Kalau di kota besar, karnaval yang paling umum adalah dalam rangka ulang tahun kota tersebut. Hampir di setiap kota memiliki acara seperti itu, dengan kekhasannya masing-masing. Tetapi karnaval agustusan di daerah, adalah sukacitanya masyarakat tingkat lokal. Sekadar info, ternyata di sini, sampai bulan September pun, masih tetap ada acara yang terkait dengan agustusan.
Sekalian promosi daerah wisata
Mereka bebas berekspresi sesuai dengan konteks daerah masing-masing. Hal itulah yang setidaknya membuat semangat lokalitas begitu kental.
Tradisi dan
budaya yang terus digali dan dikembangkan, dapat menjadi sarana pewarisan nilai-nilai luhur nenek moyang. Agar generasi muda tetap mencintai dan bangga terhadap kulturnya sendiri.
tcc-part-2-10-57c6c60aa4afbdf94e960b18.jpg
Peristiwa karnaval yang saya ikuti kali ini hanyalah salah satu contoh kecil kemeriahannya. Tak bisa dibandingkan kelasnya dengan JFC (
Jember Fashion Carnival) misalnya, yang sudah menginternasional itu (tahun ini bersamaan waktunya dengan TCC). Dan memang bukan tempatnya (serta tidak tepat juga) untuk memperbandingkan.
Tak kalah keren kok. Cantik...
Kebetulan di bulan kemerdekaan ini, saya berada di kabupaten yang terkenal dengan marmernya. Ya, mana lagi kalau bukan
Tulungagung. Kota (kabupaten) di Jawa Timur yang -bersama dengan Surabaya- memenangkan
Adipura Paripurna tahun ini.
Tampilan wajib, ikon kabupaten dan slogan yang diusung.
Sedikit wawasan, Kabupaten Tulungagung berada pada jarak 154 km ke arah barat daya dari kota Surabaya. Menurut data BPS terbaru (2016), luasnya mencapai 1.055,65 km2, dengan jumlah jiwa 1.021.190 jiwa di tahun 2015. Itu berarti tingkat kepadatan penduduk rata-rata 967 jiwa/km2. Dari luasan tersebut, secara administratif terbagi habis atas 19 Kecamatan, 257 Desa, 730 Dusun, 14 Kelurahan, 1.851 RW dan 6.405 RT.
Karnaval yang selalu dinanti
Nah, terkait dengan karnaval kemerdekaan, berbekal cerita lisan dari warga di tempat ini, lalu coba-coba untuk mencari info lanjutan di internet. Ketemulah pada halaman salah satu grup
facebook lokal
.Isinya antara lain memuat informasi berikut ini.
Sumber: https://www.facebook.com/TulungagungCoret
“Wah, kalau jadwalnya lengkap begini, ya menang
milih saja, mau ke mana perginya?” batin saya dalam hati. Maka, kalau jelas seperti ini, yang senang adalah para penyuka fotografi. Bisa
hunting foto sepuasnya. Para jurnalis (media resmi atau para
citizen journalist), siswa/mahasiswa yang terkait dengan jurusannya; mereka juga tidak terlalu kesulitan dalam mencari atau membuat pemberitaan.
Pengenalan budaya lokal sejak dini
Coba, kalau momen seperti ini juga terjadi di kota besar. Betapa semaraknya jua. Tapi, ya memang karena situasi zaman, tak memungkinkannya. Jadi, ya cukuplah bernostalgia... Hanya memang di sedikit tempat yang masih mempertahankan
tradisi karnaval
Agustusan macam begini. “
Bikin ngiri...” Jelas, seperti dalam
capture berikut ini, masih di grup FB yang sama.
Sumber: https://www.facebook.com/TulungagungCoret
Baiklah, daripada tambah panjang dan
nggak jelas
jluntrung (arah atau fokus pembahasan)
-nya, cukup sekian saja ya
oret-oretan ini... :). Nah, mari kita simak terus kemeriahan acara –melalui serial foto–
Tulungagung Culture Festival (TCC) 2016 yang diselenggarakan pada hari minggu terakhir di bulan Agustus ini (28/8).
Oh ya, tepat sehari sebelumnya, sebenarnya ada juga momen karnaval bertajuk
PawaiBhinneka Allegori untuk tingkat SMP/MTs. Sayang tidak sempat untuk menyaksikan momentum tersebut. Jumlah pesertanya tentu lebih banyak dari TCCini, yang diadakan untuk tingkat SMA/SMAK/MA.
Lagi bersiap menuju pemberangkatan
Maklum jumlah sekolah -data BPS Kabupaten Tulungagung 2016- SMPN/swasta (75 SMP, 39 MTs) di sini lebih banyak daripada SMAN/swasta (24 SMA, 31 SMK, 18 MA). Jadi ya wajar sajalah. Tapi meskipun secara kuantitas sedikit, tapi secara kualitas, sungguh, di luar ekspetasi. Keren, walaupun untuk tingkat sekolah saja, bisa menyajikan gelaran semacam ini. Hebat juga, karena sudah menjadi agenda tahunan ternyata...
Lihat Travel Story Selengkapnya