Perusahaan tempat saya kerja mengadopsi ISO 14001 sejak tahun 2004. Sertifikasi ISO 14001 ini dilakukan bersama-sama dengan seluruh perusahaan satu grup yang tersebar di beberapa negara Asia Pasifik dan lembaga pemberi sertifikat ini adalah sebuah lembaga sertifikasi Jepang di Tokyo. Lembaga sertifikasi Jepang ini dalam operasinya di Indonesia bekerjasama dengan lembaga sertifikasi Indonesia yang kredibel.
Laiknya sebuah sertifikasi, setiap tahun pemegang sertifikat ISO 14001 ini harus diaudit oleh pemberi sertifikasi apakah perusahaan masih layak diberi sertifikat ISO 14001 atau tidak. Walaupun bekerjasama dengan lembaga sertifikasi Indonesia, lembaga sertifikasi Jepang selama lima tahun pertama (2004 - 2007) selalu mengaudit sendiri implementasi ISO 14001 di tempat saya bekerja.
Auditor yang datang adalah auditor senior yang sebenarnya cukup baik bahasa Inggrisnya. Dalam wawancara dengan setiap nara sumber di perusahaan, auditor ini bertanya dalam bahasa Inggris dan kadang-kadang saya bantu menterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia bila narasumber tidak berbahasa Inggris.
Yang spesifik dari auditor Jepang adalah saat opening audit dan closing statement, auditor selalu didampingi seorang penterjemah resmi yang ia pilih sendiri. Pembukaan audit adalah penyampaian informasi tujuan audit, lama audit dan area mana yang akan diaudit, sedang penutupan audit adalah penyampaian hasil audit dan kesimpulan apakah perusahaan masih layak memegang sertifikat ISO 14001 atau tidak. Setiap acara pembukaan dan penutupan audit, Auditor selalu berbahasa Jepang seratus persen, lalu diterjemahkan oleh penterjemah ke dalam bahasa Indonesia. Penterjemah langganan auditor ini adalah seorang Doktor Fisika lulusan Jepang yang bekerja di BPPT. Mungkin pemilihan penterjemah ini dilakukan berdasarkan info alumni Jepang di Indonesia.
Bahasa Menunjukkan Bangsa
Peribahasa ini untuk menunjukkan cara berbicara seseorang menunjukkan derajat intelektual seseorang, cara berbahasa seseorang menunjukkan keluhuran budi seseorang dan saya ingin menambahkan bahwa penggunaan bahasa sebuah bangsa di forum resmi menunjukkan percaya diri bangsa tersebut.
Bila suatu negara kuat di bidang ekonomi dan teknologi dan bahasanya digunakan secara penuh untuk ilmu pengetahuan, maka negara itu dapat dikatakan mandiri dan tidak banyak ketergantungan warganya untuk fasih berbahasa Inggris, bahasa internasional terbanyak digunakan penduduk dunia saat ini. Selain Jepang, negara maju lainnya Perancis dan Jerman juga percaya diri menggunakan bahasanya untuk pergaulan antar bangsa. Perancis lebih ngotot menggunakan bahasanya sebagai bahasa pergaulan dan dalam dunia pendidikan tinggi, sedangkan di Jerman (juga Belanda dan Jepang) saat ini sudah ada program S2 dan S3Â yang diselenggarakan dengan bahasa pengantar bahasa Inggris.
Bahasa menunjukkan bangsa akan terwujud bila sebuah negara kuat budayanya, perekonomiannya kuat dan teknologinya maju. Alangkah baiknya bila suatu saat pertemuan internasional minimal di ASEAN bagi orang Indonesia cukup berbahasa Indonesia dan diterjemahkan oleh penterjemah ke dalam bahasa Inggris, akan tetapi peserta pertemuan tetap harus fasih berbahasa Inggris, karena di luar forum resmi sebaiknya berinteraksi menggunakan bahasa Inggris saja selama para mitra kerja yang mampu berbahasa Indonesia/Melayu hanya dari Malaysia dan Brunei.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H