Jalan Raya di Sumatera Tempo Dulu
Jika pulau Sumatera dari Bakauheni sampai Banda Aceh terhubung jalan tol saya yakin, perekonomian pulau Sumatera akan meningkat, pengiriman barang dari pulau Jawa ke provinsi-provinsi di Sumatera dan sebaliknya pengiriman barang dari Sumatera ke Jawa pasti akan lebih lancar. Dampak negatifnya pengiriman barang-barang haram ilegal seperti daging babi hutan dan daun ganja ke Jawa juga bisa jadi akan meningkat he he he ...
Sebagian pulau Sumatera pernah saya jelajahi melalui darat. Pada Agustus 1978 saya berkendara Land Rover dari Banda Aceh ke Langsa pp. Kualitas jalan di Aceh pantai timur menurut pengamatan non teknis saya saat itu setara dengan kualitas jalan tol Jagorawi yang baru diresmikan Presiden Suharto, kekurangannya saat itu masih banyak lembu berkeliaran di jalan raya terutama pada malam hari. Tahun 1980an sering juga menjelajahi jalan raya antara Pangkalan Brandan - Medan pp dan Pangkalan Brandan - Langsa pp. Penjelajahan berikut masih 1980an dari Medan - Prapat via Pematang Siantar pp dan Medan - Kabanjahe pp.
[caption id="attachment_381171" align="aligncenter" width="300" caption="Mobil naik rakit menyeberangi sebuah sungai di dekat Meulaboh, 1980 (Dok. Pribadi)"][/caption]
1982 saya juga pernah berkendara dari Bandar Lampung ke Bakauheni pp, yang kualitas jalannya saat itu juga bagus dan lebar. Sedangkan jalur Medan - Pekanbaru baru saya jalani tahun 2004, kali ini menggunakan bis malam, yang berangkat dari pool bis di Jalan Sisingamangaraja Medan sekitar pukul 9 malam dan tiba di Pekanbaru sekitar pukul 9 pagi. Perjalanan Medan-Pekanbaru tersebut termasuk makan sahur di sebuah rumah makan ditengah kebun Kelapa Sawit, di sebuah tempat yang termasuk provinsi Riau. Kualitas jalan Medan - Pekanbaru juga bagus, tapi sempit bila dibanding lebar jalan di pantai utara pulau Jawa dan rawan banjir di beberapa tempat.
[caption id="attachment_381338" align="aligncenter" width="300" caption="Naik rakit ramai-ramai menyeberangi sungai di Aceh Barat 1980 (Dok. Pribadi)"]
Kalau jalan raya di pantai barat Sumatera yang pernah saya jelajahi dari Banda Aceh - Lho Nga pp, Meulaboh - Calang pp dan Gunung Medan/Pulau Punjung (di tepi sungai Batanghari) - Solok - Padang Panjang - Padang pp dan Padang - Indarung - Solok. Jalan raya di pantai barat Aceh waktu saya lewati tahun 1980 belum beraspal, seingat saya jalan beraspal licin dari Banda Aceh ke pantai barat baru sampai Lho Nga, tak jauh dari Banda Aceh. Di beberapa tempat jalan di pantai barat Aceh terputus sungai lebar sehingga kendaraan bermotor termasuk penumpangnya harus naik rakit, misalnya penyeberangan rakit di Krueng Teunom, Krueng Woyla, Suak Seumaseh tak terlalu jauh dari kota Meulaboh. Sedangkan tahun 1983 ketika menjelajahi jalan raya di Sumatera Barat menurut pengamatan saya kualitas jalan tidak kalah dibanding kualitas jalan tol di Jawa saat ini, sama mulusnya.
Kesempatan menyusuri jalan antar kota di Sumatera merupakan sebuah keberuntungan, sulit untuk mengulanginya lagi, karena ketika berkunjung ke Sumatera seperti Medan, Pekanbaru, Palembang dan Bandar Lampung kebanyakan hanya berada di kota tersebut lalu kembali ke Jakarta.
Pesan dari pengalaman yang tak terlalu banyak ini, seandainya di pulau Sumatera dibangun jalan tol dari Bakauheni sampai Banda Aceh, akan menarik sekali untuk dijelajahi, mudah-mudahan keindahan alam pulau Sumatera masih tersisa. Belum lagi bila jalan tol antar Sumatera Barat - Riau dan Bengkulu - Sumatera Selatan dibangun juga, makin banyak keindahan alam yang dapat disaksikan wisatawan, asal hutan lindung jangan diterabas seenaknya saja, sayang kalau sampai rusak, 'membuat hutan' seindah itu butuh waktu ratusan tahun.
