Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penyederhanaan Masalah Korupsi Kepala Daerah

14 Juli 2024   17:03 Diperbarui: 14 Juli 2024   19:05 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber Gambar: (KOMPAS/SUPRIYANTO)

Namun demikian, jika selama ini kapala daerah melakukan korupsi, itu artinya ada faktor lain selain kesejahteraan yang mendorong mereka melakukan korupsi. Salah satu faktor utamanya adalah sifat rakus dan kurangnya integritas serta pengawasan yang memadai. 

Selain itu, biaya politik yang tinggi memang menjadi beban bagi calon kepala daerah dalam kontestasi pemilihan kepala daerah (Pilkada). Namun, faktor ini tidak bisa dijadikan pembenaran untuk perilaku koruptif. 

Pemerintah seharusnya lebih fokus pada reformasi sistem politik dan pemilu untuk menekan biaya politik yang tinggi. Misalnya, dengan mendorong akuntabilitas bantuan keuangan partai politik dan revisi undang-undang politik yang ada.

Kajian survei KPK dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan bahwa biaya untuk pemenangan pilkada cukup fantastis. Calon bupati/wali kota membutuhkan sekitar Rp20 miliar hingga Rp30 miliar, sementara calon gubernur membutuhkan sekitar Rp20 miliar hingga Rp100 miliar. 

Jika total remunerasi rata-rata kepala daerah selama satu periode termasuk gaji pokok, tunjangan jabatan, operasiona, dan tunjangan lainnya yang diterima mencapai sekitar Rp5 miliar. Perbandingan ini menunjukkan bahwa biaya politik yang tinggi memang menjadi salah satu beban, namun bukan satu-satunya faktor penyebab korupsi.

Faktor lain yang mendorong korupsi adalah kurangnya sistem pengawasan yang efektif. Banyak kepala daerah terlibat dalam berbagai modus korupsi, seperti manipulasi anggaran belanja, pungutan liar atas proyek-proyek di wilayahnya, dan pemotongan anggaran di berbagai dinas/satuan kerja. Modus lainnya termasuk jual beli jabatan di level sekretaris daerah hingga kepala dinas. Sistem yang tidak transparan dan akuntabel membuka celah bagi korupsi.

Sumber Gambar: Sumber: www.kpk.go.id
Sumber Gambar: Sumber: www.kpk.go.id

Remunerasi yang layak memang penting untuk mencegah korupsi, namun ini bukan satu-satunya solusi. Masalah utama adalah kurangnya integritas, akuntabilitas, dan pengawasan yang memadai di kalangan pejabat. Reformasi besar-besaran dalam sistem politik dan peningkatan akuntabilitas partai politik sangat diperlukan untuk menekan biaya politik dan mencegah korupsi.

Penegakan hukum yang tegas dan berintegritas juga sangat penting untuk memberikan pesan bahwa tindakan koruptif tidak dapat ditoleransi. Namun, masalahnya saat ini, banyak lembaga penegak hukum yang integritas dan akuntabilitasnya masih lemah. Oleh karena itu, diperlukan upaya serius dari pemerintah untuk memperbaiki sistem dan memastikan penegakan hukum yang tegas dan berintegritas.

Penutup

Dengan demikian, praktik korupsi bukan hanya soal kesejahteraan atau biaya politik, tetapi juga mencerminkan kurangnya integritas moral dan budaya koruptif yang telah mengakar. Pandangan yang menyederhanakan masalah korupsi hanya sebatas pada kesejahteraan dan biaya politik tinggi tidak menyentuh akar masalah yang sebenarnya. 

Korupsi lebih banyak dipicu oleh sifat rakus, kurangnya integritas, dan sistem pengawasan yang lemah. Reformasi sistem politik dan peningkatan akuntabilitas sangat diperlukan untuk menekan biaya politik yang tinggi dan mencegah korupsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun