Inisiatif ini secara langsung bertujuan untuk menyediakan ruang kolaborasi dan ekosistem bagi para anak muda yang memiliki keterampilan digital namun belum mendapatkan pekerjaan tetap. Selain itu, RK juga berjanji menyediakan program pelatihan perempuan melalui Sekolah Politik Perempuan, yang bertujuan memberdayakan perempuan untuk berwirausaha dan melek politik.Â
Konsep desentralisasi anggaran yang ditawarkan, yakni Rp 200 juta per RW per tahun, juga dapat memberikan peluang bagi masyarakat, termasuk anak muda, untuk berinovasi dalam membangun lingkungan mereka.
Namun, meskipun program coworking space ini terdengar menjanjikan, tantangannya terletak pada bagaimana program ini dapat menjangkau seluruh lapisan Gen Z yang tersebar di Jakarta. Terutama, mengingat fakta bahwa banyak dari mereka mungkin tidak memiliki akses langsung ke teknologi atau pelatihan yang diperlukan. Oleh karena itu, pelaksanaan program ini harus didukung oleh infrastruktur teknologi dan pendampingan yang kuat.
Sementara itu, pasangan Dharma-Kun menawarkan solusi yang menitikberatkan pada transformasi Jakarta menjadi pusat perekonomian nasional dengan memperkuat UMKM, ekonomi kreatif, dan pariwisata. Upaya ini diharapkan dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan mengurangi tingkat pengangguran di kalangan anak muda.
Dharma juga berjanji akan menghapus pajak bangunan bagi UMKM dan rumah makan, yang bisa mendorong lebih banyak wirausaha muda untuk berkembang. Namun, tanpa ada langkah konkret untuk mengatasi PHK massal di sektor teknologi dan tekstil, strategi ini mungkin hanya akan berdampak terbatas bagi Gen Z yang bekerja di sektor formal dan digital.
Pramono Anung-Rano Karno (Pram-Doel) mengusulkan program-program yang berfokus pada penciptaan lapangan kerja baru dan perbaikan sistem transportasi. Salah satu program unggulan mereka adalah pengadaan job fair setiap tiga bulan di tingkat kecamatan untuk membuka lebih banyak peluang kerja bagi perempuan.
Selain itu, mereka berjanji akan mengembangkan balai latihan kerja di setiap kecamatan, yang juga diharapkan dapat membantu anak muda dalam meningkatkan keterampilan mereka. Program ini penting karena memberikan solusi nyata bagi Gen Z yang baru lulus atau sedang mencari pekerjaan, terutama di sektor informal.
Namun, terlepas dari komitmen mereka untuk menciptakan lapangan kerja, perlu ada kejelasan lebih lanjut tentang bagaimana job fair ini akan diintegrasikan dengan sektor industri yang sedang bertransformasi, seperti teknologi.Â
Selain itu, janji untuk memberikan transportasi gratis bagi golongan kurang mampu juga bisa membantu meringankan beban Gen Z yang sedang berjuang mencari pekerjaan. Namun, janji ini perlu diikuti dengan upaya yang lebih konkret untuk menciptakan stabilitas ekonomi di Jakarta.
Apakah Janji-Janji Ini Realistis?
Menimbang janji-janji yang ditawarkan ketiga paslon, beberapa di antaranya tampak realistis, sementara yang lain membutuhkan strategi lebih lanjut terkait implementasinya.Â
Misalnya, gagasan Ridwan Kamil tentang coworking space mungkin bermanfaat bagi beberapa kalangan Gen Z, tetapi tidak menyentuh permasalahan struktural terkait PHK massal di sektor industri.Â