"Aku diminta ibu Kamila untuk menggantikannya pagi ini." Setengah hati Rheen berkata meski Saga tidak mengajukan pertanyaan apapun terkait posisinya saat ini.
Bisa dipahami memang. Ibu dari Pepe pasti super sibuk, mengingat Pepe masih memiliki adik yang masih sekolah.
"Kunjungan dokter!" Seorang perawat setengah berteriak memberitahukan setiap pasien dan pengunjung ihwal kedatangan dokter. Pasien di bilik ke-2 langsung terperanjat terjaga dari tidurnya.
Dokter kawakan klinik Cheduge bernama Kapitan tampak begitu mengesankan. Setelan jas dokter berwarna putih yang ia kenakan sangat pas di badannya.
"Ada Saga rupanya. Apa kau sudah sembuh, Nak?" Dokter Kapitan menyapa dengan senyuman sempurna.
"Lebih oke." Singkat saja Saga menjawab.
"Jika bukan karena Katia yang marah-marah memaksa untuk rawat jalan. Aku menyarankan kau menginap juga di sini." Dokter Kapitan berkata sembari tangannya dengan cekatan men-check kondisi denyut nadi dan tensi Pepe.
"Kau Sudah membaik, Pepe. Besok kau boleh pulang. Dengan catatan, kau menggunakan kursi roda untuk beberapa hari dan jangan lepas mitela di tangannmu." Dokter Kapitan memberi kabar yang menyenangkan untuk Pepe.
"Terima kasih, dokter" Rheen berkata dengan nada girang.
"Sensor pendeteksi panas menemukan angka yang tidak biasa di bahu kirimu, Saga" Dokter Kapitan geleng-geleng kepala tanda tidak paham sambil berlalu menuju pasien selanjutnya.
"Sudah tidak lagi, Dokter. Terima kasih." Buru-buru Saga menjawab.