Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Transisi Kepemimpinan Indonesia: Menyelaraskan Kebijakan Lama dan Inisiatif Baru

13 Oktober 2024   15:22 Diperbarui: 13 Oktober 2024   15:22 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dok. Kementerian Pertahanan/Via Kompas.com

Dengan demikian, transisi pemerintahan ke Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan dihadapkan tiga tantangan penting yang membutuhkan perhatian serius.

Upaya pemberantasan korupsi menjadi salah satu tuntutan yang paling mendesak. Hanya kurang dari 50 persen masyarakat menilai kinerja pemerintah dalam memerangi korupsi sebagai baik, menunjukkan adanya ketidakpuasan publik terhadap pendekatan pemerintah sebelumnya. 

Prabowo dan Gibran diharapkan dapat mengambil langkah-langkah lebih tegas dalam memperkuat lembaga antikorupsi dan mendorong reformasi sistem hukum yang lebih transparan dan akuntabel. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan, serta dukungan pada whistleblowers, bisa menjadi elemen penting untuk memperkuat integritas birokrasi.

Penurunan kualitas demokrasi di Indonesia juga menjadi sorotan. Kritik terhadap demokrasi Indonesia mencakup pembatasan kebebasan berekspresi dan lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Di bawah pemerintahan baru, diperlukan komitmen kuat untuk memperbaiki iklim politik agar lebih inklusif dan responsif terhadap aspirasi publik. Reformasi dalam sistem pemilu serta peningkatan partisipasi politik yang lebih luas akan menjadi langkah krusial dalam mewujudkan demokrasi yang lebih sehat dan bermartabat.

Pemerintahan baru juga dihadapkan pada masalah ketenagakerjaan yang krusial. Meningkatnya angka pengangguran menjadi indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi belum sepenuhnya inklusif dan belum mampu menciptakan lapangan kerja yang memadai. 

Untuk mengatasi masalah ini, kebijakan ekonomi yang berorientasi pada peningkatan keterampilan tenaga kerja harus menjadi prioritas. Pemerintah perlu merancang program pelatihan dan sertifikasi yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja modern, sekaligus mendorong sektor-sektor industri kreatif dan teknologi yang berpotensi menyerap banyak tenaga kerja.

Ketiga tantangan tersebut akan menjadi uji coba awal bagi Prabowo dan Gibran dalam mengukur efektivitas pemerintahan mereka. Kesuksesan dalam mengatasi masalah-masalah ini akan berkontribusi pada peningkatan kepercayaan publik dan penguatan stabilitas politik di Indonesia.

Membangun Kebijakan Akomodatif: Kolaborasi sebagai Kunci

Salah satu kunci keberhasilan pemerintahan Prabowo-Gibran terletak pada kemampuan mereka untuk membangun kebijakan akomodatif yang melibatkan berbagai kelompok dan pemangku kepentingan. Politik akomodatif dapat menjadi strategi yang efektif bagi pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini.

Melalui politik akomodatif ini, maka pemerintah perlu bekerja sama dengan semua lembaga, dunia usaha, dan masyarakat sipil dalam merumuskan kebijakan yang inklusif dan responsif terhadap kebutuhan publik. Kolaborasi dan komunikasi yang efektif antara pusat dan daerah misalnya, juga akan membantu mempercepat pembangunan, mengurangi kesenjangan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Namun, dalam prosesnya, penting bagi pemerintahan baru untuk memastikan bahwa politik akomodatif tidak dijadikan sarana untuk melakukan kartelisasi kekuasaan atau bagi-bagi jabatan. Meski kolaborasi dan politik akomodatif dapat memperkaya kebijakan, ada risiko jika politik akomodatif digunakan secara keliru. 

Kartelisasi kekuasaan dan praktik bagi-bagi jabatan dapat muncul jika politik akomodatif dimanfaatkan untuk mempertahankan dukungan politik melalui pemberian posisi strategis kepada pihak-pihak tertentu tanpa mempertimbangkan kompetensi. Praktik semacam ini justru berpotensi merusak integritas pemerintah dan mengurangi efektivitas kebijakan yang dihasilkan, karena pejabat yang diangkat mungkin lebih loyal pada kepentingan kelompok daripada kepentingan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun