Mohon tunggu...
Hendi Setiawan
Hendi Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Senior citizen. Pengalaman kerja di bidang transmigrasi, HPH, modal ventura, logistik, sistem manajemen kualitas, TQC, AMS, sistem manajemen lingkungan dan K3, general affair, procurement, security. Beruntung pernah mengunjungi sebagian besar provinsi di Indonesia dan beberapa negara asing. Gemar membaca dan menulis. Menyukai sepakbola dan bulutangkis. Masih menjalin silaturahmi dengan teman2 sekolah masa SD sampai Perguruan Tinggi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Paspor dan Tiket 'Two in One' Bikin Gagal Terbang

14 Oktober 2014   03:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:08 2825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_366184" align="aligncenter" width="567" caption="Singapore Airlines / Dok. wikimedia"][/caption]

Gara-gara Tiket Two In One

Penerbangan murah di Indonesia mulai marak pada akhir 1990-an atau awal 2000-an, bukan hanya penerbangan dalam negeri, tetapi juga penerbangan ke luar negeri ramai ramai banting harga.

Pada tahun 2004 saya berdua dengan teman sekantor, sebut saja mas Sidik ditugaskan mengikuti pelatihan Sistem Manajemen di Singapura. Kami minta sekretaris di kantor memesan tiket Singapore Airlines (SQ), kami memilih SQ karena saat itu SQ untuk rute Jakarta-Singapura pergi pulang menggunakan pesawat berbadan lebar, sekelas Boeing 777 atau pesawat yang  sedikit lebih kecil Boeing 757, sedangkan Garuda menggunakan Boeing 737. Pilihan pesawat besar itu berkaitan dengan trauma saya terguncang di udara yang bergolak di atas Laut Tiongkok Selatan (saat itu masih disebut Laut Cina Selatan) pada penerbangan Singapura - Jakarta tahun 2003  saat menggunakan pesawat Boeing 737. Singkat cerita saya dan mas Sidik sudah memegang tiket masing-masing dan mas Sidik bilang setelah pelatihan ia akan tinggal di Singapura dua atau tiga hari lagi untuk berlibur, istri dan anaknya akan menyusul.

Pada hari H keberangkatan ke Singapura, di Terminal II Bandara Sukarno-Hatta, saya yang datang lebih awal ke bandara melakukan check in di konter SQ, namun ditolak, alasannya tunggu temannya karena tiket yang dibeli tiket promo two in one. Artinya pemegang dua tiket promo two in one harus pergi bersama-sama, salah satu batal terbang dengan alasan apapun, maka kedua tiket hangus, tidak berlaku.

Waduh terkejut sekali saya diberitahu aturan seperti itu, sekretaris di kantor tak memberitahu pula adanya aturan main seperti ini. Tak berapa lama kemudian mas Sidik datang, kami check in sambil memperlihatkan kedua tiket kami. Beres, saya berdua teman saya bisa terbang ke Singapura hari itu.

Problem sesungguhnya tengah menghadang kami.  Istri dan anak mas Sidik akan menyusul terbang ke Singapura tiga hari lagi, naik Lion melalui Batam, dari Batam ke Singapura menyeberang naik feri, kepala cabang kantor kami di Batam akan membantu mengurus penyeberangan Batam (Batam Center) - Singapura (Harbourfront).

Pada hari terakhir pelatihan saya dan mas Sidik ke kantor SQ yang letaknya satu gedung dengan tempat kami mengikuti pelatihan di sekitar Tanjong Pagar. Kami minta dispensasi agar kami bisa pulang sendiri-sendiri ke Jakarta walaupun kami memegang tiket two in one, SQ menolak karena begitulah peraturannya.

Dengan sedih kami menuju kawasan Orchard Road mencari tiket Singapura - Jakarta yang lebih murah harganya daripada SQ, tapi syaratnya pesawat yang digunakan harus lebih besar dari Boeing 737,  saya masih trauma naik pesawat berbadan kecil.  Bapak-bapak orang India yang melayani kami berhasil mencarikan satu tiket KLM tujuan Jakarta dan pesawat yang digunakan tentu berbadan lebar, karena pesawat KLM tersebut adalah Boeing 747 yang melayani rute Amsterdam - Jakarta via Singapura.

Esok harinya saya pulang sendiri ke Jakarta naik KLM, sedangkan mas Sidik pergi menjemput isteri dan anaknya yang diantar teman kami dari Batam di pelabuhan feri Harbourfront, Singapura.

Akibat keteledoran ini mas Sidik harus mengeluarkan uang pribadi untuk membayari tiket KLM saya dan tiket untuk dirinya sendiri pulang ke Jakarta seusai berlibur dengan anak istrinya. Dua tiket murah two in one Singapore Airlines yang dibelikan kantor tepaksa dibuang, hangus tak berlaku!

Umur Paspor Kurang dari 6 Bulan

Keteledoran terjadi lagi pada mas Sidik, kebetulan ia dan saya kembali sama-sama akan mengikuti sebuah pelatihan di Kuala Lumpur pada tahun 2008.

Kali ini kami memesan tiket Malaysian Airlines sendiri-sendiri artinya jika ada tiket murah semacam tiket two in one SQ kami tak mau lagi. Saya berangkat tiga hari lebih dahulu karena akan mengikuti konvensi Kaizen sebelum menghadiri pelatihan Teknik Pengambilan Keputusan.

Sehari sebelum pelatihan dimulai HP saya berdering, mas Sidik menelpon saya dari Bandara Sukarno Hatta. Suaranya terdengar tidak tenang, "Saya ditolak terbang mas Hendi", kata mas Sidik. "Kenapa mas, kan bukan tiket promo", kata saya. "Aduh saya kurang teliti ternyata masa berlaku paspor saya kurang dari enam bulan, harus ganti paspor dulu, kalau nekat pergi bisa ditolak di Bandara Kuala Lumpur", sahut mas Sidik.

Alamak rupanya kawan saya ini tidak memeriksa sampai kapan paspornya berlaku, alhasil hari itu ia dan istrinya gagal terbang ke Kuala Lumpur. Kali ini tiket tidak hangus, tetap dapat dipakai pada penerbangan seminggu kemudian, setelah paspor mas Sidik diganti baru.

Walaupun pelatihan sudah selesai dan saya sudah kembali ke Jakarta, atas izin atasan kami akhirnya mas Sidik diperkenankan pergi ke Kuala Lumpur bersama isterinya ... untuk berlibur. Lha pelatihan sudah selesai seminggu lalu kok he he he....  Teman saya yang baik ini memang punya kebiasaan mengajak isterinya jika ada tugas ke luar negeri terutama bila lokasinya di Malaysia atau Singapura, karena dekat, jauhan Medan kan?

Kesalahan kecil akibat ketidaktahuan aturan main tiket murah dan keteledoran memeriksa masa  berlaku paspor bukan hanya bisa menghambat perjalanan, gagal ikut pelatihan, tapi juga berakibat harus merogoh dompet pribadi cukup dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun