“Makasih,” sambil malu-malu mereka berkata.
“Iya, sama-sama. Adik namanya siapa?”
Begitulah seterusnya dan selanjutnya, Obrolan itu mengalir. Tidak lagi sebatas say hello. Bisa berlanjut ke banyak hal. Tujuan perjalanan dalam gerbong yang sama seakan tidak lagi menjemukan. Bisa bertemu orang baru yang mengasyikkan, serasa bertemu dengan teman baru. Seakan menemukan sahabat baru dalam perjalanan. Sebuah karunia yang jarang-jarang bisa didapatkan setiap saat.
Realitas Sosial
Dalam kehidupan nyata, pertemuan seperti itu juga kerap terjadi. Jika seseorang lahir, tumbuh, dan dibesarkan dalam suasana yang plural, penghargaan kepada sesama akan terjadi dalam sudut pandang yang lebih positif.
“Memangnya kenapa kalau punya sahabat berbeda keyakinan (agama)? Di mana salahnya? Memangnya tidak boleh berteman dengan orang yang tidak seiman?”
Berbeda halnya jika seseorang sudah didoktrina untuk hidup dalam eksklusivisme dan penuh rasa curiga. Setting orang yang tak seiman, tak sealiran adalah orang yang perlu dijauhi, menjadikan kekerdilan dalam cara berpikir dan mengambil sikap.
“Jangan dimakan, itu makanannya orang orang kafir. Najis, nggak usah dekat-dekat sama mereka. Mereka itu orang-orang sesat. Tidak usah terlalu dekat-dekat, nanti ketularan.”
***
Dalam setiap agama, saya merasa akan ada kelompok-kelompok yang punya pemikiran secara radikal seperti itu. Maka, jadinya muncul sel-sel teroris. Setengah dari radikal itu, muncul kelompok intoleran. Keduanya sama bahayanya jika terus dibiarkan berada di NKRI. Radikal menyerang secara fisik. Intoleran menyerang secara mental/pikiran (tapi arahnya juga bisa cenderung radikal).
Kelompok seperti ini, saya yakin tidak banyak. Pengaruh medialah yang membuat mereka menjadi besar. Blow up atas tindakan dan perilaku mereka, justru menjadikannya semakin pongah. Keberadaan mereka ibaratnya sebatas slilit. Mengganjal di gigi. Walaupun kecil tapi pengaruhnya amat besar. Tidak enak dirasakan. Bila keberlangsungannya jangka panjang dan terus-menerus, posisi gigi bisa menjadi tidak lagi kokoh. Zat-zat yang tertinggal bisa merusak email/enamel (lapisan terluar dari gigi yang bisa terlihat; bagian terkuat dalam tubuh manusia). Lama-lama bisa membentuk karang gigi, keropos, berlubang. Paling parah harus dicabut karena sudah merusak sampai ke bagian akar.