Mohon tunggu...
Mochamad Rizky Hendiperdana
Mochamad Rizky Hendiperdana Mohon Tunggu... Dokter - Residen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Universitas Indonesia

twitter dan IG : @Hendiperdana Email : mhendiperdana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Social Distancing dan Logika Covid-19

24 Maret 2020   07:13 Diperbarui: 24 Maret 2020   15:27 3264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mikroba penyebab influenza membuat pejamu bersin dan batuk, mengeluarkan lendir yang berisi mikroba untuk disebar ke udara dan dihirup pejamu baru. Amoeba penyebab disenteri membentuk kista dan membuat pejamu diare lendir berdarah. Sehingga, memudahkan kista keluar ke tanah atau air untuk kemudian masuk ke mulut pejamu baru. Mungkin para mikroba ini memiliki logikanya masing-masing. Yang tujuannya tidaklah lain hanya satu yaitu replikasi.

Covid-19 tidak pernah memiliki tujuan untuk menjadi isu global seperti ini. Dia tidak pernah bermaksud merepotkan WHO dan pemerintah seluruh dunia dengan mengeluarkan anggaran extra dalam proses menangani wabah ini. Tujuannya hanya satu, tentu saja replikasi materi genetiknya. Ketika pejamu yang satu tidak sesuai lagi untuk tempat replikasi, covid-19 akan mencari pejamu baru, terus dan terus, sesuai dengan logika mikrobanya.

Yang harus kita bersama temukan adalah, bagaimana logika covid-19 ini bekerja. Ke arah mana dan dengan cara apa dia menemukan jalan untuk replikasi, yaitu dengan cara menyebar dengan droplet dan dihirup serta disentuh pejamu baru, kemudian terjadilan penularan.

Hal paling ampuh dan tepat dalam memutus logika mikroba wabah pandemi ini adalah dengan mengurangi kesempatan bagi covid-19 melalukan replikasi dengan cara memutus pejamu yang dapat disinggahi. Social distancing adalah jawaban cerdas dari logika covid-19 ini. 

Oleh karena itu pentingnya bagaimana menjaga jarak dan tidak berkerumun akan sangat menguragi kesempatan covid-19 ini memperbanyak diri hingga akhirnya virus ini akhirnya punah.

Seperti bagaimana berakhirnya wabah-wabah besar yang di masa lalu, suatu wabah akan berakhir saat semua anggota populasi sudah mengembangkan kekebalan terhadap mikroba tersebut atau seluruhnya mati sehingga tidak ada lagi yang dapat dijangkiti.

vox.com
vox.com
Tentu, pemberlakukan social distancing secara ketat bukan tanpa masalah. Banyak hal yang perlu dipikirkan, seperti bagaimana sektor non-formal atau pekerja dengan upah harian dapat mempertahankan hidup.

Belum lagi dampak sosioekonomi yang ditimbulkan. Permasalahan ini berada di luar lingkup tulisan ini, namun satu hal yang perlu digarisbawahi, bangsa ini tidak pernah kurang dalam hal inovasi dan kreatifitas. 

Segenap elemen bangsa ini perlu mencari solusi permasalahan yang ditimbulkan dalam pemberlakukan social distancing ini terlebih di era teknologi informasi yang membuat banyak hal menjadi mudah.

Mari segenap masyarakat dan pembaca, resapi makna dan pentingnya social distancing ini sebagai langkah memutus peluang covid-19 untuk memperbanyak diri.

Biarkan pemerintah dan Kementrian Kesehatan serta jajarannya memikirkan penanganan terhadap pasien yang sudah terinfeksi, dan kami tenaga medis dan paramedis yang berupaya menangangi pasien dengan infeksi yang sudah dirawat di RS. Ada satu tugas mulia untuk masyaratkat, yang amat jelas manfaatnya untuk membantu menguragi kobaran api dalam perang melawan logika kelestarian genetika ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun