Mohon tunggu...
Hen Ajo Leda
Hen Ajo Leda Mohon Tunggu... Buruh - pengajar dan pegiat literasi, sekaligus seorang buruh tani separuh hati

menulis dan bercerita tentang segala hal, yang ringan-ringan saja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menghargai Perjuangan Petani, Hari Krida Pertanian, dan Tantangan Sektor Pertanian di Indonesia

21 Juni 2024   01:00 Diperbarui: 21 Juni 2024   04:04 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Human Kementan via Kompas.com

Sumber Gambar: Human Kementan via Kompas.com
Sumber Gambar: Human Kementan via Kompas.com

Tantangan dan Kemiskinan Petani

Meskipun sektor pertanian berkontribusi besar terhadap perekonomian, jumlah petani di Indonesia terus menurun secara signifikan. Pada tahun 2023, jumlah unit pertanian tercatat sebanyak 29,36 juta, menunjukkan penurunan sebesar 7,42% dari tahun sebelumnya. Kemiskinan masih menjadi masalah utama yang dihadapi oleh para petani. 

Sebanyak 17,28 juta petani hidup dalam kemiskinan, dengan persentase kemiskinan mencapai 12,22%. Tingginya tingkat kemiskinan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk rendahnya harga jual hasil pertanian dan kondisi rantai distribusi yang kurang menguntungkan bagi petani.

Kemiskinan petani di Indonesia merupakan masalah klasik yang terus melanda. Meski Indonesia dikenal sebagai negara agraris, banyak petani yang hidup dalam kemiskinan karena keterbatasan sumber daya alam, infrastruktur yang kurang memadai, pendidikan yang rendah, serta akses yang terbatas ke layanan pertanian. 

Misalnya, lahan pertanian yang gersang dan tandus, serta musim yang tidak menentu, seringkali menjadi kendala besar bagi petani untuk meningkatkan produktivitas mereka. Selain itu, sistem pengairan yang masih bersifat tadah hujan serta kurangnya sarana pendukung lainnya juga memperburuk situasi.

Pendidikan dan Keterampilan Petani

Tingkat pendidikan petani Indonesia masih sangat rendah. Hampir 75% tenaga kerja di sektor pertanian hanya berpendidikan hingga sekolah dasar (SD). Petani yang lulus Sekolah Menengah Pertama (SMP) hanya sekitar 17%, sementara mereka yang lulus Sekolah Menengah Atas (SMA) berjumlah di bawah 15%. 

Petani yang memiliki pendidikan tinggi hanya kurang dari 2%. Data dari Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa mayoritas petani Indonesia merupakan lulusan SD, bahkan banyak yang tidak tamat SD atau tidak bersekolah sama sekali.

Tingkat pendidikan yang rendah ini menyulitkan petani untuk mengadopsi teknologi dan praktik pertanian modern yang dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka. 

Keterbatasan pendidikan juga membuat petani sulit untuk mengakses informasi dan layanan yang dapat membantu mereka meningkatkan hasil pertanian. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan petani sangat penting untuk mengatasi masalah kemiskinan di sektor ini.

Upaya Pengentasan Kemiskinan

Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Namun, upaya ini belum memberikan hasil yang signifikan dalam mengeluarkan petani dari jerat kemiskinan. 

Salah satu masalah utama adalah rantai distribusi komoditas pangan yang cenderung oligopsoni dan oligopoli, di mana beberapa pembeli besar mengendalikan harga dan membuat petani tidak mendapatkan keuntungan yang layak meskipun hasil produksi melimpah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun