Gerakan Menuju Fashion Berkelanjutan
Dalam era modern, gaya hidup manusia sering kali tercermin dalam perubahan yang cepat dalam gaya rambut, busana, sepatu, jaket, dan aksesori lainnya.Â
Perubahan ini merupakan ekspresi individualitas dan juga menjadi bagian dari dinamika sosial yang dipengaruhi oleh media massa digital.Â
Industri fashion, sebagai salah satu elemen utama dalam transformasi ini, terus menghadapi tantangan untuk tetap relevan sambil mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkannya.
Dalam industri fashion, perubahan yang dinamis diwakili oleh dua paradigma utama: fast fashion dan slow fashion.Â
Fast fashion, dengan fokus pada produksi massal dengan biaya rendah dan siklus pembaruan produk yang cepat, telah menjadi motor utama dalam memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu haus akan tren baru.Â
Namun, model bisnis ini sering kali dikritik karena menekan upah buruh dan menciptakan limbah tekstil yang signifikan.Â
Di sisi lain, slow fashion menekankan pada kualitas, keberlanjutan, dan daya tahan produk.Â
Pendekatan ini berfokus pada penggunaan bahan-bahan berkualitas tinggi yang tahan lama dan tidak mudah terpengaruh oleh perubahan tren mode yang cepat.
Kritik terhadap fast fashion telah mendorong munculnya gerakan ethical fashion, yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif industri fashion terhadap manusia, hewan, dan lingkungan.Â
Etika dalam fashion mencakup aspek-aspek seperti perlakuan adil terhadap pekerja industri, penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan, dan pengurangan limbah tekstil.Â
Hal ini tidak hanya mencakup aspek sosial tetapi juga lingkungan dalam setiap tahap proses produksi.
Sustainable fashion, atau fashion berkelanjutan, menjadi semakin penting dalam menghadapi tantangan lingkungan global saat ini.Â
Upaya untuk mengurangi jejak karbon, membatasi produksi berlebihan, dan mendukung keanekaragaman hayati menjadi prioritas dalam upaya untuk menjaga lingkungan hidup yang sehat.Â
Konsep ini tidak hanya tentang pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana tetapi juga tentang memastikan kondisi kerja yang aman dan adil bagi pekerja industri fashion di seluruh dunia.
Rachel Carson, melalui karyanya 'Silent Spring', yang terbit kali pertama pada tahun 1962, membawa perhatian yang tajam terhadap dampak lingkungan dari penggunaan bahan kimia dalam pertanian.Â
Karya ini menjadi pemicu kesadaran global tentang perlindungan lingkungan dan kebutuhan untuk mengadopsi praktik-praktik yang lebih berkelanjutan dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam industri fashion.
Konsumen memainkan peran penting dalam menggerakkan perubahan menuju fashion yang lebih berkelanjutan.Â
Dengan memilih untuk mendukung produk-produk yang didasarkan pada prinsip slow fashion atau ethical fashion, konsumen dapat mempengaruhi perilaku industri dalam menghasilkan produk yang lebih bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan.Â
Pilihan untuk membeli produk yang tahan lama dan dapat didaur ulang juga merupakan langkah konkret dalam mengurangi dampak konsumsi terhadap lingkungan.
Penutup
Secara keseluruhan, gerakan menuju fashion berkelanjutan membutuhkan kolaborasi yang kuat antara industri, pemerintah, dan konsumen.Â
Selain tentang penampilan, etika dalam fashion juga soal kesadaran akan dampak sosial dan lingkungan dari setiap keputusan komsumsi yang dibuat oleh individu.Â
Dengan mengadopsi praktik-praktik yang lebih bertanggung jawab, kita dapat menciptakan dunia fashion yang tidak hanya modis tetapi juga berkelanjutan untuk generasi mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H