Surabaya boleh bangga. Sebentar lagi, mimpi punya kebun raya mangrove pertama di dunia bakal terwujud. Mimpi itu diwujudkan melalui dukungan Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI).
Barangkali, tak banyak yang tahu --termasuk penulis, yang tahunya juga tak sengaja-- mengenai kegiatan ini. Surabaya, yang pada malam sebelumnya masih menggelar event Surabaya Urban Culture Festival (SUCF), di pagi hari suasananya sudah berubah total. Jalan legendaris yang kini elok rupawan, Tunjungan, kembali punya gawe. Namanya adalah Jaga Bhumi Festival 2018. Sebuah gerakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya 'Kebun Raya ' sebagai kawasan konservasi keanekaragaman tumbuhan di Indonesia. Tema yang diangkat adalah Kembalikan Kejayaan Alam Indonesia.
Sebagai hiburan, pertunjukan musik Jaga Gita diramaikan oleh grup musik Tipe-X, White Shoes and the Couples Company, dan The SIGIT. Untuk anak, ada Zara Leola. Kegiatan lain adalah Jaga Prakasa (simbolis pencanangan Kebun raya Mangrove Surabaya), dan Jelajah Bumi Komunitas Sepeda (1000 km perjalanan Jakarta-Surabaya).
Pemilihan kota Surabaya sebagai tuan rumah acara ini (27-29 April 2018), tentu tidak lepas dari berbagai prestasi Surabaya di bidang lingkungan hidup. Konsistensi Pemerintah Kota Surabaya terhadap pelestarian lingkungan, membuat YKRI tertarik menjadikannya sebagai program besar tujuan jangka panjang.
Supaya tidak lupa juga, berkat mangrove pula, salah satu warga kota Surabaya, Lulut Sri Yuliani, pernah mendapat Kalpataru, kategori perintis lingkungan pada tahun 2013. Keren kan? Siapa nyana, tinggal di kota metropolitan tapi bisa memenangi penghargaan ini.
Oh ya, bagi yang belum tahu istilah mangrove. Kata ini memang lekat dengan wilayah pesisir. Jadi kalau yang tinggalnya jauh dari wilayah kota/kabupaten yang memiliki pantai, mungkin masih asing. Mangrove adalah formasi tumbuhan khas di pantai tropis dan subtropis yang terlindungi. Salah satu fungsi utamanya adalah sebagai penjaga pantai dari ancaman abrasi laut. Hari mangrove sendiri diperingati setiap 26 Juli.
Berdasarkan data One Map Mangrove, luasan ekosistem mangrove di Indonesia sendiri ada sekitar 3,5 juta hektare. Terdiri dari 2,2 juta ha di dalam kawasan, dan 1,3 juta ha di luar kawasan mangrove. Ekosistem mangrove tersebut berada di 257 kabupaten/kota, yang sebagian besar ekosistemnya telah mengalami kerusakan.
Kerusakan tersebut disebabkan sebagian besar karena konversi lahan menjadi area penggunaan lain, misalnya kawasan perumahan. Selain itu adanya perambahan, hama dan penyakit, pencemaran dan perluasan tambak, serta praktik budidaya yang tidak berkelanjutan.
Di Surabaya, wilayah mangrove berada di tiga kawasan kecamatan yang berdekatan, yakni Gunung Anyar Tambak, Wonorejo dan Medokan Ayu. Total luasannya sekitar 2.500 hektar, yang keseluruhannya berada di Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya). Namun, milik pemkot (pemeritah kota) hanya sekitar 200-an hektar. Lainnya sudah dikuasai oleh penduduk dan pengembang. Pada tahap awal, lokasi yang dipilih ini berada di Kecamatan Gunung Anyar.
LIPI digandeng dengan harapan bisa menentukan jenis, usia, serta zonasi mangrove yang akan ditanam nantinya. Jenis tanaman mangrove yang ada di Pamurbaya, amatlah beragam. Mulai jenis Sonneratia alba, Avicennia alba, Rhizophora apiculata dan banyak lagi.
Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (di antaranya 33 jenis pohon dan beberapa jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove). Sementara jenis lain, ditemukan di sekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (associate asociate).
Penandatanganan MoU ini disaksikan oleh Ketua Umum YKRI Megawati Soekarnoputri, Wakil Ketua I YKRI Michael Sumarijanto, Wakil Ketua II YKRI Alexander Sonny Keraf, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Kepala LIPI Bambang Subiyanto, dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini.
Lokasi kebun raya sengaja diletakkan di pantai timur Surabaya untuk melindungi kawasan tersebut dari banjir rob dan abrasi. Selain didesain menjadi kawasan konservasi alam, direncanakan juga sebagai tempat penelitian ilmiah, edukasi, dan wisata. Konsepnya ramah lingkungan dan ramah sosial. Ada jembatan gantung, joggingtrack, waduk, kanal sampan, zona anak, hingga pusat edukasi mangrove. Pastinya, yang berkaitan dengan mangrove serta ekosistem pantai.
Semoga segera terwujud ya.... Bisa turun lagi dua derajat. Makin adem dan nyaman tinggal di kota Surabaya. Selamat dapat kado termanis buat Surabaya yang hendak punya gawe HUT ke-725 pada tanggal 31 Mei nanti. Bravo...!
-end-
*) diolah dari beragam sumber
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H