Mohon tunggu...
Hen AjoLeda
Hen AjoLeda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Humor Gus Dur dan Spirit Kepemimpinan Jenderal Hoegeng

1 Juli 2024   22:11 Diperbarui: 1 Juli 2024   22:11 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Humor Gus Dur dan Spirit Kepemimpinan Jenderal Hoegeng

Presiden ke-4 Republik Indonesia, Abdurrahman Wahid, yang akrab disapa Gus Dur, dikenal dengan gaya bicaranya yang humoris namun penuh makna. 

Salah satu humornya yang terkenal adalah pernyataan bahwa hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia: patung polisi, polisi tidur, dan Jenderal Hoegeng. 

Pernyataan ini telah dikutip dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam buku-buku humor dan kritik terhadap kepolisian.

Humor ini juga kemudian menjadi kontroversial ketika seorang warga di Kepulauan Sula, Maluku Utara, dipanggil polisi karena mengutip pernyataan tersebut di media sosial pada tahun 2020 lalu.

Gus Dur memilih Jenderal Hoegeng sebagai satu-satunya polisi yang jujur di Indonesia karena kejujuran dan integritasnya yang sangat tinggi. 

Hoegeng, mantan Kapolri, dikenal sebagai sosok yang tidak tergoda oleh korupsi dan suap. 

Selama masa jabatannya, ia menunjukkan keberanian dan ketegasan dalam memerangi korupsi dan penyelundupan, serta menolak hadiah dan suap yang ditawarkan oleh oknum-oknum yang terlibat dalam kasus-kasus tersebut. 

Kejujuran dan integritas Hoegeng menjadikannya teladan bagi polisi dan pegawai negeri sipil lainnya.

Jenderal Hoegeng: Teladan Kejujuran dan Integritas

Hoegeng Imam Santoso menolak suap dan korupsi dengan berbagai cara. 

Salah satunya adalah memilih hidup sederhana daripada menerima suap. 

Ia percaya bahwa kehidupan yang tidak terikat oleh uang atau hadiah mewah lebih penting daripada kepentingan pribadi. 

Ketika dilantik sebagai Kepala Jawatan Imigrasi, ia bahkan meminta istrinya untuk menutup usaha toko bunganya demi menghindari benturan kepentingan.

Hoegeng mengajarkan keluarganya untuk hidup sederhana dan tidak menikmati fasilitas negara secara gratis. 

Hoegeng juga menolak hadiah mewah yang ditawarkan oleh pengusaha. 

Ia tidak terpengaruh oleh rayuan dan tetap berpegang pada nilai-nilai kejujuran dan integritas. 

Sebagai Kapolri, ia memimpin operasi untuk membongkar penyelundupan mobil mewah tanpa membayar bea cukai. 

Hoegeng tidak pandang bulu dalam menangkap pelaku, termasuk oknum-oknum yang terlibat dalam kasus tersebut. 

Selain sederhana, jujur dan berintegritas, Hoegeng juga dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang blusukan. 

Ia sering turun ke jalan dan pusat keramaian untuk memantau kegiatan kepolisian. 

Selain itu, ia biasanya berangkat lebih pagi ke kantor dan menggunakan rute yang berbeda setiap hari untuk memantau kegiatan yang berkaitan dengan tugas kepolisian. 

Demikian kisah Jenderal Hoegeng yang senantiasa mengedepankan kejujuran dan integritas dalam menjalankan tugas sebagai polisi. 

Gaya kepemimpinan dan kehidupannya yang sederhana mencerminkan komitmennya terhadap nilai-nilai profetik universal.

Relevansi Humor Gus Dur di Era Sekarang

Humor Gus Dur tentang tiga polisi jujur merupakan bentuk dari kritik sosial, yang tentunya sangat relevan di era sekarang. 

Kritik sosial adalah kritikan terhadap struktur sosial dan politik yang tidak adil dan tidak beradab. 

Kritik sosial dapat berupa analisis terhadap sistem sosial yang tidak berimbang, diskriminasi, dan ketidakadilan. 

Dalam konteks Gus Dur, kritik sosial yang terkandung dalam humor polisi, masih berlaku karena kepolisian Indonesia masih menghadapi masalah, seperti korupsi, kecurangan dan pelanggaran HAM, yang mempengaruhi keamanan dan kesejahteraan masyarakat (Kompas.com, 2023).

Kritik sosial Gus Dur juga mengandung makna filosofis yang mendalam dan dapat mempengaruhi perilaku masyarakat.

Keterlibatan politik dalam humor ini juga menunjukkan bahwa Gus Dur menggunakan humor sebagai alat untuk mengkritik sistem politik dan kepolisian yang korup.

Dengan demikian, kebutuhan reformasi dalam sistem kepolisian Indonesia yang disorot oleh humor ini juga masih relevan. Kepolisian Indonesia masih perlu mengatasi masalah korupsi, diskriminasi dan masalah lainnya dengan cara yang lebih efektif dan transparan.

Kesimpulan

Dalam kesimpulan, humor Gus Dur tentang tiga polisi jujur sebenarnya adalah kritik sosial yang tajam terhadap sistem kepolisian Indonesia. 

Dengan menyebut patung polisi dan polisi tidur sebagai contoh polisi yang tidak jujur, Gus Dur menunjukkan betapa seriusnya masalah kejujuran di tubuh kepolisian. 

Namun, dengan menyoroti sosok Jenderal Hoegeng, Gus Dur memberikan harapan bahwa masih ada teladan kejujuran dan integritas dalam kepolisian.

Dengan demikian, humor Gus Dur mengisyaratkan pesan, bahwa dengan meneladani Hoegeng, kepolisian Indonesia dapat bekerja menuju reformasi yang lebih baik dan lebih transparan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun