Efektivitas Labelisasi Kandungan Gula dan Strategi Edukasi Perilaku Konsumsi Masyarakat
Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) saat ini sedang meninjau kemungkinan penerapan sistem label warna atau "color guide" yang akan menampilkan informasi kadar gula pada produk minuman dalam kemasan (https://www.cnnindonesia.com, 2024).
Langkah ini diambil untuk menekan tingkat konsumsi gula yang tinggi di masyarakat Indonesia, yang telah menjadi salah satu kontributor utama meningkatnya angka diabetes dan penyakit tidak menular lainnya.Â
Sistem label ini mirip dengan yang diterapkan di Singapura, yang menggunakan Nutri-Grade dengan level abjad A sampai D berdasarkan kandungan gula dan lemak jenuh.
Sistem serupa di Singapura telah menunjukkan hasil yang positif, dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kandungan gula dalam makanan dan minuman mereka, dan pada gilirannya, menurunkan konsumsi gula.
Dengan demikian, selain mempertimbangkan efektivitas pelabelan khusus kandungan gula untuk mengubah perilaku konsumsi masyarakat, pentingnya peran edukasi dalam menekan konsumsi gula berlebihan juga menjadi isu yang tidak kalah penting.Â
Efektivitas pelabelan ini tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial dan budaya Indonesia. Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pentingnya gizi seimbang dan risiko kesehatan yang terkait dengan konsumsi gula berlebih masih perlu ditingkatkan.Â
Banyak orang masih kurang paham mengenai dampak jangka panjang dari konsumsi gula berlebihan, termasuk risiko diabetes, obesitas, dan penyakit kardiovaskular.Â
Oleh karena itu, meskipun label gula dapat memberikan informasi yang jelas, tanpa pemahaman yang memadai dari masyarakat, perubahan perilaku konsumsi mungkin tidak akan signifikan.
Data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan bahwa pada tahun 2023, rata-rata masyarakat Indonesia mengonsumsi gula sebanyak 5,8 kilogram per kapita per tahun ( https://databoks.katadata.co.id, 2024).
Meskipun ada penurunan kebutuhan gula untuk konsumsi rumah tangga nasional sebesar 7,3% (year-on-year), konsumsi gula per kapita masih cukup tinggi.Â