Peluang Usaha, Peluang Kerja dan Peluang Sekolah
[caption id="attachment_381173" align="aligncenter" width="300" caption="Tol Trans Sumatera (Info : Kementerian PU)"]
IRR proyek pembangunan tol Trans Sumatera hanya 8% dan menurut Ketua Apindo, Sofyan Wanandi tak menarik bagi investor Eropa, mungkin investor Jepang, China dan Korea tertarik membangun tol Trans Sumatera, bukankah Presiden Jokowi sudah menawarkannya pada konferensi APEC November 2014 di China?
Info dua bulanan yang lalu, PT Hutama Karya (HK) telah ditunjuk Pemerintah (SBY) untuk membangun pembangunan jalan tol Trans Sumatera tahap I. HK akan membangun jalan tol ruas Medan - Binjai dan Palembang-Simpang Indralaya, sesuai instruksi Pemerintah. Setelah Presiden berganti, para Menteri Perekonomian, PU dan BUMN berganti, mungkin juga kebijakannya berganti. Itu urusan pemerintahlah, bagi rakyat yang penting suatu hari pulau Sumatera terhubung jalan tol dari ujung utara sampai ujung selatan.
Secara makro dapat dimengerti bila akses antar kota antar provinsi di pulau Sumatera terhubung jalan tol, perdagangan antar kota antar provinsi akan meningkat. Kualitas pendidikan kemungkinan juga meningkat karena anak-anak muda di kota-kota kecil di lintasan jalan tol akan mempunyai akses cepat ke kota-kota besar yang memiliki perguruan tinggi bagus, seperti di Medan, Pekanbaru, Palembang dan Bandar Lampung, bahkan akses ke pulau Jawa pun tentu makin mudah bagi mereka pergi menuntut ilmu ke Jakarta, Depok, Bogor, Bandung dan kota-kota pelajar di Jawa lainnya.
Dari sisi yang lebih mikro saya kaitkan dengan pekerjaan anak saya -sarjana jalan dan jembatan- di sebuah perusahaan kontraktor jalan tol yang berkantor pusat di Jakarta Selatan. Sebagai perusahaan berpengalaman dalam pembangunan dan pemeliharaan jalan tol, peluang untuk mendapatkan pekerjaan dalam pembangunan tol Trans Sumatera terbuka lebar. Sekaligus juga terbuka kemungkinan mempekerjakan lebih banyak orang, mulai dari tenaga pelaksana di lapangan sampai tenaga semi ahli dan tenaga ahli. Seandainya anak saya memberi saya hadiah yang dibeli dengan uang hasil kerjanya pada proyek pembangunan jalan tol, berarti ada juga rezeki yang menetes ke kocek saya ... alhamdulillah.
Dari sisi yang lebih mikro lagi saya melihat akan banyak tenaga kerja lulusan STM, perguruan tinggi Teknik Sipil, Teknik Mesin dan lainnya di Depok, Jakarta, Medan, Pekanbaru, Palembang dan kota -kota lain ikut bekerja di sepanjang pantai timur Sumatera. Jalan tol Trans Sumatera sepanjang 2771 kilometer - kurang lebih 3x jarak Jakarta-Surabaya - akan dibangun mulai dari Lampung - Sumatera Selatan- Jambi - Riau - Sumatera Utara sampai Aceh. Sektor non formal kedai makanan minuman sudah pasti akan tumbuh memenuhi kebutuhan makan para pekerja dan mungkin selanjutnya perlu diatur oleh pengelola jalan tol agar para pemasok makanan ini mendapat tempat di rest area di tepi jalan tol setelah pembangunan selesai.
Keindahan alam Sumatera sepanjang jalan tol harus dipelihara sebaik-baiknya, bukan mustahil akan menarik minat wisatawan Nusantara maupun manca negara untuk menikmatinya dengan wisata bermobil jarak jauh sambil menikmati obyek wisata alam hutan-hutan hujan tropis antara Lampung - Aceh. Hutannya masih ada tidak ya? Kalau gundul sedikit tanamilah hutan-hutan itu agar hijau kembali, malu dong oleh Harrison Ford jika ia menyempatkan diri jalan-jalan sepanjang tol Trans Sumatera menemukan lagi pembalakan liar seperti di hutan Riau tahun 2013.
Tulisan ini hanya pandangan common sense. Perkembangan sosial ekonomi daerah-daerah yang dilalui dan dihubungkan jalan tol Trans Sumatera akan berkembang cepat dengan segala eksesnya, misalnya bisnis transportasi melalui laut antara Jawa - Sumatera akan menurun, kecuali penyeberangan feri Merak - Bakauheni pp dan kecelakaan lalu lintas kemungkinan meningkat. Yang masih menjadi pertanyaan apakah keberadaan jalan tol Trans Sumatera nantinya mendukung swa sembada pangan terutama beras?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H