera dalam kalender nasional. Maka, bisa jadi pemahaman awam menuliskan atau mengucapkan hari Jumat yang libur itu sebagai Paskah.
Salah kaprah yang mengakar itu perlu untuk terus diperbaiki. Supaya tidak terus-terusan demikian.
Memaknai Jumat Agung dan Paskah dalam Bingkai Keindonesiaan
Pada slide kelima (bawah-tengah), adalah contoh yang salah tadi. "Selamat Hari Paskah" tapi di tanggal merah hari Jumat. Penulisan yang teramat jelas dengan tanggalnya ini; “19 April 2019” patut disayangkan, karena salah.
Pada slide keenam (bawah-kanan), meskipun tanpa tambahan kata “Selamat”, masih dapat diterima. “Wafat Yesus Kristus, 19 April 2019”. Menerangkan kalau hari ini ada peristiwa demikian.
***
Dua hari lalu, 17 April 2019, gelaran akbar pemilu telah usai. Polarisasi hebat dua kubu pendukung kandidat pemimpin bangsa harusnya sudah usai. Momen Paskah yang berdekatan dengan pemilu tersebut, semoga merekatkan kembali jalinan persaudaraan sesama warga bangsa.
Sebagaimana kehadiran-Nya yang mempersatukan kembali Sang Pencipta dan makhluk ciptaan-Nya. Biarlah segala doa dan ucapan yang membanjir linimasa media di hari ini, hingga Minggu esok (21 April 2019), adalah bukti nyata ketulusan dan wajah sesungguhnya anak-anak Indonesia yang berkeadaban.
Manusia-manusia yang ramah. Punya sikap saling menghargai, menghormati, serta meyakini kemajemukan sebagai kekuatan bangsa. Itu hadiah terindah yang Tuhan berikan pada negeri permai bernama Indonesia.