Masyarakat NTT harus berperan aktif dan mengambil bagian dalam pencegahan karhutla dengan mengadopsi praktik pertanian yang ramah lingkungan dan melaporkan kejadian kebakaran kepada pihak berwenang. Mengubah perilaku melalui pendidikan dan kesadaran masyarakat mengenai risiko kebakaran dan cara pencegahannya sangat penting. Masyarakat juga harus terlibat aktif dalam program mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Selain itu, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lembaga pendidikan dan agama dapat berperan dalam kampanye kesadaran, pelatihan masyarakat, dan advokasi kebijakan atau aksi-aksi sosial yang mendukung pencegahan karhutla. Dengan demikian, penting bagi semua pihak untuk bersinergi demi keselamatan bersama dan kelestarian hutan dan lingkungan hidup di masa depan.Â
Kesimpulan
Karhutla yang terjadi di NTT adalah masalah kompleks yang memerlukan tanggung jawab dan kolaborasi dari berbagai pihak. Meskipun pemerintah memiliki peran utama dalam penanggulangan dan pencegahan kebakaran, masyarakat dan sektor lainnya juga memiliki peran penting dalam mendukung upaya tersebut.Â
Kolaborasi antara semua pihak dan penerapan kebijakan yang efektif dapat membantu mengurangi risiko dan dampak karhutla, melindungi lingkungan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Nusa Tenggara Timur. Upaya bersama untuk menangani masalah ini akan menentukan masa depan keberlanjutan dan kesejahteraan dari timur Indonesia.
Akhir kata, dengan mengulang kembali semboyan yang sering diucapkan mantan Gubernur NTT, Brigjen TNI dr. Aloysius Benedictus Mboi, M.P.H. (Ben Mboi), bahwa "Kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H