"Ya. Ibu." Rheen menjawab ramah.
"Siang ibu Katia. Bagaimana kabar?" Aila menjawab denga ekstra ramah. Rheen jelas tidak suka dengan teknik Aila menyapa.
"Sehat. Terima kasih, Aila" Katia menjawab dengan senyum sesudah nama Aila disebut. Peluh keringat masih terlihat di dahi Katia.
"Maaf ya kamar Saga berantakan. Ibu ambilkan snack untuk kalian ya. Kalian tunggu disini."
"Tidak usah repot-repot bu. Kami akan segera pulang. Saga mesti beristirahat." Rheen berinisiatif sendiri.
Semua orang mengernyit dahi atas keputusan sepihak Rheen. Ia serta merta menjadi leader tanpa proses pemilihan. Saga pun tidak setuju, kenapa harus pulang sekarang.
"Sebetulnya ini ide yang bagus Rheen." Katia mengapresiasi.
Gagal total berlama-lama dengan teman. Pesta pun dipaksa usai karena kebijakan tidak populer Rheen.
"Ini Ayah bawakan minyak burung bubut untuk Saga." Rheen mengeluarkan botol kecil seukuran 330 ml. Rheen berdoa sangat dalam, semoga Aila tidak sempat memberikan obat yang semisal kepada Saga.
"Ini sangat membantu untuk penyembuhan cedera terkilirmu, Saga." Katia  sumringah dengan pemberian ini.
"Sampaikan terima kasih untuk ayah Seki, Rheen"