Mohon tunggu...
hendra setiawan
hendra setiawan Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar Kehidupan. Penyuka Keindahan (Alam dan Ciptaan).

Merekam keindahan untuk kenangan. Menuliskan harapan buat warisan. Membingkai peristiwa untuk menemukan makna. VERBA VOLANT, SCRIPTA MANENT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar dari Natashia Nikita, Penyanyi Pop Rohani

26 November 2017   08:08 Diperbarui: 26 November 2017   08:32 9578
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkaca dari postinganNikita tersebut di atas, setidaknya para fans juga bisa belajar dan menghargai akan namanya sebuah "privasi". Seperti adagium yang menyatakan "... hanyalah manusia biasa" (memang ada yang bukan manusia?! :). Namanya saja manusia, pasti ada salah dan kurangnya.

Maksudnya, setenar-tenarnya seseorang, sengetop-ngetopnyapublik figur, janganlah mereka dianggap sebagai sosok rupawan yang 'sempurna'. Lalu kita memosisikan diri sebagai judgement,sang pengadil. Berperan bak hakim untuk orang lain; tapi tidak untuk diri sendiri. Seolah-olah hendak mengatur 'sang idola' agar tidak boleh begini-begitu; harus ini dan itu.

Berbagai pose Nikita. Sumber: twitter, facebook | edit pribadi
Berbagai pose Nikita. Sumber: twitter, facebook | edit pribadi
Tampil dalam media sosial dengan balutan yang tak alami, kamuflase. Justru bagi saya pribadi, itu adalah pembodohan dan ketidakjujuran. Tak ada untungnya, dan tak ada nilai yang bisa diajarkan/diteladani.

Seartis-artisnya'artis', ia juga tetaplah manusia biasa. Punya kebebasan diri. Berkreasi dan berekspresi sebagaimana yang diinginkannya. Jadi, kalau mau pose, bergaya lucu-lucuan, mau setelan pakaian bagaimana, ya sebenarnya bukan jadi persoalan serius bingit. Iya, to...Justru yang semestinya jadi perhatian adalah 'pesan tersirat' apa yang hendak disampaikan. Karena itu yang lebih bisa memengaruhi pikiran dan sikap hidup khalayak.

Tidak perlu melakukan akting demi pemuasan citra diri. Justru dengan keapaadaan itulah, kita bisa saling belajar. Kita bisa melihat sesuatu yang alamiah. Tapi tentu, dengan catatan, kebebasan ini masih dalam koridor etika dan norma umum kesantunan.

Tidak perlu dan tidak akan pernah seseorang menjadi 'sempurna' di mata sesamanya. Hanya dengan kekuatan dan anugerah Sang Mahacinta, kita bisa melihat dan merasakan 'kesempurnaan' itu. Bahwa setiap kita punya kelebihan dan kekurangan. Kita ada, untuk saling melengkapinya.

Ada benarnya captionNikita tersebut. Terkadang, kita tidak sadar, justru yang menurut kita adalah kekurangan, di situ jua ada kelebihan kita. Kita perlu mengoptimalkannya lagi. Oleh anugerah-Nya-lah, kita dimampukan untuk mengembangkan talenta kita. Dipakai-Nya untuk melakukan sebuah misi karya, yang berguna bagi sesama.

Setuju, kan.....?!

Salam damai...
Selamat hari Minggu...

-end-

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun