Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Surabaya Wujudkan Mimpi Miliki Kebun Raya "Mangrove" Pertama di Dunia

4 Mei 2018   17:00 Diperbarui: 4 Mei 2018   17:05 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Surabaya boleh bangga. Sebentar lagi, mimpi punya kebun raya mangrove pertama di dunia bakal terwujud. Mimpi itu diwujudkan melalui dukungan Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI).

Barangkali, tak banyak yang tahu --termasuk penulis, yang tahunya juga tak sengaja-- mengenai kegiatan ini. Surabaya, yang pada malam sebelumnya masih menggelar event Surabaya Urban Culture Festival (SUCF), di pagi hari suasananya sudah berubah total. Jalan legendaris yang kini elok rupawan, Tunjungan, kembali punya gawe. Namanya adalah Jaga Bhumi Festival 2018. Sebuah gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya 'Kebun Raya ' sebagai kawasan konservasi keanekaragaman tumbuhan di Indonesia. Tema yang diangkat adalah Kembalikan Kejayaan Alam Indonesia.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Menurut panitia, kegiatan ini ditargetkan mendapat kunjungan 50 ribu orang. Dimulai dari pkl. 6 pagi hingga 10 malam. Berbagai jenis acara yang diadakan, di antaranya adalah Fun Walk, Festival Bunga, Jaga Praja (pameran UKM dan pertunjukan komunitas). Selain itu ada Jaga Cilik (permainan tradisional anak Indonesia, dan lomba mewarnai), Jaga Wiyata (edukasi lingkungan di sekolah), Jaga Raga (aktivitas olahraga, zumba), Jaga Sakra (sarasehan 84 orang penerima penghargaan Kalpataru).

Sebagai hiburan, pertunjukan musik Jaga Gita diramaikan oleh grup musik Tipe-X, White Shoes and the Couples Company, dan The SIGIT. Untuk anak, ada Zara Leola. Kegiatan lain adalah Jaga Prakasa (simbolis pencanangan Kebun raya Mangrove Surabaya), dan Jelajah Bumi Komunitas Sepeda (1000 km perjalanan Jakarta-Surabaya).

Pemilihan kota Surabaya sebagai tuan rumah acara ini (27-29 April 2018), tentu tidak lepas dari berbagai prestasi Surabaya di bidang lingkungan hidup. Konsistensi Pemerintah Kota Surabaya terhadap pelestarian lingkungan, membuat YKRI tertarik menjadikannya sebagai program besar tujuan jangka panjang.

Supaya tidak lupa juga, berkat mangrove pula, salah satu warga kota Surabaya, Lulut Sri Yuliani, pernah mendapat Kalpataru, kategori perintis lingkungan pada tahun 2013. Keren kan? Siapa nyana, tinggal di kota metropolitan tapi bisa memenangi penghargaan ini.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Rencana Kebun Raya Mangrove di Surabaya

Oh ya, bagi yang belum tahu istilah mangrove. Kata ini memang lekat dengan wilayah pesisir. Jadi kalau yang tinggalnya jauh dari wilayah kota/kabupaten yang memiliki pantai, mungkin masih asing. Mangrove adalah formasi tumbuhan khas di pantai tropis dan subtropis yang terlindungi. Salah satu fungsi utamanya adalah sebagai penjaga pantai dari ancaman abrasi laut. Hari mangrove sendiri diperingati setiap 26 Juli.

Berdasarkan data One Map Mangrove, luasan ekosistem mangrove di Indonesia sendiri ada sekitar 3,5 juta hektare. Terdiri dari 2,2 juta ha di dalam kawasan, dan 1,3 juta ha di luar kawasan mangrove. Ekosistem mangrove tersebut berada di 257 kabupaten/kota, yang sebagian besar ekosistemnya telah mengalami kerusakan.

Kerusakan tersebut disebabkan sebagian besar karena konversi lahan menjadi area penggunaan lain, misalnya kawasan perumahan. Selain itu adanya perambahan, hama dan penyakit, pencemaran dan perluasan tambak, serta praktik budidaya yang tidak berkelanjutan.

Di Surabaya, wilayah mangrove berada di tiga kawasan kecamatan yang berdekatan, yakni Gunung Anyar Tambak, Wonorejo dan Medokan Ayu. Total luasannya sekitar 2.500 hektar, yang keseluruhannya berada di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya). Namun, milik pemkot (pemeritah kota) hanya sekitar 200-an hektar. Lainnya sudah dikuasai oleh penduduk dan pengembang. Pada tahap awal, lokasi yang dipilih ini berada di Kecamatan Gunung Anyar.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Dalam pandangan YKRI, rencana terwujudnya Kebun Raya Mangrove di Surabaya ini akan terwujud dalam waktu lima tahun. Tergantung fisik yang ingin ditampilkan. Setelah Kebun Raya ini jadi, akan menjadikannya sebagai lokasi penelitian, pendidikan, konservasi. Itulah sebabnya, pihak LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) pun dilibatkan dalam perencanaan ini.

LIPI digandeng dengan harapan bisa menentukan jenis, usia, serta zonasi mangrove yang akan ditanam nantinya. Jenis tanaman mangrove yang ada di Pamurbaya, amatlah beragam. Mulai jenis Sonneratia alba, Avicennia alba, Rhizophora apiculata dan banyak lagi.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Kalau secara umum, Indonesia memiliki keragaman jenis mangrove yang tinggi. Ada sekitar 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi: 89 jenis pohon, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit, 19 jenis pemanjat, 5 jenis palma, dan 1 jenis paku.

Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (di antaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove). Sementara jenis lain, ditemukan di sekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (associate asociate).

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Pemkot Surabaya telah merekomendasikan 61 hektar tanah sebagai lokasi pembuatan hutan mangrove. Sebagai tahap awal, setelah ditandatanganinya MoU (memorandum of understanding/ nota kesepahaman) dengan kedua lembaga tadi, selanjutnya akan ada pelatihan dan pengelolaan berkelanjutan dari kebun raya itu.

Penandatanganan MoU ini disaksikan oleh Ketua Umum YKRI Megawati Soekarnoputri, Wakil Ketua I YKRI Michael Sumarijanto, Wakil Ketua II YKRI Alexander Sonny Keraf, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Kepala LIPI Bambang Subiyanto, dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

Lokasi kebun raya sengaja diletakkan di pantai timur Surabaya untuk melindungi kawasan tersebut dari banjir rob dan abrasi. Selain didesain menjadi kawasan konservasi alam, direncanakan juga sebagai tempat penelitian ilmiah, edukasi, dan wisata. Konsepnya ramah lingkungan dan ramah sosial. Ada jembatan gantung, joggingtrack, waduk, kanal sampan, zona anak, hingga pusat edukasi mangrove. Pastinya, yang berkaitan dengan mangrove serta ekosistem pantai.

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)
Dalam perhitungan angka, pembuatan Kebun Raya Mangrove membutuhkan biaya sekitar Rp 17 miliar. Secara khusus untuk kelengkapan sarana penunjang (wisata), akan dibuatkan jogging track, kanal-kanal sampan, serta sarana bermain anak-anak. Dananya tidak hanya diambil dari APBD Kota Surabaya, melainkan juga dari APBN.


Semoga segera terwujud ya.... Bisa turun lagi dua derajat. Makin adem dan nyaman tinggal di kota Surabaya. Selamat dapat kado termanis buat Surabaya yang hendak punya gawe HUT ke-725 pada tanggal 31 Mei nanti. Bravo...!

-end-

*) diolah dari beragam sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun